webnovel

TETAPLAH BERSAMAKU!

"Kenapa kamu masih sangat peduli padanya?"

Jenson masih tidak bisa terima.

Christabella mengedikkan bahunya saat dia dengan marah berkata, "Aku tidak memaksamu, tapi jangan melarangku untuk kembali ke Cape Town bersamanya. Aku berhutang budi banyak padanya."

Jenson mengerutkan keningnya dengan keras dan dia segera menahan Christabella dengan gerakan tangannya yang cepat.

"Kamu berhutang budi apa padanya?"

"Aku hampir mati karena kehamilanku ini dan dia suka rela ingin mengantarku ke rumah sakit meski dia tahu ini bukan anaknya, dan kamu justru sangat tidak tahu diri mengirim anak buahmu menghalangi jalan kami juga memukulinya sampai tak sadarkan diri. Jenson, apa kamu masih punya hati?"

Jenson menatap Christabella dengan perasaan bersalah.

"Aku akan menuruti semua keinginanmu, tapi tetaplah bersamaku."

Hati Christabella tiba-tiba berubah hangat hingga ke lubuk hatinya. Meski di permukaan dia masih sangat gengsi mengungkapkannya, jadi dia hanya mengangguk.

Jenson tersenyum tipis dan mengajak Christabella kembali ke kamar.

"Kamu harus istirahat yang cukup! Soal Gavin Thompson, aku akan menyuruh Antonie mengurusnya."

Christabella mengangguk dan suasana berubah canggung.

"Apa kamu ingin makan malam bersamaku? Aku bisa menyuruh pelayan untuk membawakan makanan untukmu ke kamar."

Christabella menggeleng dan entah kenapa tiba-tiba merasa mual saat Jenson membahas makanan, jadi dia buru-buru turun dari ranjang dan pergi ke wastafel.

Jenson mengerutkan keningnya sebelum dia menyusul Christabella.

Melihat Christabella muntah seperti itu, Jenson tidak tega, dia menyibak rambut Christabella ke belakang dan mengusap-usap punggungnya.

"Apa sudah selesai?"

"Iya, tapi kepalaku sangat sakit, apa kamu tidak keberatan..."

Belum selesai Christabella menyelesaikan kalimatnya, Jenson lebih dulu tahu maksudnya dan menggendongnya kembali ke kamar. Sontak, jantung Christabella berdegup sangat kencang dan dia merasa gugup.

Jenson tersenyum saat menyadari kegugupan Christabella dan dia menjatuhkannya ke tempat tidur dengan sangat pelan seolah Christabella adalah hartanya yang sangat berharga.

"Kamu ingin makan atau minum apa? aku sendiri yang akan membelikannya."

Christabella menahan senyum demi sikap Jenson yang menurutnya sangat manis.

"Bolehkah kalau aku ingin pergi ke Sea Resto?"

Jenson menyunggingkan senyum manisnya sebelum dia mengangguk dan entah kenapa itu membuat Christabella sangat senang. Dia tidak menyangka Jenson akan begitu baik hati padanya setelah dia mengandung anaknya hingga menurutinya pergi ke Sea Resto di jam larut seperti ini.

"Apa kamu tidak merindukan Mommy dan Stephanie?" tanya Jenson begitu mereka sedang perjalanan menuju restoran yang diinginkan Christabella.

"Tentu saja."

"Kalau begitu apa kamu tidak keberatan kalau kita ke sana setelah dari restoran? Mommy sakit."

Christabella mengerutkan keningnya dengan keras, "Sakit apa?"

"Kamu pernah dengar Mommy sakit dua tahun lalu? Dan beliau seperti itu lagi sekarang."

Christabella menoleh ke arah Jenson dan menutup mulutnya karena terkejut.

"Apa itu karena Jaz?"

Jenson mengangguk singkat dan dia mengalihkan pandangannya ke depan seolah hatinya tidak bergejolak apapun, padahal jelas dia hancur jika mengingat mommynya yang sangat marah padanya sebelum sakit, juga Stephanie yang mungkin sudah tidak ingin menganggapnya kakak lagi saat ini.

Christabella menarik nafas dalam-dalam dan dia mengusap lengan Jenson untuk sedikit menenangkannya. Ia tahu suaminya itu sedang berpura-pura tegar untuk dirinya sendiri.

"Semoga Mommy segera bangun begitu aku datang."

"Ya, Mommy memang bilang merindukanmu sebelum sakit."

Christabella hanya mengangguk dan entah kenapa hatinya bertambah sedih.

Mereka kemudian tidak saling mengobrol lagi hingga tiba di Sea Resto.

"Bagaimana kalau take away saja? Aku ingin cepat-cepat menengok Mommy."

"Kalau begitu tunggu saja di mobil."

Jenson turun dari mobil setelah mengatakan itu dan tak lama dia kembali dengan beberapa kantung plastik berlogo restoran seafood termahal tersebut, yang semua makanan dan minumannya adalah tentu saja permintaan Christabella.

"Apa kamu ingin makan di mobil? Aku bisa berhenti sebentar di pinggir jembatan depan nanti." Tawar Jenson.

Christabella melirik jam tangan mahalnya pemberian Jenson dan sudah menunjukkan pukul 11 malam, jadi dia menolak saran Jenson dan memilih memakan di rumah Mommy.

Jenson langsung menyetujuinya.

Tiba di Thomas Garden, tempat tinggal Shirley dan Stephanie.

Jenson langsung disambut antusias oleh kepala pelayan.

"Tuan, akhirnya anda pulang membawa Nona Bella. Nyonya... terus mengigau mencari Nona Bella."

"Benarkah?" Christabella justru bertambah merasa bersalah.

Kepala pelayan itu mengangguk serius sebelum kemudian membawa Jenson dan Christabella membawa ke kamar Shirleyyang sudah seperti ruang ICU.

"Kak Bella!"

Stephanie sangat terkejut begitu melihat Jenson membawa Christabella di jam malam seperti ini.

Christabella mengangguk pada Stephanie dan dia langsung menghampiri Shirley dengan air mata yang langsung tumpah.

"Mommy!"

Hati Christabella seolah dihunus oleh ribuan belati tajam saat melihat orang yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri tergolek lemah di ranjang pesakitan seperti itu.

Dia sampai tergugu menangis sambil menciumi punggung tangan Shirley yang berhias selang infus tersebut.

Christabella tidak bisa berkata apapun meski hanya sekedar mengucap kata maaf.

"Jangan menangis berlebihan, ingat janinmu!"

Jenson yang sebenarnya sama hancurnya dengan Christabella hanya bisa menyimpan perasaan itu sendiri di dalam hatinya dan lebih memilih menenangkan Christabella.

Dia mengusap punggung Christabella dengan lembut sambil berkaca-kaca saat melihat sekilas ke arah Mommynya.

Sementara Stephanie yang sedari tadi mematung karena masih terkejut dengan kedatangan mereka berdua secara tiba-tiba, akhirnya menghampiri mereka.

"Kak Jens, maafkan aku!" akunya pada Jenson.

Bagaimanapun dia sudah sangat keterlaluan beberapa minggu lalu, meski sebenarnya dia benar dan menyuruh Jenson tetap mempertahankan Christabella.

Tapi karena Jenson sudah mau mengikuti sarannya, jadilah dia memeluk Jenson dari samping dan terus meminta maaf.

"Aku sudah memaafkanmu. Lagipula aku juga salah terhadapmu."

Stephanie mengangguk-angguk dalam pelukan Jenson.

"Kak, apa benar Kak Bella hamil?"

Stephanie melepas pelukannya pada Jenson sambil menyeka air matanya.

"Ya, dan kamu akan menjadi Bibi nantinya, apa kamu senang?"

Stephanie menangis haru dan dia beralih ke sisi Christabella sebelum memeluknya.

"Mommy pasti akan sangat senang mendengarnya."

Christabella yang jauh lebih tenang sejak diingatkan Jenson, balas memeluk Stephanie dan dia juga ikut senang saat saudara iparnya itu sangat bahagia mendengar kehamilannya.

Mereka berpelukan dalam waktu yang lama untuk melepas rindu hingga kemudian terdengar pekikan suara Jenson yang begitu mengagetkan.

"Kenapa Kak?"

"Kenapa Jens?"

"Tangan Mommy bergerak-gerak." Seru Jenson antusias.

Dia yang biasanya berwajah dingin sekarang tersenyum haru sambil sedikit membungkuk untuk mengecup punggung tangan Mommy bergantian keningnya.

"Mommy bangunlah! Aku membatalkan pernikahanku dengan Liora dan aku juga membawa Christabella kembali. Christabella sedang hamil anakku Mom."

Perkataan Jenson sukses membuat emosi Shirley melonjak-lonjak hingga dia akhirnya mengerjapkan matanya dan perlahan membukanya.

Shirley menitikkan air mata pelan di sepasang matanya saat ia membuka matanya sambil berkata lirih, "Christabella!"