webnovel

My CEO's Heart

"Kamu tidak pernah tahu apa yang dia pikir!" CEO-ku tidak sama dengan CEO kalian. Bibirnya tersenyum, tapi tidak dengan hatinya. Bagaimana perasaanmu apabila kau yang selalu berusaha bekerja secara jujur dan professional namun orang terdekatmu, yaitu ayahmu sendiri malah melakukan pekerjaan yang kotor dan tak terpuji? Iya, hal tersebutlah yang sedang dialami Charice, seorang reporter berdarah muda yang selalu bekerja dengan jujur dan mencari kenbenaran suatu desas-desus berita harus dihadapkan pada kenyataan jika Ayahnya adalah tersangka kasus korupsi yang akhirnya bebas dengan cara yang licik. Takdir membawanya pada masalah ketika dia bertemu seorang CEO muda, David Park, seseorang yang 'membantu' ayahnya lolos! Anehnya, sang CEO tampan, Kaya, dan popular ini mendekati dirinya meski dia masih mencintai mantan kekasihnya, Jessica. Ada udang di balik batu namun Charice memutuskan untuk 'bermain' dalam sandiwara cinta yang berbahaya ini demi menguak kebenaran. Dapatkah dia mencapai tujuannya atau justru terjatuh dalam jurang cinta tak terduga? Mungkinkah keduanya bersatu ditengah drama dan kepentingan masing"? Hai para pembaca dari novel Hyeona... kalian bisa follow ig Hyeona di @hyeona.theauthor untuk bantu mendukung semua karya-karya dari Hyeona. Terima kasih atas dukungan kalian...

HYEONA · Général
Pas assez d’évaluations
455 Chs

CEO -40-

Yeonhee sedang menyiapkan meeting direksi perusahaan Mico.

Ia dipercaya David sebagai moderator meeting direksi kali ini, dengan segala kepintarannya tentu tidak perlu diragukan lagi kelihaian Charice berbicara dan persentasi. Ia bukanlah sekretaris biasa, namun juga mempelajari keadaan keuangan dan hal-hal yang sedang menjadi sorotan di perusahaan Mico.

Para direksi perusahaan Mico telah berkumpul dan meeting pun dimulai.

Yeonhee mulai membuka meeting dan memberikan tema meetingnya. Ia pun mempersilahkan para direksi berpendapat dan berdiskusi, sementara setelahnya ia menulis notulensi dari meeting direksi ini.

Akhirnya setelah lebih dari 1 jam para direksi perusahaan mencapai kesepakatan hasil meeting.

Meeting ini membahas akah adanya pemegang saham baru dan memperdebatkan keputusan David menjual sahamnya tanpa memberi tahu jajaran direksi lainnya. Banyak yang kecewa dan tidak setuju akan langkah David tersebut namun nasi telah menjadi bubur. Selain itu, mereka juga menyayangkan akan David yang sengaja menjual sahamnya yang sedang dalam keadaan harga yang sedang turun padahal mereka harusnya dia lebih concern untuk mengembangkan dan mengekespansi pasar Mico dan ikut tender proyek pemerintah dimana uangnya pasti sangat berseri di proyek tersebut.

Di akhir meeting, Yeonhee kembali berdiri dan ingin menutup meeting pada hari itu.

"Baiklah, kita akhiri saja meeting hari ini Bapak dan Ibu sekalian, namun ada satu yang ingin saya sampaikan. Saya mendapat amanah dari Pak David untuk mengundang pemegang saham baru di perusahaan Mico dan supaya beliau diperkenalakan kepada jajaran direksi Mico sekalian. Jadi saya telah menghubungi orang yang dimaksud. Sebentar saya cek dulu keluar!"

Flashback beberapa minggu yang lalu, David dihubungi oleh orang yang sangat tertarik akan sahamnya. Ternyata orang tersebut adalah Heo Joongki. Ia tahu jika orang tersebut adalah anak tiri Ibunya, Jang Miri yang telah ia pecat dulu lewat kaki tangannya yang ada di Samkyung. Mungkin memang sampai sekarang Joongki belum tahu jika dulu David lah dalang pemecatan Joongki. Dalam pikiran David, ia ingin menebus kesalahannya akan pemecatan Joongki tersebut. Ia tahu tak seharusnya ia memecat orang yang tidak punya salah apapun dengan tanpa hati. Oleh karena itu, ia membiarkan Joongki mendapatkan sahamnya saat harga tersebut sedang rendah-rendahnya.

Heo Joongki pun muncul.

"Bapak Heo, silahkan! Bapak bisa memperkenalkan diri Bapak!" ujar Yeonhee.

Heo Joongki berjalan ke tengah meja di depan proyektor. "Selamat siang, Bapak dan Ibu jajaran direksi Perusahaan Mico, perkenalkan saya Heo Joongki dan kini saya menjadi salah satu jajaran direksi di perusahaan Mico!"

"Mari kita sambut Pak Heo dengan tepuk tangan!" pandu Yeonhee.

David sebagai presdir maju dan menjabat tangan Joongki. "Selamat bergabung di perusahaan kami Pak!"

Joongki tersenyum. "Trimakasih Pak David."

**

Charice di meja kerjanya sedang mengetik dan mengedit berita. Ia tak bisa berkonsentrasi penuh. Ia masih teringat apa yang terjadi kemarin.

Ia mengingat wajah David yang berlinang air mata.

Dalam benaknya. Kenapa Pak David? Kenapa ia menangis? Aku mggak ngerti, kenapa dia kemarin tiba-tiba nangis. Charice, kamu kasihan sama dia? Dia itu udah jahat Charice, jangan-jangan... kamu kan nggak tahu apakah airmata kemarin itu akting atau asli. Stop Char, jangan sampai kamu kebawa perasaan lagi. Char, perasaan kamu ke Pak David harus udah selesai. Nggak boleh-nggak boleh... Harus bisa melupakan orang itu.

**

Raymond menghubungi David.

"Halo Dave!"

"Raymond-ssi, ada angin apa gerangan kau menelponku?"

"Dave, kau mengenal prostitusi yang pernah saya..." Raymond terdiam sejenak. "Pukuli dulu?" lanjutnya agak ragu.

David berpikir sejenak. "Maksudmu yang dulu di klub Airis?"

"Iya, benar."

David bernada sinis. "Memang mengapa?"

"Aku dapat kabar jika wanita itu menghilang tiba-iba."

"Maksudmu apa? Jaekyung menghilang?" David terkejut.

"Iya, benar, Jaekyung menghilang."

"Beberapa hari yang lalu saya mencari tahu identitas dari wanita tersebut, ternyata dia adalah gadis yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan di daerah Busan. Kemudian saya mencari tempat tinggalnya dan menemukannya, ternyata menurut teman-temannya dia telah menghilang entah kemana sudah lebih dari sebulan ini."

"Kau yakin sudah mencari sampai teman-teman terdekatnya?"

"Saya berencana mencari ke panti asuhan tempatnya dibesarkan."

David kaget. "Kau memang ada urusan apa samapi segitunya ingin bertemu dengan Jaekyung?"

"Saya ingin me..."

"Me apa?"

"Meminta maaf."

David kaget. "Apa? Seseorang Raymond mau minta maaf ke seorang prostitusi?"

"Kau jangan meledek ya Dave... Memangnya yang mau tobat kau saja," celetuk Raymond.

"Ada angin apa Raymond-ssi, kau mengapa ingin tiba-tiba bertobat?"

"Saya..."

"Saya apa?"

"Dave, saya akan jadi seorang ayah."

David sesaat terkejut, dia terdiam sesaat.

"Dave, kau tidak senang?" tanya Raymond.

"Tentu saya bahagia dan turut bersuka cita. Chukahamnida Raymond-ssi!"

"Dave, kau tahu, rasanya percaya tidak percaya akan semua ini."

"Maksudmu?"

"Saya tidak menyangka jika Jessica ingin anak itu, saya pikir ia akan..."

"Ray..." David memotong omongan Raymond. "Saya kenal Jessica sejak lama, ia bukanlah wanita yang kejam. Bagaimanapun ia sangat menyukai anak-anak."

"Kau tidak tahu Dave, saya punya masa lalu yang tidak bagus mengenai anak."

"Maksudmu apa Raymond-ssi?"

"Mantan pacar saya memilih untuk aborsi dan saya sangat sakit hati dengan perbuatannya itu tanpa menanyakan pendapat saya. Kalau saja anak itu lahir dan hidup, mungkin dia sudah berusia 10 tahun sekarang." Raymond sedih mengingat masa lalunya.

"Raymond-ssi... saya percaya sekarang ini memang baru waktunya kau dipercaya untuk menjadi Ayah. Sekali lagi selamat atas kehamilan Jessica."

"Terimakasih Dave!"

"Kau akan menikahi Jessica?"

"Tentu. Namun Jessica ingin resepsi setelah melahirkan. Yang penting sekarang melegalkan pernikahan dahulu."

"Iya lebih baik seperti itu."

"Jadi bagaimana Dave? Kau akan bantu saya mencari panti asuhan tempat Jaekyung dibesarkan?"

David terdiam sejenak. "Iya tentu. Saya sangat mendukungmu untuk bertobat. Akan saya cari tahu tempat tinggal Jaekyung dan mengabarimu secepatnya."

**

David di dalam ruangannya sendiri.

Ia memegang secangkir wine di tangan.

Dalam benaknya. Jessica, semoga kau bahagia besama Raymond. Kau harus tahu, jika aku turut senang dengan semua itu. Mungkin yang kau lakukan tempo hari kepada Charice, memang karena pengaruh moodmu yang sedang hamil muda. Kalu diingat kembali ke masa lalu, mimpi kita bisa menikah dan juga punya anak, bahkan kau ingin punya 5 anak. Namun itu hanyalah masalalu yang harus dilupakan. Kau pasti bisa jadi Ibu yang baik dan aku bahagia karena Raymond ternyata juga serius ingin berubah menjadi yang lebih baik. Aku sekarang yakin dan bertambah lega karena kau sudah berada di tangan yang benar. Jes, kau sudah menemukan kebahagiaanmu sendiri, apakah aku juga akan sepertimu? Menemukan kebahagiaanku sendiri?

**