webnovel

My Harem Demonic System

This is a story about a teenage boy seeking for his revenge. After witnessed all of his familly got brutally murdered in front of him, Devon Arias sabotage a Demonic Summoning Ritual and got posessed by seven demons. They make a deal to exact his revenge to everyone who responsible for the death of his familly. The pact is done. Bright transparant screen appeared. [You are now posssessed by demons] [Skinned 10 soldiers alive] [Deflower 3 Royal Bitches] [You received 100DC] [Exchange 200DC with 20 Wrath Points?] [20 Wrath Points give you +2 strength] What will happen to Devon next? Will he be able to control the seven demons or will he controlled by them? What about Devon's revenge if those demons secretly have a secret plan to rule the world?

Kiyen_Isme · Bandes dessinées et romans graphiques
Pas assez d’évaluations
3 Chs

3. Tugas Dari Tujuh Iblis

Devon mengulang-ulang mantra yang salah itu dalam hatinya karena dia tak bisa bersuara. Devon tidak peduli apakah makhluk-makhluk yang ia tak tahu pasti keberadaannya itu mendengarnya atau tidak.

Dia hanya berusaha semampunya untuk meminta pertolongan pada entitas apapun yang bisa menolongnya dengan imbalan apapun yang diinginkan oleh makhluk itu.

"Kumohon, bantu aku keluar dari sini dan akan kuberikan apapun yang kau minta," ucap Devon dalam hatinya.

"Benarkah kau akan memberikan apapun yang kami minta? Bukan hanya jiwa konyolmu yang tak berharga itu?" sebuah suara berat tiba-tiba berbicara di dalam kepala Devon.

Devon tersentak sesaat, tapi akhirnya dengan nekat, ia memberanikan dirinya untuk menjawab.

"Ya! Akan kuberikan semua yang kau inginkan! Jadi bebaskan aku dari sini."

"Hmmm, Lucy kau dengar bocah itu bilang apa. Dibanding bocah berpakaian norak itu, aku lebih suka bocah jujur sepertinya ini," ujar suara berat tadi.

"Belphy, kau bicara dengan bocah yang akan ditumbalkan," tegur Lucifer pada Belphegor.

"Tapi apa katanya ada benarnya. Bocah dengan kostum si tudung merah itu tidak ada apa-apanya dibandingkan bocah yang ditumbalkan ini. Coba bandingkan, betapa pekat jiwanya yang dikuasai amarah dan nafsu balas dendam." Sebuah suara lain menimpali.

"Levy, apa kau serius membela Belphegor barusan? Tumben sekali, biasanya kalian tak akur. Tapi aku juga setuju denganmu kali ini, mari kita pilih bocah ini saja." Suara yang lain kembali terdengar.

"Mamon biasanya tak pernah setuju pada hal yang tak menguntungkan, jadi aku pun setuju akan pendapatnya," sahut suara lainnya.

"Ah, kalau kalian sudah saling sepakat seperti ini, aku tak mungkin bisa menolak kan? Padahal aku sangat menginginkan bocah bertudung merah itu. Aku bisa merasakan betapa tinggi hasrat bercinta yang dimiliki bocah glamor itu," ucap sebuah suara yang terdengar jauh lebih merdu dari suara lainnya.

"Hahaha, bahkan Asmodeous yang biasanya suka menang sendiri pun menyetujui keinginan kalian. Tapi aku sendiri lebih menyukai hitamnya hati bocah ini daripada milik si bocah merah marun itu," timpal suara serak yang tertawa sumbang.

"Satan pun ikut setuju? Kalau begitu aku, Beelzebub juga setuju," ujar Beelzebub santai.

"Hei, kalian ini main setuju saja. Kalau semuanya setuju, lantas siapa yang akan menjadi demon bocah ini?" tanya Lucifer dengan geram.

"Apa maksudmu Lucy? Apa kau tak sadar kalau kita semua sudah berada di dalam tubuh bocah ini," sahut Belphegor dengan nada seolah tak mengerti mengapa Lucifer bersikap seperti itu.

"Benar sekali. Tidak banyak anak manusia yang bisa menampung lebih dari tiga demon di dalam tubuhnya, jadi kalau kita membiarkan bocah ini mati sebagai tumbal, kita belum tentu punya kesempatan lagi untuk mendapatkan medium sebagus ini," sahut Mamon mencoba menjelaskan.

"Ah, kalian ini terlalu banyak mengoceh. Cepat tuntaskan prosesnya agar kita bisa menyatu dengan tubuh ini," sungut Leviathan dengan gusar.

Lucifer hanya bisa menggeleng pasrah.

"Hei anak manusia, sebutkan nama lengkapmu dan buatlah kontrak dengan kami," ujar Lucifer yang kali ini ditujukan kepada Devon.

Devon yang sedari tadi diam mendengarkan ocehan para demon di kepalanya itu pun terkejut saat dirinya diminta berkomunikasi dengan demon itu.

"Aku, Devon Arias ingin membuat kontrak denganmu," ucap Devon masih di dalam hati.

"Sebut nama-nama kami. Lucifer, Mamon, Asmodeous, Leviathan, Beelzebub, Satan dan Belphegor."

Devon mengulangi beberapa kali hingga akhirnya dia bisa menyebut nama-nama demon itu dengan benar seluruhnya.

"Baiklah. Kau sudah terikat kontrak dengan kami seumur hidupmu. Kalau begitu, terimalah misi pertamamu ini."

Usai Lucifer mengatakan hal itu, tiba-tiba di depan mata Devon muncul sebuah layar transparan yang berisi sederetan huruf-huruf yang belum pernah ia lihat sebelumnya, tapi anehnya ia paham bagaimana cara membacanya.

[ANDA SEKARANG TELAH DIRASUKI PARA DEMON]

[DEMONIC SYSTEM: TERBUKA]

"Misi baru. Bebaskan diri dari mantra pengunci tubuh. Gigit ujung lidahmu hingga berdarah, lalu gambarlah setengah lingkaran pada langit-langit mulutmu. Hadiah jika menyelesaikan tugas ini adalah 100 DC. DC adalah singkatan dari Demon Coins," Devon membaca tulisan di layar itu dalam hatinya.

Devon tak punya waktu untuk meragukan atau mempertanyakan kebenaran instruksi itu. Hari ini dia sudah menyaksikan dan merasakan hal-hal yang selama ini tak masuk akal baginya.

Maka ia pun melakukan persis seperti yang diinstruksikan. Begitu rasa amis darah memenuhi rongga mulutnya, ia langsung menggambar bentuk setengah lingkaran di langit-langit mulutnya. Begitu ia selesai melakukan hal itu, Devon menyadari kalau dia sudah bisa bersuara kembali.

Akan tetapi sebelum Devon sempat berteriak atau meminta tolong, sebuah jendela tugas kembali terbuka.

[MISI SELESAI]

[ANDA MENERIMA 100DC]

"Berikutnya, jika Anda sudah bisa bersuara, ucapkan mantra berikut secara terbalik. 'wahai jiwa yang menurutiku, tetaplah pada posisi ini hingga aku mengijinkanmu bebas' hadiah jika menyelesaikan tugas ini adalah 100DC." Devon kembali membaca tulisan di layar itu dalam hatinya.

Devon menyelesaikan tugas ini dengan mudah karena ia hanya tinggal membaca mantra yang ada di layar tugas itu secara terbalik. Devon mengucapkannya dengan setengah berbisik sehingga para anggota sekte yang masih sibuk menggumam itu tidak bisa mendengarnya.

Usai ia melakukan instruksi itu, Devon akhirnya dapat menggerakkan ujung-ujung jarinya. Devon kemudian berusaha menggerakkan bagian tubuhnya yang lain. Ternyata Devon bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhnya tanpa kecuali.

[MISI SELESAI]

[ANDA MENERIMA 100DC]

Devon tak mengerti apa gunanya koin-koin itu, tapi dia tetap senang melihat bahwa ia telah mengumpulkan 200DC untuk misi pertamanya. Ia juga senang karena ia sudah bisa menggerakkan tubuhnya.

"Hei, dengan 200DC kau bisa membeli 20 Wrath Poin," celetuk sebuah suara dari dalam kepalanya.

"Satan, jangan curi start," tegur Belphegor.

"Dia butuh Wrath Poin untuk memberinya kekuatan kalau ingin keluar hidup-hidup dari tempat ini," sahut Satan menerangkan.

Belum sempat demon lain menimpali, tiba-tiba layar tugas kembali muncul dan kali ini ada tugas baru yang harus diselesaikan oleh Devon.

[MISI BARU: KELUAR DARI RUANG BAWAH TANAH MANSION VERHEYEN]

"Lemparkan benda padat ke arah portal dimensi Daemon Realm untuk mengakibatkan ledakan energi. Hadiah jika menyelesaikan tugas ini adalah 1DM. DM adalah singkatan dari Demon Material," gumam Devon, membaca tugas berikutnya.

Devon memutar otak. Benda padat apa yang bisa ia lemparkan sementara ia tidak memakai apapun di tubuhnya kecuali selembar kain putih itu. Devon berpikir kalau dia tak punya pilihan lain kecuali turun dari altar dan merebut barang milik salah satu anggota sekte itu dan melemparkannya ke dalam portal.

"Satan, katamu tadi, aku bisa membeli Wrath Poin dengan 200DC?" batin Devon.

"Tepat sekali."

"Aku butuh kekuatan untuk kabur dari sini, berikan aku kekuatan itu," batin Devon lagi.

"Akses sistemnya dengan memanggil layar tugas dengan pikiranmu," sungut Satan yang merasa sebal karena harus mengajari mediumnya.

Devon mengikuti instruksi itu dan berhasil memunculkan kembali layar transparan itu di depan matanya. Devon lalu mencari-cari menu pembelian yang ternyata ada di kanan atas layar tersebut.

Dengan gerakan cepat, Devon menekan tombol pembelian dan menukar 200DC dengan 20 Wrath Poin seperti yang disarankan oleh Satan.

[20 WRATH POIN MEMBERIMU +2 STRENGTH]

Begitu penukaran terjadi, Devon dapat merasakan pertambahan kekuatan yang signifikan pada tubuhnya yang tadinya terasa lemah tak bertenaga.

"Hei, Hoxha, bocah itu bergerak!" seru salah satu anggota sekte yang kebetulan melihat saat Devon mengakses layar sistem dengan tangannya.

"Pantas saja sejak tadi ada yang aneh karena tak ada demon yang muncul dari portal, rupanya ada yang tak beres dengan tumbalku," ketus Gesta yang kini bangkit berdiri setelah sekian lama berlutut dengan satu kaki.

Devon merasakan Hoxha yang tadi memantrainya berjalan mendekat dan ia pun merasakan ancaman besar jika ia tak segera bergerak sekarang.

Dengan kekuatan yang baru ia dapat dari Wrath Poinnya, Devon berguling lincah menuruni altar dan menerjang salah satu anggota sekte terdekat.

Dengan gesit, Devon melucuti topeng yang terpasang di wajah orang itu dan melemparnya ke dalam portal yang sedikit demi sedikit mulai menutup karena para anggota mulai berhenti menggumamkan mantra.

Begitu benda padat masuk ke dalam portal, secara instan, terjadilah ledakan energi yang begitu besar. Gesta yang awalnya hendak menangkap Devon yang turun dari altar itu menerima impact paling besar karena berada di dekat portal itu.

Ledakan itu menghantam Gesta dan membuatnya terpelanting ke seberang ruangan dan menabrak dinding. Hoxha yang melihat hal itu, langsung bergegas menghampiri Gesta untuk memeriksa keadaannya.

Devon tak mau menyia-nyiakan kesempatan dan akhirnya lari menaiki satu-satunya tangga di ruangan itu sementara semua orang belum pulih dari efek ledakan tadi.

[MISI SELESAI]

[ANDA MENERIMA 1DM]

Devon mengabaikan layar tugas yang muncul di depan matanya itu, ia terus berlari dengan segenap kemampuan yang ia miliki.

[MISI BARU]

[BAKAR MANSION VERHEYEN]

[ANDA AKAN MEMPEROLEH 500DC]

Devon menatap layar tugas itu sambil terus berlari. Dia sempat pesimis kalau dia tak akan bisa memenuhi misi itu.

Membakar mansion sebesar ini bukanlah perkara gampang. Akan tetapi, ia tidak ingin bersikap pasrah lagi pada takdir. Dia akan berjuang, melawan dan balas dendam. Dia akan membuat orang-orang yang telah merenggut nyawa dan kehormatan keluarganya itu menyesali perbuatannya.