Lanjutan Episode 3.
tapi itu kenyataan yang bapak tau dan alamin.
...
"Yang aneh itu kok bisa si gurunya itu sampe meninggal pak? Apa memang udah takdir kali ya"
"Kalau soal takdir, semua manusia punya suratannya masing-masing den. Mungkin digariskan meninggalnya dengan cara seperti itu"
"Terus kelanjutannya gimana sampe akhirnya bapak ikut andil"
"Iya, saudaranya kenal sama bapak den. Pas bapak masuk rumahnya tuh sampe ngucap dalam hati. Auranya udah beda, tatapannya kosong si murid ini. Tapi beberapa menit bapak makin mendekat, dia bangun dan melotot matanya ke bapak"
"Oh kalau begitu udah terasa semenjak awal masuk atau ketemu si pasien ini ya pak? Terus si gurunya kemana pak? Apakah udah meninggal saat itu"
"Iya, semakin kamu peka, semakin bisa terasa, walau misal, awalnya ga kelihatan apa-apa, seperti normal. Tapi aura pasti berasa beda. Seperti ada yang janggal gitu, misalnya. Belum, si guru lagi istirahat di rumahnya. Karena kelelahan melawan serangan-serangan yang bertubi-tubi efek dari si murid ini"
"Eh tapi kok serangan? Si murid kan belajar kelebihan, kok bisa jadi nyerang gurunya ya? Atau ada kiriman lain pak"
"Nah ini agak berbeda, mending kamu bikin kopi dulu den, kita ngobrol di teras saja"
"Tapi kopinya habis pak, beli dulu dong"
"Yahh dasar, yaudah nih"
...
Perbincangan dendi dan sang ayah terhenti sejenak untuk membuat secangkir kopi, agar obrolannya makin luwes serta bermanfaat.