webnovel

BAB 31: Apa Rencana Selanjutnya?

Seperti yang Touko-senpai bilang, aku segera menelepon Karen lagi.

Tentu saja, itu untuk membuat janji bertemu dengan Karen besok.

Aku berkata, "Aku tidak bisa meninggalkan Karen yang sedang sedih sendirian, jadi aku membatalkan janji dengan teman-temanku."

Ketika aku mengatakan itu, Karen tampak sangat senang mengetahui bahwa dia lebih diprioritaskan, dan berkata, "Karen senang!" berulang kali di telepon.

***

Kencan keesokan harinya juga merupakan kencan bersama Karen yang bertingkah sangat mesra untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Dia menempel erat padaku.

Sudah lama sejak kami berjalan bergandengan tangan.

Aku juga pergi ke festival kampus.

Aku mengunjungi stand jualan perkumpulan.

Giliranku menjaga stand adalah besok lusa, tapi aku memutuskan untuk bantu-bantu sedikit.

Aku ingin mendengar dari orang-orang di perkumpulan soal kegiatan Kamokura saat ini.

----------------

Tampaknya Kamokura mendatangi stand tepat sebelum kami tiba dan bertanya apakah mereka ingin bermain mahjong. Tapi, ketika dia mengetahui bahwa tidak ada orang yang bisa diajak main, dia lalu pergi.

Dia mungkin memiliki banyak waktu luang sekarang karena dia tidak jadi jalan-jalan bersama Touko-senpai seperti yang dia harapkan.

Rasakan itu.

Selama minggu berikutnya, Karen menempel padaku seolah-olah kami baru saja mulai pacaran.

Dia juga ingin makan siang bersamaku setiap hari.

Dan itu pun di kantin kampus.

Mungkin itu tingkahnya yang ngambek pada Kamokura.

Ini benar-benar sangat menyebalkan, karena aku juga ingin sesekali makan bersama Ishida dan teman-teman jurusanku.

Selama periode ini, aku dan Touko-senpai tidak lagi bertemu secara langsung.

***

Saat ini tidak ada tanda-tanda Karen dan Kamokura ketemuan.

Namun, kami tetap berhubungan setiap hari.

Aku yakin bahwa sikap Karen saat ini hanyalah sekedar ngambek ke Kamokura.

Jadi, ketika saatnya tiba, dia pada akhirnya akan mengulangi perselingkuhannya dengan Kamokura.

Aku juga ingin mendengar pendapat Touko-senpai tentang hal itu.

"Ada kemungkinan kalau itu seperti yang kau bayangkan, Isshiki-kun." Touko-senpai mengatakan itu dengan nada yang sama seperti biasanya.

"Sudah kuduga. Jadi kupikir aku akan memastikan kapan mereka berdua akan mulai berselingkuh lagi."

Ketika aku mengatakan itu, Touko-senpai berkata seolah-olah untuk menahan pikiranku itu. "Tapi, mungkin juga sebaliknya, kan?"

"Sebaliknya?"

"Ya, ada kemungkinan juga kalau Karen-san telah merenungkan apa yang telah dia perbuat dan menyadari bahwa kaulah orang terpenting dalam hidupnya."

"Begitukah?"

"Dari kejauhan, kalian terlihat seperti pasangan yang sangat dekat sekarang."

"Itu karena aku dan Karen sama-sama berakting seperti itu. Bukankah Touko-senpai yang menyuruhku bersikap seperti itu?"

"Memang benar. Tapi, aku hanya ingin kau memikirkannya lagi. Aku ingin kau berpikir lagi bahwa, 'Apakah hal yang benar untuk menyakitinya di sini dan meninggalkannya?'"

…Apa-apaan yang kau katakan itu? Kita telah memutuskan bahwa kita akan membuat dua tukang selingkuh ini merasa sangat putus asa dan menyesal hingga rasanya ingin mati…

Aku lalu berpikir.

…Mungkinkah Touko-senpai ingin memulai kembali hubungannya dengan Kamokura? Merasa bahwa sikap Kamokura telah berubah…

Tiba-tiba aku merasa tidak nyaman.

"Apa maksudnya? Apakah itu artinya Touko-senpai sedang berpikir dua kali seperti itu?"

"Bukan begitu. Tapi, jika sikap Karen sudah berubah, wajar saja jika perasaanmu juga berubah, kan? Karena itulah, kupikir kau harus mempertimbangkan kembali apa pilihan yang terbaik untukmu. Jika kau melaksanakan rencana itu dan putus dengan Karen-san, kalian tidak akan pernah bisa kembali bersama lagi."

"Kami telah mencapai titik di mana kami tidak dapat kembali. Pada saat Karen menyelingkuhiku, aku sudah tidak dapat memperlakukan Karen seperti dulu lagi. Bahkan sekarang pun, aku memaksakan diri untuk bertemu dengannya demi menjalankan rencana ini."

Lalu, aku berhenti bicara sejenak dan mengucapkan kalimatku berikutnya dengan sekuat tenaga.

"Dan aku yakin kalau Karen akan menyelingkuhiku lagi."

Dan kemudian, di ujung telepon, aku mendengar Touko-senpai menghela nafas, "Fiuh~."

"Jika kau sangat bertekad, maka baiklah. Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Aku juga tidak punya niat untuk memulai kembali hubunganku dengan Tetsuya. Mari kita lanjutkan seperti yang sudah kita rencanakan, untuk Hari X."

"Ya, terima kasih. Jadi apa lagi selanjutnya?"

"Kurasa perasaan Karen-san kurang lebih sudah kembali ke Isshiki-kun saat ini. Pertama-tama, kau harus terus melanjutkan ini."

"Baiklah. Tapi, kurasa perasaan Karen padaku saat ini hanya karena dia sedang ngambek sama Kamokura-senpai. Jika perselingkuhan mereka terjadi kembali, menurutku ini akan kembali lagi seperti sebelumnya?"

"Jadi kita perlu dorongan lain di sini."

"Dorongan apa?"

"Kita pernah membicarakan ini sebelumnya, kan? Soal meningkatkan kepopuleran keseluruhan di kalangan perempuan."

Aku memang pernah mendengar itu sebelumnya.

Tapi, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

"Apa yang sebenarnya harus aku lakukan untuk mewujudkan itu? Aku tidak punya ide sama sekali."

"Yah, kau sudah melakukan apa yang aku suruh sebelumnya. Tapi itu masih belum cukup. Jadi aku akan memberikanmu kesempatan lain untuk mewujudkan itu."

"Apa yang akan kamu lakukan?"

"Kali ini, aku akan mengumpulkan semua cewek di sekitarku, termasuk cewek yang dari perkumpulan kita. Dan aku akan mengumpulkan mereka dengan alasan, yah… untuk membicarakan acara musim dingin seperti Natal, Tahun Baru, dan Hari Valentine."

"Hah?"

"Lalu, Isshiki-kun akan datang ke tempat kumpul kami dengan berpura-pura bahwa itu kebetulan. Begitulah caramu masuk ke rombongan perempuan dan meningkatkan kepopuleranmu."

"Apakah itu akan berjalan lancar? Bukankah mereka malah akan tidak senang jika ada pria yang ikut ke dalam obrolan cewek-cewek?"

"Sebelum melakukan itu, aku akan mengatakan sesuatu kalau aku juga ingin mendengar pendapat dari laki-laki. Dengan begitu, jika kau kebetulan lewat, bukan hal aneh jika kau ikut bergabung ke dalam percakapan kami, kan?"

"Baiklah kalau begitu. Tapi aku tidak tahu sama sekali soal topik bahasan apa yang disukai cewek-cewek."

"Maka, kau perlu mencari tahu dulu beberapa aplikasi yang aku sebutkan ini. Aplikasi-aplikasi ini adalah aplikasi selfie di smartphone."

Touko-senpai lalu menyebutkan beberapa nama aplikasi selfie.

"Cari tahu apa kelebihan dan kekurangan dari aplikasi-aplikasi tersebut, apakah itu berbayar atau gratis, dan apa fitur-fiturnya. Jika kau dapat menjelaskannya dengan cara yang mudah dipahami oleh para perempuan, menurutku kau akan mendapatkan banyak poin dari mereka."

"Begitu, ya."

Tentu saja, wanita sepertinya sangat berhati-hati dengan foto yang mereka unggah ke media sosial.

Mereka pasti ingin mengetahui informasi soal aplikasi yang dapat membuat mereka terlihat lebih cantik.

"Dalam percakapan itu, cobalah untuk menunjukkan kalau kau pandai dalam pemrograman. Kenyataannya, kita berdua sama-sama jurusan Teknik Informatika, dan kau pernah bilang padaku sebelumnya kalau kau cukup mahir dalam Java dan Python, kan?"

Aku memang pernah berkata begitu.

Karena itulah satu-satunya cara agar aku bisa sejajar dengan Touko-senpai, yang merupakan mahasiswi terbaik di tahun kedua Teknik Informatika.

"Saat ini, bahkan jurusan humaniora pun memiliki kelas pemrograman. Begitu banyak perempuan mengalami kesulitan dengan tugas pemrograman mereka. Sampai saat ini, aku selalu membantu membuatkan mereka program, tapi aku ingin kau melakukan itu untukku. Menurutku kau akan mendapatkan reputasi yang baik dengan para perempuan itu. Setelah itu, kau dapat terus berinteraksi dengan para perempuan lain."

Yah, kurasa aku juga bisa melakukan itu sedikit.

"Sejak awal, Isshiki-kun tidaklah buruk menurut pandangan perempuan. Bahkan saat awal tahun ajaran baru pun, ada beberapa cewek di sekitarku yang mengatakan kalau kau adalah pria yang manis dan tampan."

"Benarkah?" Aku merasakan otot-otot di wajahku mengendur.

"Benar. Kalau tidak, menurutku Karen tidak akan memilihmu sebagai pacarnya."

Aku tidak begitu mengerti evaluasi dari sudut pandang perempuan, tapi karena Touko-senpai berkata begitu, aku yakin kalau memang benar adanya.

Tapi, aku tiba-tiba teringat satu hal.

"Tapi bukankah itu ide yang buruk?"

"Kenapa?"

"Bukankah itu artinya orang lain akan tahu kalau aku dan Touko-senpai sering ketemuan? Lalu, itu juga nanti akan terdengar oleh Karen dan Kamokura-senpai, kan?"

Namun, Touko-senpai menjawab dengan tenang.

"Aku juga sudah memikirkan hal itu. Aku akan meminta Hitomi memanggilmu, jadi kau harus bersikap seolah kita hanya senior dan junior di SMA yang sama."

Wow, seperti yang diharapkan dari Touko-senpai.

Apakah dia sudah memperhitungkan semuanya?

"Kau harus bersikap seperti yang biasa kau lakukan di perkumpulan. Jangan terlalu banyak bicara padaku dan fokuslah berbicara dengan perempuan lain. Aku akan berpura-pura bahwa aku juga tidak terlalu peduli padamu."

Setelah itu, aku dan Touko-senpai membicarakan kapan harus melaksanakan rencana tersebut, apa yang harus aku bicarakan dengan para perempuan, dan lokasi mana yang akan menjadi tempat paling memungkinkan untuk pura-pura kebetulan bertemu.

Mengenai kapan pelaksanaan rencananya, kami memutuskan bahwa Touko-senpai akan menghubungiku setelah anggota gadis yang akan berkumpul telah diputuskan.

Dan juga, pada saat yang sama itu, Touko-senpai akan memberitahuku mengenai kepribadian para perempuan tersebut, apa yang mereka minati, dan apa yang tidak mereka sukai.

Aku lalu berpikir soal 'topik apa yang mungkin mereka sukai dan topik apa yang harus aku hindari'.

Pada awalnya, aku berpikir bahwa tidak mungkin untuk meningkatkan popularitas keseluruhan di kalangan perempuan, tapi ketika aku mendengarkan perkataan Touko-senpai, aku berpikir kalau itu akan lebih mudah daripada yang aku kira.

Selain itu, Touko-senpai sendiri mendukungku di rombongan perempuan itu.

Apakah memang semudah ini untuk melakukan itu?

Dan…

Perselingkuhan Karen dan Kamokura berlanjut kembali.

Sudah sekitar satu setengah minggu sejak hari Kamis kemarin, hari di mana jalan-jalan perselingkuhan mereka dibatalkan.

Sungguh, aku sudah tidak tahu lagi, dia ini tidak dapat belajar dari pengalaman atau malah idiot sih.