Pangeran Rhysand memandang ke arah Puteri Rebecca. Tidak ada debaran dalam hati Pangeran Rhysand. Dia menganggap Puteri Rebecca layaknya … teman ? Tidak, tidak. Kalau Pangeran Rhysand menganggapnya teman, pasti dirinya tidak akan berpikiran jauh ke depan.
Lalu, apa yang ada di pikiran Pangeran Rhysand tentang Puteri Rebecca sekarang? Mungkin hanya sebatas kenalan, yang dipaksakan untuk menikah dengannya.
Dan manusia kecentilan ini mirip seperti ulat keket yang selalu menempel – nempel kepadanya.
Di saat itu, tanpa adanya kesadaran dari Puteri Rebecca, perempuan itu malah berkata. "Bagaimana kalau kita nanti makan bersama? Bukankah itu hal yang romantis?"
Pangeran Rhysand langsung menggelengkan kepalanya. Dia mendadak jijik dan muak dengan sikap Puteri Rebecca!
Bisa tidak, sih, dia sadar kalau Pangeran Rhysand ini sangat membencinya?
* * *
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com