"Aku benci sikap kekanakkanmu yang seperti ini, Jeje! Ryushin pasti tidak beruntung karena memiliki orang tua yang tidak bertanggung jawab sepertimu!!" Saat mengatakan hal ini, air mata Jia menuruni pipi. Dia tidak sanggup membayangkan betapa sedihnya keponakannya itu jika mengetahui semua ini.
Jia cukup bangga karena selama ini adiknya tidak mengeluh ketika merawat Ryushin. Tapi, jika pada akhirnya seperti ini, lalu apa bedanya Ryushin dengan anak yatim piatu? Kedua orang tuanya bahkan tidak mengingat tentang Ryushin.
"Diam kataku! Keluar dari sini, Kak Jia! Jangan membuatku bingung! Anak siapa yang kakak bahas dari tadi, hah?!" Jeje berteriak, frustrasi. Dia meremas kasar rambutnya. Ia merasakan sakit kepala yang hebat. Nyeri itu semakin parah hingga membuat pandangannya sesaat mengabur.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com