"Siapa yang kau anggap anak?!" Bagas mengelak dengan begitu kasar. Mata biru indah itu menyorot tajam pada ayahnya sendiri.
"Di sini bukanlah tempat penitipan anak!" naik nada suaranya dan cenderung agak kasar.
"Lalu, siapa yang kau anggap anak?" dipertanyakan oleh Bagas dengan penuh kebencian.
"Kaulah putraku," pengakuan Aditia Putra dengan sangat memelas.
"Bukan!" penolakan keras dari Bagas, " Aku bukan putri siapapun! Aku hanya anak yang dibuang oleh Ayah, karna Ibunya yang telah meninggal, 14 tahun yang lalu!"
Teriris hati Aditia. Ayah mana yang tak sakit hatinya disaat masuk ke dalam rumah. Namun harus mendapatkan penolakan kasar dari Sang anak.
"Tetapi?" mencoba untuk mendekat pada Bagas. Namun, "Cukup!" Bagas menolaknya.
Tangan kiri itu mengangkat ke atas dan tegak lurus ke depan, sebagai tanda penolakan kepada Ayah yang tidak di inginkannya lagi.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com