webnovel

Setahun

Aku berasal dari keluarga sederhana dan dibesarkan di sebuah kota kecil Rantauprapat.

Awalnya hidupku terasa indah apapun yg ku inginkan bisa kudapatkan dengan dukungan orangtua khususnya Ayahku.

Beliau bisa seperti seorang teman yg memberiku pelajaran hidup berharga yang takkan mungkin bisa kutukar dengan nilai apapun di dunia ini.

Kini semua tinggal kenangan yang sangat sering kurindukan, kusimpan di memori terindahku dialah cinta pertama dalam hidupku.

Bukan hanya materi yang pernah dia berikan namun kisah kehidupan dari beliaulah yang membuatku kuat menjalani hariku hingga detik ini.

Aku yg hari ini terpuruk dan hampir menyerah dalam hidupku yg menurutku sungguh sangat berliku perjalannya.

Berusaha sekuat tenagaku menghapus airmataku sendiri dan aku takkan membiarkan lagi satu orangpun di dunia ini bisa melihat ku menangis lagi dan lagi

Namun apa daya tangisku pecah bila ku ingat semua kesakitan dan rasa kehilangan yang kini ku alami kembali.

Tepat di tanggal 12-04-2019 aku menjalani pemberkatan pernikahan bersama dengan dia sebut saja dia seorang pria.

Bukan tak ingin memanggil namanya, aku hanya ingin membiasakan diri untuk tak mengingat dan benar benar ingin bisa lupa meskipun takkan mungkin bisa ku lupa.

Dan akhirnya ku akhiri hingga aku sungguh-sungguh akan berpisah

Awalnya aku memutuskan ingin menikah hanya karna aku bosan menjalani kisah pacaran yg sering sekali putus tepatnya aku jenuh dengan sebuah hubungan yang sering kandas hanya karena tidak ada komitmen lagi.

Sejak aku mengenalnya di awal jumpa aku kagum dia langsung membicarakan sebuah pernikahan dan diapun berkata bosan pacaran seperti apa yang kurasakan.

Namun alasan itu mungkin terlalu klasik jika tujuannya sebuah pernikahan maka timbullam kisah yg akhirnya ga happy ending begini.

Banyak sekali perbedaan pendapat yg kami rasakan setelah menikah.

Yups itu biasa katanya.

Namun sebulan - 2 bulan masuk ke usia 3 bulan perbedaan pendapat kian banyak jumlahnya.

Yang kutakutkan hanyalah sampai kapan kami bisa bertahan jika hanya ada keegoisan masing2.

Aku yg memang sudah dididik mandiri dari dewasa sangat tidak menyukai sifat yang menurutku kekanak-kanakan jika masih menyusahkan orangtua.

Jujur, aku mulai tidak menyukai sifat2 yang dulunya tak ku mengerti sama sekali dengannya semakin hari semakin banyak yang ku simpan dalam hatiku.

Unek-unekku semakin ku simpan rapat dihatiku, yaps aku salag untuk itu, tapi itu kulakukan hanya karna aku malas ribut dengannya.

Dari awal pernikahan dia bahkan sama sekali tak memberiku nafkah lahiriah aku diam saja, namun batinku sesak setiap aku harus menghabiskan sisa tabunganku sebelum menikah dan hasil dari bisnis IM Parfume.

Aku seringkali menangis dikamar menahankan duka yang terselip di batinku, yaps aku diubahnya menjadi wanita cengeng.

Aku tak pernah ceritakan ini ke ibuku karna aku takut aku akan jadi beban dihatinya.

Tujuannya menikah hanya ingin melihat ibuku bahagia dan melepas tanggung jawabnya untuk memberiku makan batinku.

Aku sayang padanya yah dia sudah menjadi suamiku pikirku.

Namun apa daya bukan hanya konflik dirumah tangga mulai masuk konflik konflik lain dari mertuaku.

Yahhh ibu mertuaku memang tak menyukaiku batinku.

Sayangnya aku tahu setelah undangan tersebar dan bila kubatalkan ibuku yang akan jadi korban, beliau akan malu karna pembatalan pernikahanku jika kulakukan dulu.

Sampailah sudah 4bulan aku menjadi seorang istri dan aku merasa aku tidak enak badan dan aku ingat lagi kalau aku belum datang bulan atau mentruasi.

Dengan semangat aku langsung ke apotik pagi-pagi dan membeli testpack buat tes kehamilan.

"Yesss aku Positif Hamil" kataku.

Aku pikir semua akan berubah setelah aku mengandung anaknya dan memberi calon cucu buat mertuaku.

Aku salah.. Bahkan aku justru lebih merasa terabaikan.

Hampir setiap malam aku ditinggal dan dia pulang subuh dari rumah mertuaku.

Dan hampir setiap malam aku menangis di sudut kamarku, aku mengajak anakku berbicara seolah biar aku tak kesepian dan aku pasti sebentar lagi ada teman dirumah batinku dalam hati.