Selain ahli komputer, ternyata Zidan juga ahli dalam mencari data tentang seseorang. Dia banyak menggunakan keahlian itu untuk membuka jasa bagi siapa saja yang meminta dicarikan data apapun.
Antonio memperhatikan bagaimana Zidan merekap semua data itu dan memberikan pada seseorang yang minta di lacakan itu.
Seseorang yang meminta tak lain seperti seorang istri yang ingin melacak perbuatan suaminya di luar rumah, kekasih yang curiga kekasihnya selingkuh, atau seorang kaya raya yang meminta data tentang bagaimana musuh bisnisnya menjalankan perusahaan.
"Kau tidak punya ilmu yang tanggung-tanggung," puji Antonio dengan nada terselubung.
Zidan memasang kaca mata tebalnya yang membuat pria itu sering terlihat cupu. Ia tersenyum bangga dengan pujian itu.
"Ayahku yang mengajarkan. Toko ini miliknya. Aku menjalankan toko ini sejak beliau meninggal saat aku kelas 2 SMA," jelas Zidan sambil beres-beres alat di mejanya.
Antonio mendengarkan, terdiam beberapa lama lalu tersenyum kecil. Melihat bagaimana kondisi Zidan, seperti sengsara tinggal di ruko kecil seperti ini.
Tapi mendengar betapa Zidan menyebut ayahnya dengan bangga, rasanya membuat Antonio menyelipkan rasa iri pada kehidupan Zidan dan ayahnya.
"Beliau dulu ahli IT di perusahaan terkenal," ujar Zidan bercerita. "Tapi beliau di pecat lantaran ponakan si bos itu tak suka padanya. Padahal kemampuan dan dedikasi ayahku pada perusahaan itu tak tanggung-tanggung."
"Dipecat cuka gara-gara itu?" Antonio menyahut dengan nada tak suka.
"Iya. Tidak logis sama sekali bukan? Satu tahun setelah ayah di pecat, ibuku meninggal karena penyakit. Makanya kami berdua akhirnya tinggal di toko kecil ini." Zidan mengenang dengan ekspresi sedih, ia tersenyum getir mengingat keluarganya yang hancur hanya karena hal tak logis.
"Aku belum pernah punya teman, Antonio. Dan kau tau betapa aku senang saat Tya memperkenalkan kamu?"
Dahi Antonio. "Tya bilang dia kenal dekat denganmu?"
"Iya. Dulu dia langganan memperbaiki HP-nya di sini. Dulu dia bilang tidak mampu beli yang baru. Makanya di sering memperbaiki ponselnya. Sampai kesing belakangnya harus di ikat karet," cerita Zidan tertawa geli mengingat ponsel Tya dulu. "Tapi dia sekarang cukup sukses dengan usahanya menjadi YouTubers."
Zidan diam sembari melirik Antonio yang melihat dirinya juga. Ia berdeham kecil. "Kau jangan cemburu kawan," ujarnya melihat ekspresi Antonio.
"Siapa yang cemburu?" Antonio menyahut dengan dahi berkerut.
Zidan terkekeh kecil melihat Antonio mengubah ekspresi wajahnya dengan cepat. Dia juga memalingkan wajahnya.
"Dulu aku pernah menaruh hati pada Tya," ujar Zidan dengan senyum jenaka. Ia tertawa terbahak-bahak melihat Antonio yang langsung melemparkan sinis padanya.
"Itu dulu," ujar Zidan meredam tatapan sinis itu. "Saat dia menikah denganmu, aku sudah ikhlaskan itu. Lagi pula dia seperti tidak pernah tertarik denganku," katanya menahan tawa. Apalagi saat melihat Antonio yang salah tingkah.
"Lagi pula, lepas Tya, aku dapat teman juga. Dan aku bisa tertarik dengan Qiara."
"Kau suka pada gadis cerewet seperti itu?" tanya Antonio tak percaya.
"Kenapa? Dia gadis baik biarpun cerewet. Asal kau tau, Qiara berasal dari keluarga kaya raya. Tapi dia memilih hidup sederhana. Berteman dengan aku dan Tya." Zidan menceritakan dengan sungguh antusias.
Sementara Antonio hanya manggut-manggut saja menanggapi kalimat pujaan Zidan pada Qiara
"Aku sebenarnya punya pertanyaan," ujar Zidan
Ia melihat Antonio yang membongkar komputer dari costumer mereka. "Kau adalah anak pengusaha kaya raya. Tapi kenapa kau juga mau hidup sederhana?" Zidan diam beberapa saat setelah melihat ekspresi Antonio mendengar pertanyaannya.
Ia berdehan kecil. "Kau tau, Qiara memilih hiidup sederhana karena dia malas hidup bersama keluarga besarnya yang terhormat juga kaya raya. Alasannya masuk akal, ia benci melihat ayahnya yang suka mengoleksi istri. Saudaranya juga banyak dari ibu yang berbeda-beda. Aku pensaran saja begitu tau kau mau bekerja seperti ini."
Semenit
Dua menit
Zidan menunggu Antonio bicara. Pria itu seolah masuk dalam pikirannya sendiri.
"Antonio," panggil Zidan. "Kau marah aku bertanya begitu?"
"Tidak," jawab Antonio setelah cukup lama diam. "Aku mau bekerja karena Tya. Dia tanggung jawabku. Dan aku mau menjadi suami yang baik dengan usahaku."
Itu bukan cerita seutuhnya. Tapi setidaknya itu semua benar. Seiring waktu berjalan Antonio merasa harus menjadi suami yang paling baik untuk Tya. Menjadi suami yang sukses karena usahanya sendiri.
"Oh. Tya pasti bangga punya suami sepertimu," balas Zidan. "Lalu saudaramu?" tanyanya lagi.
Antonio menghela nafas. "Aku anak tunggal. Tidak ada saudara." Ia cukup jengkkel dengan pertanyaan Zidan sekarang. Terkesan sangat ingin tau hidupnya.
"Tidak ada? Sama sekali?"
Zidan seolah tak percaya. Wajahnya mengerut seakan dirinya sangat yakin Antonio berbohong.
"Maaf aku terlalu lancang bicara, Antoni. Tapi aku hanya ingin tau saja." Zidan mengambil sesuatu dalam tasnya. "Setelah Tya memperkenalkanmu tempo lalu, aku melacak latar belakang keluargamu."
Ia memberikan flashdisk pada Antonio.
"Apa ini?" Antoni memandang tak suka pada Zidan. "Kenapa kau melacakku tanpa sepengetahuanku." Rasa tak suka itu menyusup dengan cepat dalam benak Antonio. Zidan benar-benar keterlaluan kalau sampai diam-dam melacak latar belakanganya.
Zidan tak menanggapi wajah marah Antonio yang ia sudah prediksi sejak awal. Ia tau Antonio akan sangat-sangat marah kalau tau dirinya melacak pria itu diam-daim. Tapi beberapa waktu ini ia tak bisa tidur memikirkan sesuatu yang ia temukan.
Penasarannya bertambah saat Antonio membantah dia punya saudara.
Zidan langsung menyetel flashdick itu dan membuka data yang ada di isinya.
"Aku sempat berfikir mungkin saja ayahmu punya istri lain selain nyonya Ellyana."
Zidan membuka foto Tuan Dennis muda, bersama perempuan muda yang tampak masih belia.
Kemudian Zidan memperlihatkan foto gadis belia tadi dua tahun lebih tua bersama bayi dalam gendongannya. Lalu Tuan Dennis yang tersenyum melihat anak itu.
****
Antonio pulang dengan perasaan kesal. Ada rasa lain juga yang menyusup dalam dadanya saat ini. Ia langsung masuk dalam kamarnya. Mengunci pintu bahkan mengabaikan Tya yang dengan wajah cerianya memamerkan kue buatannya.
Ia tak peduli panggilan Tya di luar kamar. Bahkan ia hampir tak bisa mempedulikan wajah bingung Tya yang ia lihat sekilas begitu menutup pintu tadi.
Lancang sekali Zidan sampai berani melacak latar belakangnya seperti itu. Lancang sekali dia berani mencari masa lalunya diam-diam begitu.
Brengsek!
Amarah Antoni membuncah. Ia berdiri di balkon kamar yang mengarah keluar. Mencengkram kuat pagar balkon.
"Tuan Dennis di pastikan punya istri simpanan. Kau juga di nyatakan punya saudara tiri."
Brengsek!
Jadi diam-iam tua bangka itu menjalin hubungan gelap di luar sana! Pantas sekali dia tak peduli bahkan kalau mommy-nya tidak pulang sekalipun. Jelas saja karena dia punya istri simpanan!
Bahkan tua bangka itu punya anak. Gurangajar sekali!
Ia harus bisa menemukan wanita itu. Menghabisi wanita itu dan juga anaknya. Mereka penyebab dirinya kehilanagan dua orang tua. Mereka penyebab dirinya hidup selibat begini.
Wanita dan anak haramnya itu yang membuat dirinya hidup seolah anak yatim.
Bersambung....
Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!
follow Instagram @kn_author19