Niat hati ingin merasa lebih tenang dan bisa saling berbicara dengan istrinya, tapi yang terjadi justru membuatnya lebih marah lagi. Adiyaksa kembali ke kamarnya dengan kondisi pakaian menjadi lebih lusuh dan tak beraturan. Kemeja yang sebelumnya rapi, ia masukkan ke dalam celana, serta jas informal yang sebelumnya terpasang, kini sudah ia sampirkan ke bahu kanannya. Raut mukanya benar-benar kaku, seolah tak membiarkan sedikit pun sudut bibirnya naik membentuk sebuah senyum tipis.
Adiyaksa masuk dan menutup pintu kamar dengan sangat kasar. Bahkan debuman pintu itu membuat Cintia yang sebelumnya berbaring sambil memainkan ponselnya terlonjak kaget. Wanita itu dengan cepat mengembalikan raut mukanya sambil melirik ke arah suaminya singkat tapi hingga beberapa kali. Cintia ingin melihat apa yang terjadi pada suaminya, karena jujur saja dia merasa cemas. Belum lagi melihat tangan suaminya yang memerah, nyaris berdarah.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com