webnovel

Terlalu Jauhhh

Keesokan harinya, ia sudah berpenampilan rapi. Ia sudah membuat CVnya lagi sebagai alat penghubung antara dia dengan ikhwan itu. Ketika keluar, "Zara mau kemana?" tanya Bundanya. Bundanya penasaran dihari sabtu ini ia tak biasanya keluar rumah.

"Bun, Zara ada urusan. Urusan dapur, aku akan bantu Bunda." Ucap kakak iparnya selembut mungkin, "Sebentar ya bu, mau nitip sesuatu pada Zara." Perempuan itu meninggalkan wanita yang dihormatinya di dapur yang tengah berinteraksi dengan kompor dan ketel.

"Aku mau ketemu temen, Kak." ucapnya ketika ia sedang mengenakan sepatu.

Nadia, Perempuan yang disebutnya Kakak itu tersenyum. "Aku tau, hati-hati ya.. jaga emosinya jangan sampai meledak-ledak. Aku tau kisahmu beberapa waktu lalu itu."

Zara terdiam mematung, ia seperti baru saja mendapat serangan mendadak. Apa barusan? Sudah tau kisahku dulu? "Aaaah.. Kakak." Perempuan yang dipanggil kakak itu hanya tertawa kecil, sambil melambaikan tangannya.

"Pergilah, hati-hati." ucapnya.

"Kakak.. jangan bilang siapa siapa ya..." ucapnya agak keras. Perempuan yang masih menahan tawanya itu mengangguk tanda mengerti, "termasuk Abang."

"iya iya, berangkatlah.." lalu perempuan itu masuk ke dalam rumah yang disambut oleh pertanyaan sang suami, "Ada apa ketawa seperti itu?"

"Loh, Nad. Udah toh? Nitip apa ke Zara?" tanya Bundanya dari arah dapur.

"Ada yang lucu dari Zara.." jawab pada suami tercintanya. "Gak jadi Bun, ternyata Zara gak lewat tempatnya. Paling nanti pas sekalian pulang aja.." ucapnya lalu membantu Bunda untuk mempersiapkan sarapan pagi.

***

"Nifa, aku sudah di alamat yang kamu kasih. Kamu dimana?" tanyanya lewat telpon.

"Aku sedang berkendara, bentar lagi juga nyampe." ucapnya santai.

"Astagfirullah, kau.." Zara dengan cepat mematikan sambungan telponnya. Ia tak mau akan terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu. Parah sekali dia, menyerahkan nyawanya hanya untuk mengangkat telpon.

Zara memutuskan untuk mencari tempat duduk, tapi tidak ketemu juga. Ketika ia membalikkan badannya, ia tak tau ada seseorang di belakangnya. "Astagfirullah, maaf. Maafkan saya" ucap Zara sembari menundukkan pandangannya. Ya, ia tau itu laki-laki. Dan laki-laki itu langsung menjaga jarak amannya, dan memutuskan untuk masuk ke aula gedung.

Tak lama, terdengar suara Nifa "Kau kenapa melamun di sini?" tanyanya mengagetkan.

"Ishhhh.. kau jail sekali sih. Tak habis pikir ada laki-laki yang mau padamu." ucapnya pedas dan langsung memasuki aula.

"Heyyy..." tegurnya. "Tunggu di sini sebentar, aku akan menghubungi dulu ustadznya.." ucap Nifa setelah mensejajarkan dirinya. Lalu ia melangkah menuju ruangan yang tak jauh dari mereka.

Zara terdiam, ia hanya memainkan ponselnya dengan seksama. Setelah beberapa lamanya, Nifa memanggil dan Zara memasuki ruangan itu. 'ingat jaga pandangannya' tiba-tiba Zara mengingat perkataan kakak iparnya.

Ia berusaha untuk terus menundukkan pandangan, ia tak mau mempertaruhkan pernikahannya yang dimanipulasi oleh musuh Allah yaitu Syaitan. Karena sangat mudah bagi mereka untuk menyelinap masuk pada setiap hati manusia.

'Semoga, ini akan menjadi jalan terakhirku untuk menjalin hubungan dengan hamba yang Kau Ridhai, Ya Allah. Aamiin Allahumma Aamiin.' ucapnya dalam hati.