Leon hanya memperhatikanku dan sesekali dia tersenyum. Sedangkan aku hanya bisa pasrah menerima keadaan ini.
5 menit telah berlalu, aku telah menyelesaikan tugas yang diberikan Leon yaitu memakan daging mentah tapi menurutku tidak terlalu buruk. Rasanya bisa disamakan dengan sushi walaupun sushi terbuat dari ikan mentah.
"Bagus. Lumayan cepat juga kamu memakan daging daging itu padahal tadi jumlahnya sangat banyak. Apakah kamu benar benar lapar anjing kecil?"
"Berhenti memanggilku anjing kecil" aku benar benar kesal kepada Leon
"Kenapa? Bukankah kamu suka dipanggil seperti itu? Atau kamu mau aku memanggilmu babi rakus?" tanya Leon
"Kamu benar benar sudah gila Tuan Leon. Apakah orang orang yang bekerja denganmu tidak lelah denganmu? Aku saja sangat lelah menghadapimu"
Leon tidak mempedulikan pertanyaan ku. Dia hanya fokus pada dirinya sendiri dan apa yang ia tuju.
Aku benar benar kesal dengan sifatnya itu. Aku paling tidak suka jika orang sedang bertanya dan orang tersebut hanya diam dan tidak menjawabnya
"Aku akan berikan dua pilihan kepadamu. Yang pertama kamu lebih baik dipanggil anjing kecil atau yang kedua kamu lebih baik aku panggil babi rakus?" tanya Leon sambil menaikkan satu alisnya dan menaruh dagunya dipunggung tangan yang bertumpu pada pegangan sofa.
"Huh.. apakah barusan dia bertanya padaku? Rasanya aku ingin mengacanginya saja, tapi jika aku kacangi dia pasti akan marah dan melakukan sesuatu" batinku
"Baiklah tuan Leon yang terhormat, kamu boleh memanggil ku anjing kecil. Tapi aku mohon agar tuan Leon yang terhormat ini tidak memanggilku babi rakus" kataku dengan senyum paksa.
"Baiklah aku tidak akan memanggilmu babi rakus. Padahal kamu cocok sekali dipanggil babi rakus karena cara makanmu itu" ledek Leon
"Ha ha" aku hanya tertawa paksa menanggapinya
"Apakah kamu haus?" tanya Leon kepadaku
Aku tidak menanggapinya sama sekali aku hanya diam dan membalas perbuatannya yang telah mengacangiku.
"Aku anggap diam-mu itu YA"
Lagi lagi Leon menepuk tangganya sebanyak dua kali. Aku sempat berfikir kenapa pelayan pelayan itu tau apa yang dimaksud Leon hanya dengan menepuk tangannya sebanyak dua kali.
Seorang pelayan datang membawa nampan yang berisi segelas minuman. Pelayan tersebut memberikannya kepadaku.
Aku melirik ke arah Leon dan dia hanya tersenyum. Aku ambil gelas yang diberikan pelayan tersebut. Sekarang gelas tersebut berada di dalam genggamanku.
Pelayan tersebut membalikan badannya dan menunduk kepada Leon. Setelah itu dia berjalan pergi meninggalkan ruangan.
"Kenapa diam saja? Minumlah"
"Apa yang kamu masukkan di dalam minuman ini?" tanyaku kepada Leon
"Kenapa kamu berfikir aku memasukan sesuatu ke dalam minuman itu?"
"Tentu saja karena kamu adalah orang yang licik"
"Aku tidak memasukkan apa apa ke dalam minuman itu. Dari tadi aku hanya duduk di sini dan memperhatikanmu"
"Huh..dia benar benar menyebalkan. Memang, dia tidak memasukkan apa apa ke dalam minuman ini tapi pelayan yang dia suruh pasti telah memasukkan sesuatu ke dalam minuman ini atas perintahnya" batinku
"Ayo minum anjing kecil....kenapa kamu hanya diam saja"
"Haah" menghembuskan nafas
Aku meminum minuman tersebut sampai hanya tersisa gelasnya saja. Lagi lagi Leon hanya tersenyum. Dia benar benar sudah menjadi orang gila yang stres karena tersenyum secara terus menerus.
"Bagaimana rasanya? Enak kan?" kata Leon sambil tersenyum
"Enak. Enaaak... sekali. Terima kasih atas minuman yang telah Tuan Leon berikan" kataku sambil tersenyum paksa
"Dengan senang hati aku katakan, sama sama"
Saat itu juga kepalaku terasa sakit. Rasanya benar benar sakit. Aku memegangi kepala dengan kedua tanganku. Sesekali aku menarik pangkal rambut karena tidak kuat dengan rasa sakitnya.
Pandanganku mulai kabur. Saat aku melihat Leon dirinya ada tiga, lama kelamaan aku tidak bisa melihatnya lagi yang aku lihat terakhir kali adalah senyuman yang mengembang di bibirnya dan seketika semuanya berubah menjadi hitam.