webnovel

ANYELIR KUNING DARI NENEK

Aku selalu penasaran kenapa nenek selalu menatapku dengan kebencian. Saat kecil, Aku selalu bertanya sambil menangis kepada ibu dan ayah, apakah nenek membenciku setiap kali aku terluka karena tatapan itu, namun mereka selalu menghiburku dengan mengatakan nenek sayang padaku. Maka aku pun terhibur dengan ucapan itu.

Hari itu adalah hari ulang tahunku ke 15, dan tidak lama lagi aku akan lulus dari SMP dan melanjutkan ke SMA yang ada di Kota Karang.

Saat pesta kelulusan ibu dan ayahku tidak muncul, sehingga sepanjang acara aku tak bisa menyembunyikan kekhawatiranku.

" Mama dan papamu mana Mei? Tanya Lesi padaku karena penasaran

" Aku tidak tau, padahal mereka

bilang akan datang" ujarku dengan nada kecewa

" Aku yakin mereka akan datang" tutur lesi demi menghiburku

Di detik terakhir kekecewaanku karena ayah dan ibu yang tak kunjung datang, muncul nenek yang berjalan perlahan kemudian duduk ditempat setelah diarahkan oleh panitia acara.

Aku terperangah, merasa aneh namun entah kenapa disaat yang sama aku tidak bisa berhenti tersenyum. Kedatangan nenek sebagai waliku cukup melegakan. Nenek datang bersama dengan satu buket bunga berwarna kuning.

" Itu, itu! ada nenekku loh!" aku jadi bersemangat dan tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.

" E cie ,, " goda teman-temanku

Sepanjang acara perpisahan sekolah, aku masih tetap mencoba menghubungi ibu dan ayah, menanyakan keadaan mereka. Aku tidak mengerti, tapi mereka tidak mengangkat telpon ataupun membalas pesan dariku, seakan-akan menghindariku.

Tanpa kusadari acara perpisahan itu pun selesai. Aku menghampiri nenek dengan senyum terbaik yang bisa kuberikan, nenek memberikan bunga kuning itu dengan senyum yang tak pernah kulihat sebelumnya. Wajah itu adalah wajah orang yang lega karena penantiannya sudah tercapai.

" Terima kasih nenek" kuraih buket bunga kuning itu

" Ya "

Nenek memberikan instruksi agar aku mengikutinya.

" Apa kita akan pulang ke rumah?" Tanyaku memastikan

" Apa kau ada acara lain setelah ini?" Nenek balik bertanya

" Iya teman sekelas berencana foto bareng dan makan bersama" jelasku ragu-ragu

'' oh begitu, tak apa silakan bersenang-senang dengan teman-temanmu untuk terakhir kalinya, Aku akan pulang duluan" nenek sangat aneh hari ini.

" Baiklah nenek, hati-hati di perjalanan pulang" aku membungkuk

Nenek pergi setelah itu, meninggalkan perasaan ganjal dalam hatiku hari itu. Nenek adalah seseorang yang dihormati, dia memiliki perusahaan yang cukup berpengaruh di Kota Karang. Perusahaan itu bernama Lei (besar dalam bahasa rejang). Tak heran, bagaimanapun aku berusaha senyaman mungkin dengan nenek ada perasaan rendah diri yang muncul tiap kali aku dalam lingkup pandangannya, meski dalam akademik maupun bakat aku  bukanlah seseorang yang memalukan.

Ayah adalah anak laki-laki pertama nenek dan merupakan pewaris berikutnya, selain ayah ada paman Dan Bibi. Hal ini yang kadang membuatku sadar ayah adalah orang yang sibuk, tapi ditengah kesibukan itu dia selalu meluangkan waktunya untuk ku dan ibu. Aku merasa hidupku telah sempurna.

" Wah , bunga anyelir" jerit Fika temanku yang pencinta bunga.

Suara Fika membuatku tersadar dari lamunan.

" Iya nenekku yang memberikan" jelasku bangga

" tapi kok kuning? "

" Eh, kenapa?"

" Nggak cuman anyelir kuning itu kalau nggak salah bahasa bunganya artinya benci" ujar Fika jujur

" Mungkin nenekmu memilih karena suka warna kuning  saja hehe" tambah Fika, aku hanya tersenyum.

" Haha jelas lah, mana mungkin ada nenek yang benci pada cucunya. Nenekku itu sangat sayang padaku tau! '' tegas Meika

Meika diam lalu memegang dadanya yang penuh dengan perasaan cemas.

Itu bukan hal yang mustahil pikir Meika.