webnovel

Kehendakku akan Menghancurkan Langit

Éditeur: EndlessFantasy Translation

Tatapan Qin Wentian seperti sebilah pedang yang tajam yang menembus kekosongan.

Benua Bulan, Aula Kaisar Ramuan. Dia pasti akan sampai di sana.

"Wentian, dia berusaha memancing kemarahanmu. Tetapi jika apa yang dia katakan itu benar, maka pasti akan ada banyak tokoh digdaya yang akan berkumpul di sana. Jika kau pergi ke sana kau pasti akan berada dalam bahaya." Zong Yi mengomentari dengan alis yang berkerut.

"Aku tahu." Qin Wentian mengangguk ringan. "Namun, meskipun ada bahaya yang menunggu, aku tetap harus pergi ke Benua Bulan."

Pandangan yang penuh pemikiran muncul di mata Zong Yi, setelah berdiam beberapa saat, ia kemudian berkata lagi, "Biarkan aku pergi mengikutimu."

"Paman Zong, paman masih perlu berada di sini untuk menyelesaikan masalah-masalah Klan Zong." Qin Wentian menggelengkan kepalanya.

"Tidak masalah, para sesepuh masih ada di sini menggantikanku. Aku tidak bisa tinggal dengan hati tenang jika kau bepergian seorang diri ke Aula Kaisar Ramuan. Namun, aku tidak akan pergi ke sana bersamamu, aku akan menyamar menjadi orang biasa yang bertemu denganmu dalam perjalanan dan bepergian bersama. Dengan cara itu akan lebih mudah bagiku untuk berbaur dengan orang banyak dan membuat orang lain tidak mudah mengenaliku," kata Zong Yi. Qin Wentian menatap Zong Yi sebelum membalikkan tubuhnya dan menatap langit ketika tiba-tiba ia tertawa, "Baiklah, Paman Zong, karena kau melakukannya dengan cara itu, aku tidak akan menolak niat baikmu lagi."

Saat suaranya mereda, siluet Qin Wentian melesat lalu muncul di atas pedang siluman itu sekali lagi. Matanya terpaku pada pedang itu, Qin Wentian langsung mengiris permukaan jari-jarinya untuk mengaliri pedang siluman itu dengan darah segarnya lagi, ia memberi makan pedang siluman itu dengan darahnya.

"Wentian, apa yang kau lakukan ?!" Wajah Zong Yi berubah drastis saat melihatnya.

"Aku butuh pedang ini." Suara Qin Wentian sangat dingin sampai-sampai Zong Yi tanpa sadar gemetar. Ia kemudian menutup matanya, membiarkan pedang siluman itu menyedot darahnya dengan bebas. Seketika, ratapan pedang yang menyedihkan itu terdengar sekali lagi, ketika seberkas cahaya melesat ke langit.

Di dalam tubuhnya, di samping nyala lilin itu, helai-helai emas di sekelilingnya berubah menjadi darah segar, sementara darah siluman purba di dalam tubuhnya membanjiri pedang siluman itu dan menyebabkan ratapan itu menjadi semakin menakutkan ketika rasi bintang itu muncul sekali lagi di langit.

Di luar Kota Pedang Kehormatan, para penduduk sedang kembali ke rumah mereka masing-masing, tetapi tepat pada saat itu, gelombang kejutan yang besar mengguncang hati mereka ketika mereka merasakan niat pedang yang mengerikan berdesing di udara sekali lagi, ketika rasi bintang itu muncul di langit.

Apa lagi yang sedang terjadi?

"Bzz!" Seberkas cahaya pedang yang tak tertandingi dan gemerlap menyerbu langsung menuju kubah langit. Suara ratapan pedang yang tak ada habisnya memenuhi seluruh kawasan. Orang-orang hanya merasakan bahwa tubuh mereka menjadi dingin akibat kehendak membunuh yang pekat yang berasal dari pedang siluman itu.

Di bawah jurang itu, tatapan Qin Wentian dipenuhi dengan tekad yang tak dapat dipatahkan saat ia menatap pedang siluman raksasa itu. "Kau benci bahwa langit terlalu hina, maka kau tidak mau terbang menembus langit. Kau membenci fakta bahwa kekuatanku masih terlalu lemah, itulah sebabnya ratapan sedihmu terdengar tanpa henti. Namun, meskipun aku mungkin lebih rendah dari harapanmu sekarang, ambisi dan cita-citaku tidak berada di bawahmu. Aku, ingin membuatmu menghancurkan langit."

Nada bicara Qin Wentian sangat dalam, suaranya bercampur dengan qi pedang, saat kata-kata yang diucapkannya bergema di udara. Ia, berkomunikasi dengan pedang siluman itu. Qin Wentian tidak mau menyerah.

Pendekar dari Klan Wang mencoba memancing kemarahan Qin Wentian dengan membawa tema pembicaraan tentang Mo Qingcheng. Ketika matanya tertuju pada rasi bintang itu sekarang, ekspresi wajahnya berubah menjadi seringai jahat ketika tawa dingin terdengar keluar darinya. "Pedang siluman itu membenci kenyataan bahwa langit terlalu hina, itu sebabnya ia tidak mau ditarik keluar. Jika begitu, bagaimana pemuda itu bisa berhasil? Jika dia benar-benar bepergian ke Benua Bulan, semoga ia bisa melarikan diri dari jaring perangkap yang tak bisa dilepaskan itu."

Namun, kata-katanya tidak lagi mencapai telinga Qin Wentian.

Saat ini, Qin Wentian bisa merasakan dengan jelas harga diri pedang siluman itu. Ketika ratapan sedih dari pedang siluman itu bergema, ia bisa merasakan bahwa jantungnya, juga darahnya, beresonansi bersamaan dengannya. Ratapan pedang itu pedih karena ia membenci fakta bahwa langit terlalu hina, membenci kenyataan bahwa tidak ada tuan yang layak mendapatkannya, fakta bahwa tidak ada yang bisa mengendalikan kekuatannya.

Qin Wentian bisa merasakan emosinya. Namun sekarang, setelah pedang siluman itu mendengar kata-katanya, ratapan pedang itu meningkat menjadi semakin intens.

"Jika kau juga, merasakan hal yang sama seperti aku. Jika kau juga, ingin menghancurkan langit. Izinkan aku membawamu dalam perjalananku." Wajah Qin Wentian tampak tenang seperti biasanya, saat ia berbicara dengan pedang siluman itu. Darah dari tubuhnya terus mengalir membasahi badan pedang itu dan membiarkannya terkuras. Namun, ia tidak panik sedikit pun dan membiarkan pedang itu mengkonsumsinya sebanyak darah yang diinginkannya. Bagaimanapun juga ia ingin mencabut pedang itu.

Sebuah ratapan tajam terdengar, darah di tubuh Qin Wentian bergetar. Kedua tangannya diletakkan pada gagang pedang itu dan dengan sebuah raungan amarah, seluruh kekuatannya terkumpul di kedua telapak tangannya saat ia menarik pedang itu ke atas.

"Arrrrrggghhh!"

Langit dan bumi bergetar, semua pedang-pedang di dekatnya bergetar bereaksi.

"Ia mulai bergerak ...." Zong Yi dan anggota Klan Zong lainnya berseru dan ekspresi keterkejutan terlihat di wajah mereka. Pedang siluman itu bergerak.

"Peng …." Hamparan pedang itu menghancurkan dirinya sendiri, tanah berguguran. Sebuah kekuatan pedang yang luar biasa terbentuk menjadi seberkas sinar yang tegas menembak lurus ke awan.

"Pedang siluman itu ingin keluar?" Hati Zong Yi tenggelam dalam gelombang ketidakpercayaan. Qin Wentian bersumpah untuk tidak akan berhenti untuk menarik pedang itu keluar hari ini!

"Zegg ... zegg …." Pedang siluman itu tertarik keluar sedikit demi sedikit dan akhirnya, ketika ujung pedang itu muncul sebuah badai dahsyat menerpa dan melanda seluruh kawasan itu.

Orang-orang dari Klan Zong mundur seketika dengan secepat kilat, wajah mereka dipenuhi dengan kengerian.

Berkas-berkas cahaya berkumpul menjadi satu membentuk sebuah pilar cahaya berwarna biru, seolah-olah mencoba bersaing dengan cahaya dari langit saat memecah kubah langit.

Semua orang yang keluar masuk kota Pedang Kehormatan tertegun, mereka bahkan bisa dengan jelas mendengar jantung mereka berdetak sangat kencang. Sambil menengadahkan kepala, mereka melihat bahwa setelah pilar cahaya biru itu memecah kubah langit, sebuah lubang hitam terbentuk di sana di tengah-tengah awan dan tampak seperti sebuah rongga besar di permukaan langit.

Ratapan kesedihan menggema keluar dari lubang hitam itu, mengeluhkan kenyataan bahwa surga terlalu hina untuk dapat menampungnya.

"Dhuarr!" Tanah tenggelam ke bawah seolah-olah sedang tertarik oleh gravitasi. Di bawah tekanan niat pedang itu, segala sesuatu di sekitarnya tercabik-cabik oleh ketajamannya. Bahkan ada beberapa orang yang bersujud di tanah, menyembah pedang yang mengerikan itu.

Pedang siluman itu tak dapat digerakkan sejak zaman kuno. Tetapi ketika ia bergerak, kekuatannya mampu mengguncangkan langit.

Keringat dan darah membasahi seluruh tubuh Qin Wentian. Telapak tangannya memerah oleh darah saat ia memanggil sebuah kekuatan yang tak terbatas untuk mengeluarkan pedang itu. Kepalanya menengadah, menatap cakrawala saat tubuhnya melesat ke langit.

Pedang siluman itu tampak ragu-ragu dan enggan naik bersamanya.

"Kau benci langit terlalu hina. Meskipun kau memiliki kekuatan pedang tertinggi, kau tidak sudi mengizinkanku untuk mengendalikanmu." Suara Qin Wentian memenuhi langit, bahkan bergema melalui ruang hampa.

"Kelemahanku hari ini, tidak bisa meramalkan masa depanku. Itu tidak berarti bahwa aku tidak akan bisa naik ke langit suatu hari nanti." Qin Wentian mengalihkan pandangannya ke lubang hitam di langit itu, matanya dipenuhi dengan keteguhan hati yang tak bergeming, tak tertandingi dan tak tergoyahkan.

Luo He dari Aula Kaisar Ramuan, mengapa dia mengingkari janjinya?

Ia menyinggung sebagian besar kekuatan transenden, dan karena kelemahannya, ia dianggap sebagai seseorang yang akan mati segera.

"Ke atas!"

Qin Wentian meraung penuh kegilaan, saat tubuhnya terus berusaha naik ke atas. Seluruh otot-ototnya mengejang penuh perjuangan, saat ia mengerahkan semua kekuatannya, menyemburkannya dengan ganas dan menginginkan pedang itu takluk.

Niat pedang tanpa batas menyelimuti tubuhnya. Pedang siluman itu akhirnya naik bersama dengannya.

Orang-orang dari Klan Wang, Klan Li dan Sekte Pedang Surga merasakan jantung mereka berdetak kencang ketika mereka menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu. Tubuh mereka tanpa sadar bermetar, terutama pendekar dari Klan Wang yang berusaha memancing kemarahan Qin Wentian tadi. Wajahnya menjadi pucat pasi, ia tidak pernah mengira bahwa Qin Wentian akan benar-benar dapat menarik pedang itu karena dampak emosional dari kata-katanya.

"Akankah pedang siluman itu mengikutinya, dan muncul di Xia yang Agung?"

Para pendekar dari Klan Wang semuanya merenung dalam hati. Mereka sangat bisa membayangkan bencana apa yang akan dihadapi musuh-musuh Qin Wentian di saat ia menghunus pedang siluman itu.

"Ayo, kita harus meninggalkan tempat ini dengan cepat."

Ketua sekte Pedang Surga, Jian Wuyou, tiba-tiba tersadar dari keterpanaannya saat tiba-tiba ia meraung dengan keras. Beberapa saat kemudian, orang-orang dari Sekte Pedang Surga semua tersadar dari kebingungan lalu bersiap untuk segera pergi.

"Jika ratapan pedang itu terdengar, mana ada kehidupan yang masih akan tersisa?"

Sebuah suara terdengar dari ruang hampa, seolah-olah berasal dari niat pedang yang menakutkan dan menyelimuti seluruh ruang itu. Tiba-tiba, sejumlah pedang tajam mewujud tanpa henti, lalu meluncur menuju mereka yang berasal dari Sekte Pedang Surga.

Para pendekar dari Sekte Pedang Surga melihat ke belakang hanya untuk melihat sejumlah qi pedang yang tak ada habisnya turun dari langit, begitu banyaknya sehingga qi pedang itu menutupi seluruh langit.

Di mana kehidupan masih akan tersisa?

Saat lantunan pedang itu bergema, niat membunuh Qin Wentian semakin kuat.

"Wuzz, wuzz …!"

Pedang-pedang itu menghunjam turun dan dalam seketika, para pendekar itu mati satu demi satu, tekanan dari kekuatan pedang yang luar biasa itu mengubah mereka menjadi debu.

Jeritan penuh darah menggema dari kejauhan. Jian Wuyou berada dalam kesulitan, pedangnya hancur, tubuhnya penuh dengan luka-luka saat astral novanya hancur. Dengan hanya satu lengan yang tersisa, darah segar keluar dari luka-lukanya, tetapi ia bahkan tak berani menoleh ke belakang, dan terus berlari tunggang langgang dalam upaya untuk menyelamatkan diri.

Para penonton di sekitarnya yang menyaksikan adegan itu mengukirnya di dalam benak mereka, tidak bisa melupakan kengerian yang mencekam sepanjang hidup mereka.

Orang-orang dari Klan Li dan Klan Wang semuanya gemetar ketakutan, mereka juga baru saja terbangun dari keterkejutan. Mereka tidak pernah membayangkan bahwa Qin Wentian benar-benar dapat menarik keluar pedang siluman itu. Dan mereka telah melupakan satu hal—saat pedang itu dicabut, orang-orang yang ingin dibunuh Qin Wentian dulu, adalah mereka.

"Lari!" Li Zhentian meraung. Orang-orang dari Klan Wang juga berusaha melarikan diri. Namun, ketika ketajaman lantunan pedang itu mendesing di atas mereka, sebuah cabikan besar yang berdarah terwujud di udara. Pendekar dari Klan Wang itu sangat kuat, tetapi ia tidak cukup kuat untuk menahan sepenuhnya niat pedang yang luar biasa yang terpusat pada dirinya sendiri.

"Mati."

Sebuah suara berbisik pelan di dalam hatinya. Seketika itu juga, ratapan pedang itu mencapai puncaknya ketika sebuah getaran yang sangat tajam itu membelahnya menjadi dua. Sebelum ia tewas, hatinya dipenuhi dengan kebencian dan penyesalan yang tak berkesudahan. Mengapa ia harus menyebutkan nama Mo Qingcheng demi memancing kemarahan Qin Wentian.

Perhatian semua orang terpusat pada siluet seorang pemuda berwajah siluman yang terbang tinggi di udara. Bahkan setelah melayang 100 meter di langit, badan pedang siluman itu belum sepenuhnya terungkap. Panjangnya ternyata lebih dari 100 meter.

"Bumm!" Tubuh Qin Wentian tiba-tiba jatuh dari udara, dan dengan kejam menghantam tanah di luar Kota Pedang Kehormatan dengan diperparah oleh efek gravitasi. Ia memuntahkan darah segar ketika tubuhnya meringkuk kesakitan ... namun kedua tangannya masih erat mencengkeram gagang pedang siluman itu. Ia tidak punya kekuatan lagi.

Para penonton menemukan bahwa telapak tangan Qin Wentian bukan lagi telapak tangan manusia, melainkan telapak siluman raksasa. Bahkan sekarang, keteguhan di matanya belum memudar sedikit pun.

"Kenapa kau masih tidak mau membiarkan aku mengendalikan kekuatanmu? Lalu ... aku bisa saja berkelana bersamamu beratus-ratus ribu mil, dan membuatmu dapat melihat kehendak dan tekadku, bahwa cita-citaku sepadan dengan harga dirimu, saat kita menghancurkan langit bersama."

Sepertinya Qin Wentian berbicara kepada pedang itu. Ia menggunakan pedang itu untuk menopang dirinya, sebelum perlahan berjalan maju selangkah demi selangkah sambil menyeret pedang itu bersamanya. Ke mana pun ia pergi, bekas torehan pedang yang sangat besar itu terlihat ketika ujung pedang itu mengiris tanah dengan mudah.

Kerumunan di depannya semua membuka jalan untuknya, tidak ada yang berani menghalangi jalannya.

Ratapan pedih dari pedang siluman itu juga berangsur-angsur melemah. Seolah-olah pedang siluman itu telah merasakan kedalaman keinginannya serta intensitas kehendak dan tekadnya.

"Wentian."

Orang-orang dari Klan Zong muncul di sampingnya. Mereka menatap bekas torehan pedang itu di tanah, hati mereka terasa seolah terhantam oleh sebuah palu yang membuat mereka masih agak linglung karena terguncang. Mereka tadinya berpikir bahwa peringkat pertama Peringkat Takdir Langit hanyalah seseorang yang memiliki bakat yang sangat luar biasa, sebagai seseorang yang memiliki kebanggaan yang tak tertandingi dalam generasinya.

Namun saat ini, tepat saat ini, seolah-olah mereka benar-benar bisa melihat apa artinya pemegang posisi pertama Peringkat Takdir Langit. Baru sekarang mereka benar-benar bisa melihat jati diri seorang yang bernama Qin Wentian.

"Apakah dia akan bepergian jauh ke Benua Bulan dengan menyeret pedang siluman itu bersamanya?" Zong Yi bergumam. Hal itu hampir tak terbayangkan olehnya, betapa mengerikan kehendak Qin Wentian itu.

Jika orang ini tidak bisa mengendalikan Xia yang Agung, siapa yang bisa?

"Para sesepuh, Klan Zong sementara waktu berada di bawah kendali kalian. Aku akan menemani Putra Pedang ini ke Benua Bulan." Zong Yi memberi perintah sebelum ia melangkahkan kakinya mengikuti siluet pemuda yang berjalan di depannya untuk bergabung dengannya dalam perjalanan seratus ribu mil menuju Benua Bulan.

Berapa lama, perjalanan ini akan berlangsung?