webnovel

Maaf

Setelah mengetahui itu, aku hanya diam melihatnya menangis kesakitan. Aku tidak tau harus berbuat apa karena aku benar-benar takut saat itu. Setelah lukanya dibersihkan dia dibawa pulang oleh beberapa orang yang ada dilokasi kejadian, mereka tidak menanyaiku apapun tentang kecelakaan itu. Mereka hanya menyuruh kami untuk kembali kerumah masing-masing. Aku pun pulang kerumah dengan perasaan yang takut, aku khawatir saat sekolah besok dia akan menghampiriku.

Setelah sampai dirumah, aku langsung masuk ke kamarku. Tidak ada siapapun dirumah hari itu, hanya aku sendiri. Di dalam kamar aku hanya memikirkan kakak kelasku tadi, bagaimana keadaannya saat ini? Entahlah, pikirku saat itu. Aku yang tidak tenang langsung menanyakan nomor handphonenya kepada teman-temanku, mereka semua bertanya kenapa aku tiba-tiba mencari nomor hp kakak itu tapi aku tidak menjawab mereka semua karena aku sangat cemas.

Aku menanyai semua teman-temanku tentang nomor hp nya, tapi tidak ada satupun dari mereka mempunyai nomor kakak kelasku itu. Aku yang sudah putus asa akhirnya menyerah dan pasrah dengan apapun yang akan terjadi nanti. Jika aku mendapatkan nomor hpnya aku berencana akan menjenguk kerumahnya, dan meminta maaf tapi aku tidak menemukan apa-apa dan aku juga tidak tau dimana kakak kelasku itu tinggal. Siang itu pikiranku benar-benar kacau, aku tidak memberi tau siapapun termasuk ayah dan ibu karena aku takut ayah dan ibu akan marah padaku.

Sepanjang hari aku hanya diam, pikiranku tidak tenang hingga makan malam tiba dan kami semua berkumpul bersama. "Zahra, bagaimana hari ini nak? Apa ada cerita yang menarik? Ayah ingin sekali mendengarnya." tanya ayah padaku. "Tidak ada yah, hari ini semuanya normal. Aku masuk kelas, istirahat dan pulang." jawabku. "Oh begitu, lalu bagaimana dengan motormu? Apa kamu senang akhirnya bisa pergi dan pulang sekolah sendiri?" tanya ayah lagi. "Aku sangat senang yah, aku tidak perlu merepotkan ibu lagi." ucapku dengan nada sedikit cemas. Aku sangat menyesal telah berbohong pada ayah dan ibu, tapi aku juga takut untuk memberitahu kebenarannya kepada mereka. Mungkin ini hanyalah masalah biasa, tapi bagiku ini adalah masalah yang sangat besar sehingga masalah ini terus menjadi beban pikiranku.

Keesokan harinya aku pergi sekolah dengan perasaan yang tidak nyaman, aku takut jika tiba-tiba aku bertemu dengan kakak kelasku itu. Sebenarnya aku juga masih tidak tau apakah dia mengenal wajahku atau tidak saat kecelakaan itu terjadi. Setelah sampai di sekolah aku langsung menuju kekelas ku dan duduk diam disana, aku benar-benar tidak nyaman hari itu. Saat jam istirahat aku pergi ke kantin karena bisa saja aku bertemu disana jadi aku bisa minta maaf secara langsung, tetapi saat sampai dikantin dia tidak ada disana aku pun pergi mengecek kekelasnya yang berada di depan kantin itu. Ternyata hari itu dia tidak masuk, hal ini membuatku semakin gelisah dan tidak nyaman. 3 hari berlalu semenjak kejadian itu, kakak kelasku itu belum juga masuk sekolah. Aku berpikir apakah lukanya separah itu? Apa aku terlalu tidak peduli? Hal ini membuatku menjadi sedikit berbeda saat disekolah, karena aku masih memikirkan kejadian 3 hari yang lalu. "Eh Zahra, kamu ngapain disini?" tanya Sofia yang melihatku duduk sendirian di tangga samping kelasku. "Oh enggak Sof, aku cmn pengen sendiri aja." jawabku. "Tapi aku perhatiin ya, belakangan ini kamu tu beda lo. Kamu kayak lagi ada masalah gitu, kamu kenapa si?" tanya Sofia yang penasaran kenapa sikap ku berbeda belakangan ini. "Enggak kok sof, eee tapi gimana ya. Aku boleh cerita kan? Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa oke."ucapku pada Sofia. "Iya, aman deh. Emang kamu kenapa?" jawab sofia. "Jadi gini sof, 3 hari yang lalu aku gak sengaja nyenggol kakak kelas kita." ucapku pada Sofia. "Nyenggol gimana? Kamu nyindir dia apa gimana sih?" tanya Sofia yang terlihat belum paham dengan yang aku katakan. "Bukan nyenggol itu, tapi senggolan motor. Tau kan? Terus dia jatuh dan kakinya luka gitu." jelasku. "Haahh, seriusan? Terus gimana kakak kelas itu? Kakak kelas yang mana si, kan kita punya banyak." ucap Sofia. "Iya dan sampai sekarang aku gak tau harus ngapain, aku takut sof. Apalagi kalo kamu tau siapa yang aku senggol kamu pasti juga bakalan takut." jelasku. "Iya siapa si?" tanya Sofia penasaran. "Itu lo kakak kelas kita yang namanya Angel." jawabku. "Hah? Seriusan? Kamu nyenggol dia? Primadona sekolah kita? Wah parah si, aku juga bakalan kayak kamu si kalo begini." ucap Sofia. "Tuh kan, terus sekarang aku harus gimana sof. Bantuin,aku mau minta maaf sama kak Angel." pintaku pada Sofia. "Oh ya udah,aku bantuin deh. Nanti kalo kita ketemu aku bakalan langsung cegat dia dan kamu punya kesempatan buat minta maaf deh." jelas Sofia. "Iya tapi masalahnya gak semudah itu sof, dia aja udah gak masuk dari 3 hari yang lalu. Gimana caranya minta maaf coba." ucapku. "Udah, kamu tenang aja. Waktu dia udah masuk nanti kita langsung temuin dia okee." jawab Sofia. Setelah bercerita dan meminta bantuan kepada Sofia, aku menjadi sedikit lega. Kami masuk kembali kekelas dan melanjutkan pelajaran hari itu.

Keesokan harinya adalah hari favorit ku karena hari itu adalah waktunya kami olahraga, hari itu aku diantar oleh Ibu karena motor ibu rusak dan harus masuk ke bengkel. Setelah sampai di gerbang, seperti biasa aku dan ibu melakukan ritual khusus yang selalu kami lakukan sebelum berpisah. Aku merasa sedikit lega dibandingkan hari-hari sebelumnya dan aku tidak tau kenapa. Setelah melakukan ritual itu, aku langsung menuju kekelas ku. Saat diperjalanan menuju kekelas, aku melihat kak Angel datang kesekolah dengan kaki yang diperban dan dia dibanti berjalan oleh beberapa temannya. Saat melihat itu aku kembali merasa cemas, aku kembali merasa takut atas apa yang terjadi beberapa hari yang lalu. Aku melihatnya sampai dia masuk kekelas, dan aku juga menuju kekelasku. Aku mencari Sofia tapi seperti biasa dia selalu terlambat, dan entah kenapa aku tidak pernah menanyakan kepada Sofia kenapa dia terlambat.

Bel masuk pun berbunyi, karena pelajaran pertama kami olahraga maka kami segera pergi kelapangan untuk siap-siap berolahraga. Saat sedang melakukan pemanasan, tiba-tiba Sofia mengagetkanku dari belakang, dia terlihat lelah karena dia harus berlari dari kelas ke lapangan. "Sof, kak Angel hari ini masuk." ucapku pada Sofia sambil melakukan pemanasan. "Oh ya? Terus kamu mau minta maaf hari ini?" tanya Sofia. "Gak tau, aku takut banget sof." jawabku. "Ya kalo dipikir pikir emang pasti takut lah, tapi kan lebih cepat lebih baik. Kalo udah selesai kamu juga bakalan lebih tenang, gimana si." ucap Sofia. "Iya juga si, tapi aku takut sof." kataku pada Sofia. "Udah, kamu gak usah takut nanti aku bakalan bantu kamu. Tenang aja." ucap Sofia.

Aku baru beberapa bulan mengenal Sofia, dan dari beberapa bulan ini aku bisa menyimpulkan Sofia adalah orang yang sangat baik, dia tidak pernah takut dengan apapun karena menurut Sofia jika itu yang terbaik kenapa kamu harus takut.

Setelah selesai pemanasan, kami duduk dipinggir lapangan sambil menunggu guru kami sampai. Namun, ternyata hari itu guru kami tidak masuk dan kami diperbolehkan untuk bubar. Aku dan Sofia memilih untuk pergi kekantin karena kami sangat haus, saat sampai di kantin kami memesan es teh dengan mie goreng. Setelah selesai memesan aku dan sofia duduk dibangku kantin sambil bercerita, saat sedang asik bercerita aku melihat kak Angel dibalik jendela kelasnya. Ternyata kelas mereka sedang tidak ada guru, dan siswa yang lainnya pergi ke perpustakaan untuk membantu membersihkan perpus. Kak Angel tidak pergi karena kakinya sedang sakit, jadi dia hanya duduk dikelas. Melihat kak angel yang sedanh sendiri aku pun ingin pergi menemuinya tetapi saat itu aku juga merasa sangat takut. "Sof, itu kak Angel lagi sendiri dikelasnya. Aku samperin gak ya?" tanyaku pada Sofia. "pake ditanya lagi, ya samperin dong. Mau cepat selesai gak? Ayok aku temenin." jawab Sofia. "Tapi aku takut sof, gimana kalo dia marah sama aku. Terus gimana kalo dia gak mau nerima maaf aku." ucapku. "Gak mungkin kak Angel gitu, mukanya emang jutel tapi kan kita gal tau dia orangnya gimana. Udah ayok." ajak Sofia sambil menarik tanganku. "Bude, sebentar ya. Mie gorengnya simpan dulu." teriak Sofia pada ibu kantin.

Kami pun pergi kekelas kak Angel dan langsung menuju ke tempat duduknya. Dia sedang sendiri saat itu, melihatnya duduk dan kakinya terperban aku kembali menjadi cemas. Sofia yang tanpa rasa takut itu langsung menghampiri kak Angel dan memulai pembicaraan. "Hai kak, saya gak akan basa basi kak. Ini temanku Zahra, dia yang beberapa hari yang lalu nyengol kakak. Dan sekarang dia mau minta maaf." ucap Sofia sambil mendorongku untuk bicara. "Eee, iya kak saya yang kemarin nyengol kakak terus yang bikin kaki kakak luka. Saya minta maaf kak, jujur saya udah nyari cara untuk bisa menghubungi kakak lebih awal tapi saya gak dapat caranya kak. Sekali lagi saya minta maaf kak." ucapku pada kak Angel sambil menunduk ketakutan. "Oh jadi kamu orangnya, udah gak apa-apa namanya juga musibah. Kan kita sama-sama gak mau hal itu terjadi, kecuali kalo kamu sengaja nah itu beda cerita nya. Gak apa-apa kakak maafin kok, kakak juga gak ada masalah si sebenarnya. Jadi gak apa-apa, dan kakak juga hargain kamu yang mau langsung ketemu kakak kayak gini." ucap kak Angel.

Mendengar itu aku masih merasa bersalah, aku tidak meminta maaf dari awal. Setelah itu aku menjadi lebih lega karena aku sudah mengatakan apa yang ingin aku katakan dan aku juga tidak menyangka ternyata orang yang aku takuti adalah orang yang sangat baik. Benar kata Sofia mukanya mungkin kelihatam jutek tapi tidak dengan hatinya, kak Angel menunjukan kepadaku bahwa good looking dan good attitude secara bersamaan itu ada. Dan aku juga baru tau, jika apapun yang menjadi masalahmu kau harus selesaikan. Jika kau terus lari,masalah itu tidak akan pernah selesai. Dan ini juga membuktikan kekuatan kata maaf itu sangat luar biasa, meminta maaf itu bukan berarti kamu salah tetapi itu berarti kamu dewasa dan orang yang memberikan maafnya itu sudah pasti orang yang luar biasa.