webnovel

Berita

prang....

Neveah memandang televisi di rumah dengan terkejut. Sebastian menoleh ke belakang, "Ada apa Neveah?" tanyanya bingung.

"Itu..."

Sebastian melihat ke arah yang ditunjuk. Televisi sedang memberitakan situasi rumah milik Joachim de Rouberio. Suara televisi sangat kecil, Sebastian segera membesarkan.

"Semalam ditemukan satu orang korban bernama Isavuel de Rouberio di kamar mandi dalam keadaan tidak bernyawa. Isavuel de Rouberio merupakan anak kedua dari keluarga Rouberio, sekarang di semayamkan untuk sementara di rumah sakit umum. Isavuel de Rouberio berprofesi sebagai seorang dokter ahli penyakit dalam di salah satu rumah sakit terkenal di negara ini. Berdasarkan laporan dari pihak berwenang Dr Isavuel de Rouberio meninggal akibat...."

Sebastian mematikan televisi, Neveah masih berdiri bingung di tempatnya. Juru masak segera membersihkan pecahan kaca di lantai mengunakan sapu dan alat agar Neveah tidak terluka.

"Neveah, duduklah. Kita sarapan dulu" kata Sebastian berdiri untuk meraih tangan Neveah untuk duduk di sampingnya. Hatinya biasa saja, hanya ada penyesalan terhadap Isavuel karena mati seperti ini.

"Aku-- " katanya terlihat kebingungan. Neveah membiarkan Sebastian mendudukkan dirinya, air matanya mengalir membuat Sebastian tak berdaya selain mengusap kedua pipinya mengunakan tisu kering di dekat mereka berdua.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang ini selain menunggu berita kemungkinan kapan dimakamkan"

"Aku ingin melihatnya, Sebastian. Isavuel sangat baik pada kita. Dia..."

"Aku tahu. Makanlah, siang nanti kita coba ke rumah sakit umum untuk melihat situasinya"

Mangkok berisi bubur di sodorkan, Neveah mengambil satu sendok dengan hati ragu tapi disuap dalam mulutnya. Sebastian melihatnya dengan perasaan bimbang, "Aku harap, kamu tidak bertindak konyol Neveah. Joachim pasti berada disana dan Isabel juga" katanya.

Gerakan menyuap Neveah terhenti, kepala terangkat melihat Sebastian dengan tak nyaman.

"Sebastian..."

"Pikirkan Neveah. Aku tidak mau kamu berurusan dengan Joachim lebih lanjut. Kita keluar dari cengkeraman Joachim tidak mudah"

"Sebastian, aku masih tunangannya"

Neveah kembali menyuapkan sisa bubur ke dalam mulutnya, Sebastian meminum kopinya dengan perasaan campur aduk mirip bubur yang dimakan Neveah sekarang ini.

"Aku hanya mengingatkan"

Sebastian menepikan cangkirnya demikian juga Neveah, "Terima kasih Sebastian tapi aku berhutang banyak pada Isavuel. Aku tidak bisa diam berpangku tangan melihatnya meninggal dalam kondisi seperti ini" katanya pelan.

"Maaf tuan Sebastian dan nona Neveah, di ruang tamu ada tamu yang menunggu"

Mereka berdua berpandangan satu sama lain kemudian beranjak dari tempatnya duduk, "Siapa yang datang?" tanya Sebastian penasaran akan kedatangan tamu tak diundang ini.

"Joachim de Rouberio"

Badan Neveah kaku seketika, tangan gemetaran di kedua sisinya. Sebastian mengerutkan sisi wajahnya tak senang, "Untuk apa dia kemari?" tanyanya.

Penjaga rumah berdiri takut, "Beliau ingin bertemu dengan nona Neveah" jawabnya.

Sebastian menoleh ke arah Neveah yang terlihat takut, iapun meraih kedua tangan Neveah dengan hati-hati.

"Pergilah ke kamar, biar aku yang urus"

"Sebastian, biar aku temui"

"Tidak!"

"Sebastian, mengertilah"

"Neveah..."

"Cepat atau lambat, Joachim pasti datang. Bukankah aku bermimpi semalam? mungkin itu artinya"

Neveah melepaskan tangan Sebastian darinya, berjalan meninggalkan mereka berdua di belakangnya menuju ruang tamu.

Ruang tamu,

Joachim memperhatikan detail ruangan ini, terbersit perasaan tidak suka. Terlintas bagaimana Neveah melakukan perubahan dan bertindak layaknya istri bagi Sebastian membuatnya marah.

"Joachim...."

Berbalik melihat Neveah dengan tampilan sederhana, berbeda dengan Neveah yang dikenalnya. Terlihat bekas luka lecet dan memar di beberapa bagian yang diperban.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Aku terjatuh dari tangga"

"Jatuh dari tangga?"

"Ya, lupakan itu. Kamu mau apa kemari?"

"Isavuel meninggal"

"Aku tahu, tadi aku mendengar dari televisi. Apakah ada yang bisa aku bantu?"

"Aku butuh tunanganku"

Terkejut, Neveah bergeser ke arah belakang satu langkah. Joachim berdiri tegak di tempatnya untuk melihat sejauh mana reaksinya.

"Kamu butuh apa?"

"Tunanganku yang sah ada di sampingku"

"Aku-- apa?"

Joachim mulai kesal. Setiap kali ada masalah, Neveah selalu berlagak menjadi korban. Ini sebenarnya yang menjadi pangkal masalah dalam hubungan mereka berdua. Ia butuh wanita kuat bukan lemah.

"Neveah, jangan membuatnya jadi drama"

"Drama?"

Tuduhan Joachim pada Neveah membuat rasa marah yang timbul dalam hati Neveah tetapi di tahannya demi Isavuel. Jikalau harus pulang dan berakting sebagai tunangan yang baik maka akan dilakukan tetapi jika sebatas musuh, Neveah tidak sanggup.

"Isavuel semalam pulang dan bercerita jika kamu terluka. Dia marah karena aku kurang perhatian padamu. Kamu yang memilih pergi dari rumah, mengapa juga aku yang disalahkan? Apakah kamu mengutuk hingga Isavuel mati?"

"Aku tidak, kamu-- memutar balik fakta"

"Fakta? Ini masalah kita. Untuk apa juga kamu melibatkan banyak orang tidak penting dalam hal ini. Aku punya batasan, Neveah"

Neveah terpaku mendengar kalimat marahnya. Joachim melihat reaksinya namun, ia tak dapat mengira atau menebak apa yang ada di pikiran Neveah.

"Neveah, jangan lama-lama berfikir. Aku masih harus ke rumah sakit umum. Upacara kematian dilakukan besok pagi"

"Dimana Isabel?"

"Ada di vila. Dia sangat ketakutan jadi aku pikir, dia tak perlu datang ke upacara kematian di rumah sakit umum"

Terkejut untuk dua kalinya, "Mengapa tidak di lakukan di ruang duka Heaven? disana keluarga Rouberio melakukan upacara kematian setiap kali ada yang meninggal?" tanya Neveah kebingungan.

"Kondisinya tidak layak"

Kejutan tidak terduga untuk ketiga kalinya, Neveah merasakan kejanggalan. Joachim memasukan tangan ke dalam saku, mengepal untuk merefleksikan dirinya.

"Apa begitu parah?"

"Aku tidak ingin bicara tentang itu, ikut aku sekarang Neveah"

Neveah merasa berhutang budi sangat banyak pada Isavuel, tidak masalah jika mengikuti keinginan Joachim, "Tunggu sebentar" katanya berbalik melangkah ke arah kamarnya di lantai dua.

"Mendengar pembicaraan itu melanggar privasi tuan Sebastian"

Sebastian keluar dari tempat persembunyian, wajahnya tampak tak nyaman karena ketahuan, "Ini rumahku. Aku rasa aku wajib tahu apa yang terjadi. Tuan Joachim, apa rencanamu sebenarnya?" tanyanya penuh selidik.

"Mengambil kembali milikku!"

Diam bukan gaya Sebastian, kakinya melangkah maju dengan cepat lalu menarik kerah baju Joachim hingga tertarik ke arahnya.

"Jangan mempermainkan Neveah, Joachim"

"Kamu atau aku yang sebenarnya mempermainkan, kamu yang lebih tahu"

"Huh?"

Joachim berusaha melepaskan tangan Sebastian dari kerah bajunya, "Menurutmu, bagaimana tanggapan Neveah jika tahu tentang ini?" tanyanya sembari tersenyum licik.

Perlahan-lahan cengkraman melonggar, "Kamu-- !" teriak Sebastian kesal. Joachim tertawa lantang, disingkirkan tangan Sebastian dari kerah bajunya.

"Dia tunanganku, ingat itu!"

Sebastian mundur beberapa langkah ke belakang, Joachim membenarkan pakaiannya dengan santai.

"Apa yang kalian ributkan?"

Mereka berdua menoleh ke arah pintu penghubung, Neveah memperhatikan keduanya dengan wajah penuh tanda tanya.

"Kamu sudah siap?" tanya Joachim mengalihkan pembicaraan, Sebastian bergegas menghampiri Neveah lalu mengambil kedua tangannya dengan lembut.

"Jangan pergi"

"Aku harus, kita berhutang padanya"

"Ini bisa jadi jebakan"

"Sebastian..."

Joachim bertepuk tangan keras, "Sungguh membuat kesal. Neveah ingat statusmu, baru sebentar pergi tapi sudah ada pengganti" sindirnya.

"Sebastian, tolong....?"

Tangan melemas begitu mendengar perkataan Neveah, "Pergilah, kalau ada apa-apa segera hubungi aku" ujar Sebastian tak berdaya.

"Terima kasih Sebastian. Ayo Joachim" ajak Neveah tanpa melihat lagi arah Sebastian. Terlihat tak rela tetapi Joachim menyeringai, ini menyenangkan melihat wajah Sebastian yang busuk.

Neveah pergi meninggalkan Sebastian diikuti Joachim tanpa bicara lagi, di depan rumah ada sebuah mobil berwarna hitam milik Joachim yang menunggu.

"Neveah, kamu tahu dimana aku. Jangan ragu menghubungi" teriak Sebastian sebelum Neveah masuk dalam mobil Joachim.

Joachim melihat Sebastian sepintas sebelum masuk, sopir segera menjalankan mobil dengan kecepatan biasa.

Detak jantung Neveah dirasakan tidak nyaman, ini kali pertama setelah sekian lama pergi dari kehidupan Joachim.