Ali merasakan ada yang memperhatikannya. Intuisi Nyi Ayu yang sedang berada dalam tubuh Ali tidak pernah salah. Wajah Ali terlihat waspada, ia mencoba melirik ke arah sekitarnya.
"Ada apa, Ali?" tanya Jenny yang melihat wajah Ali waspada.
Ali tersadar kalau ia berada di tempat umum dan sedang bersama Jenny, "tidak apa-apa," kilah Ali mencoba tersenyum agar tak menimbulkan curiga, "tempat ini sepi sekali."
"Mmmm.. kamu gak suka tempat yang sepi yah?" pertanyaan Jenny membuat Ali tersentak, "maksudnya?" tanya Ali bingung, takutnya Jenny salah paham.
"Ya, aku memang sengaja pilih cafe ini. Suasananya tenang, jadi enak buat ngobrol berdua," jelas Jenny seperti sedang merayu Ali.
Wajah Ali makin tersentak, 'wah, gadis ini agresif sekali,' ujar Ali dalam hati. "Maksudku, kalau sepi kan ngobrol apa aja kedengeran gitu," sahut Jenny menyadari wajah Ali yang keheranan, suara Jenny terdengar cemas karena Ali merasa salah arti dengan ucapan Jenny.
"Oh, iya. Aku paham, tenang saja." Jawab Ali mencoba tersenyum ramah. Jenny pun langsung membalas senyuman Ali dengan terpaksa. "Oh, iya. Kamu mau minum apa?" tanya Jenny yang terlihat mencoba menyembunyikan rasa canggungnya.
"Apa saja," jawab Ali mencoba bersikaf lembut. "Sebentar yah!" pinta Jenny.
Kemudian Jenny memanggil pelayan di sana dan memesankan minuman es teh lemon seperti miliknya. "Cobalah minuman ini! Rasanya menyegarkan saat diminum saat siang hari seperti ini." Ucap Jenny setelah minuman pesanan Ali sudah datang.
Ali langsung meminum minuman yang dipesankan oleh Jenny, "ternyata segar sekali. Terima kasih, Jenny," ujar Ali yang merasakan tenggorokannya lebih sejuk. "Sama-sama."
"Oh, iya. Kemampuan memanahmu kemarin, luar biasa sekali," puji Jenny, "aku benar-benar takjub sekali." Sambung Jenny terus memuji Ali. Wajah Ali terlihat memerah mendengar pujian Jenny.
"Kamu bisa saja," jawab Ali malu-malu. "Aku serius. Tidak ada yang punya kemampuan memanah seperti kamu. Kamu bisa membelah panah lawan dari sudut yang berbeda." Jelas Jenny bersemangat.
Wajah Ali seperti tak percaya mendengar ucapan Jenny. Tiba-tiba Jenny mengenggam kedua tangan Ali, "maukah kamu mengajariku, Ali?" tanya Jenny dengan bersemangat.
Ali terlihat kebingungan, "aaa..." suara Ali terdengar gagap. "Mau yah!" bujuk Jenny dengan nada manja dan matanya penuh harap.
"Aaa.. baiklah," jawab Ali masih terdengar gagap. Wajah Jenny langsung berubah penuh warna. Jenny beranjak dari tempat duduknya dan tiba-tiba berjalan ke arah Ali dan meneluk tubuh Ali. "Terima kasih, Ali."
"Muuaacchhh..." Jenny tiba-tiba memeluk pipi Ali.
Ali yang terkejut mendapat pelukan dari Jenny, dan makin terkejut saat Jenny mencium pipinya, sontak langsung mendorong tubuh Jenny kasar, bughhh...
Brakkk... brughhh...
Tubuh Jenny terdorong ke belakang, lalu jatuh ke lantai. Jenny memekik kesakitan, "aawwww..."
Wajah Ali langsung panik menyadaru perbuatannya, "aduh.." keluh Ali panik, lalu bangkit dan menolong Jenny yang sudah tersungkur di lantai.
"Maafkan aku, Jenny. Aku tidak bermaksud kasar padamu, sunggug," ucap Ali merasa bersalah saat membantu Jenny berdiri.
Untunglah suasana cafe saat itu tidak ramai, sehingga Jenny tidak terlalu malu. Jenny memasang wajah kesal.
"Kami tiba-tiba memeluk dam menciumku, jadi aku sangat terkejut sehingga bereaksi berlebihan. Tolong maafkan aku!" ucap Ali lagi seraya menundukan kepalanya.
Jenny yang terlihat kesal tiba-tiba keheranan melihat reaksi Ali. Biasanya para lelaki yang menggodanya, akan bersikaf agresif. Mereka malah mencari cara agar Jenny mau memeluk dan menciumnya, 'apakah si Ali sedang jual mahal?' Jenny membatin seraya menatap wajah Ali, 'tapi wajahnya seperti tidak sedang bersandiwara.' Batin Jenny lagi.
"Tidak apa-apa. Lupakan perlakuanku tadi!" ucap Jenny tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Ali. "Bagaimana kamu tidak apa-apa? Aku sudah mendorong tubuhmu hingga terjatuh." Jawab Ali terus menundukan wajahnya.
Jenny makin yakin, kalau Ali memang merasa bersalah dan tidak sedang bersandiwara. Sedangkan hati Ali membatin menggerutu kebodohannya.
'Dasar kamu, Nyi Ayu. Bagaimana kalau Jenny benar-benar marah? Kamu sudah berhasil membuat Jenny dekat dengen Ali,' gerutu batin Ali menyalahkan jiwa Nyi Ayu, 'tapi aku tidak salah. Gadis itu tiba-tiba memeluk dan menciumku. Itu perbuatan tidak sopan,' bela Nyi Ayu dalam hati.
'Tapi kamu mendorongnya. Terlalu berlebihan,' hati Ali terus menggerutu membuat seluruh tubuhnya melemas kebingungan.
"Ali, aku baik-baik saja. Aku tidak terluka," jawab Jenny meyakinkan Ali. "Sungguh?" tanya Ali mencoba menegakkan wajahnya.
Jenny tersenyum saat merasakan kalau Ali memang benar-benar merasa bersalah, "iya. Lihatlah tubuhku, tidak ada yang terluka," ucap Jenny seraya menunjuk tubuhnya dari arah kaki hingga ke atas.
Tatapan Ali pun mengikuti tangan Jenny yang menunjuk tubuhnya. Tiba-tiba mata Ali melotot saat menangkap rok Jenny yang super mini. Jenny mengenakan rok mini di atas lututnya, "astaga.." kejut Ali hampir terjengkang ke belakang.
"Ada apa?" Jenny sepertinya lebih terkejut melihat reaksi Ali. Jenny kini memerah saat menyadari kalau Ali tekejut saat menatap rok mininya. "Kamu...?" geram Jenny yang berpikir kalau Ali mempunyai pikiran kotor.
Tiba-tiba Ali melepaskan switer yang ia kenakan. Dengan mata menutup dan sedikit mengintip, Ali melingkarkan switer miliknya pada pinggang Jenny, "sebaiknya ditutup begini! Kain bawahmu terlalu pendek," jelas Ali yang merasa terganggu dengan rok mini Jenny.
Jiwa Nyi Ayu yang berada dalam tubub Ali menggerutu karena penampilan Jenny sangat terbuka, "pakaian apa yang pakai gadis ini. Apa karena pakaian seperti ini membuat Ali tergila-gila pada Jenny,' oceh Nyi Ayu dalam hati Ali saat memasangkan switer pada pinggang Jenny.
Jenny yang tadinya hendak marah pada Ali karena mengira Ali berpikiran kotor, terlihat urung. Wajah Jenny kini terlihat terharu, "kenapa kamu melakukan ini?" tanya Jenny pelan.
"Pakaian bawahmu terlalu pendek, nanti orang pasti berpikir buruk saat melihat penampilanmu," jelas Ali yang sudah selesai mengikat switernya.
Kini bagian atas lutut Jenny sudah tertutup. Ali yang sudah membuka matanya tersenyum, "tidak baik berpakaian yang memperlihatkan bagian itu." Ucap Ali memberikan pesan baik pada Jenny.
Jennya terlihat hampir meneteskan air matanya karena terharu, "Ali.." lirih Jenny. Jenny seperti kehabisan kata-kata, ia bingung hendak berkata apa. Jenny merasa menyesal sudah berpikiran buruk pada Ali.
Biasanya para lelaki akan memuji cara berpakaian Jenny, bahkan tak ada yang mempermasalahkannya, termasuk kedua orang tuanya. Kedua orang tua Jenny terlalu sibuk dengan dunia mereka.
"Apakah aku menyinggung perasaanmu?" tanya Ali panik saat menyadari kedua netra Jenny berembun. "Tidak Ali, terima kasih. Ternyata kamu laki-laki yang baik." Jawab Jenny lalu tersenyum manis.
Ali terlihat kebingungan melihat reaksi Jenny. Ali mengira kalau Jenny pasti akan marah