webnovel

Tentang Rafel Dan Zerfan

Saat ini Tania dan Rafel sedang asyik mengobrol dengan banyak topik yang mereka bahas. Tiba-tiba Zergan masuk dan membuka tirai yang menutupi kasur yang ditempati Tania, namun raut wajah Zerfan seketika berubah dan memberikan kantung putih tersebut ke Tania dan segera pergi dari ruangan tersebut.

"Nih," ucap Zerfan yang segera keluar dari ruangan tersebut.

"Zerfan, tunggu dulu," ucap Tania yang membuat langkah pertama Zerfan terhenti.

"Apa?" sahut Zerfan.

"Lo bisa lih---" ucap Tania yang terhenti akibat ucapan Zerfan.

"Gue gak ada waktu," ketus Zerfan yang melanjutkan langkahnya.

"Saudara lo kenapa sih?" tanya Tania yang kini melihat ke arah Rafel.

"Gue juga gak tau," jawab Rafel yang mengendikkan bahunya.

"Aneh banget loh, atau jangan-jangan dia beneran bisa liat lo, Raf," ucap Tania.

"Emang, kenapa lo kaya seyakin itu? Orang gue aja masih gak tau, padahal dia saudara gue sendiri," ucap Rafel.

"Soalnya gue heran deh, setiap gue sama lo dia pasti liat gue terus gantian sama lo. Kaya tadi, lo liat sendiri kan dia liat gue sama lo gantian. Terus, gue juga pernah liat dia kaya gitu juga waktu gue bawa lo ke kelas. Gue makin yakin, kalo dia bisa liat lo," ucap Tania.

"Yaah, tapi gue masih gak yakin," ucap Rafel.

"Iih, lo gimana sih," ucap Tania kesal.

Tania gak sengaja melayangkan pandangannya ke pojok ruangan tersebut yang terdapat sosok laki-laki jubah hitam dengan wajah yang sangat pucat yang berdiri sembari melihat ke arah Tania.

"Raf," panggil Tania.

"Apa?" sahut Rafel.

"Itu---" tunjuk Tania ke arah pojok ruangan tersebut.

Rafel langsung melihat ke arah tunjuk Tania, tiba-tiba sosok tersebut tertawa sekeras-kerasnya, dan Tania samar-samar melihat tanduk merah di kepala sosok tersebut, yang membuatnya sedikit kaget.

"Lo siapa?" tanya Tania yang sedikit ketakutan sebab makhluk tersebut melayang untuk mendekati Tania.

"Stop, jangan lakuin hal aneh ke Tania!" ucap Rafel, namun makhluk tersebut tetap tertawa dan tak henti melayang dan mendekati Tania.

"Jangan dekati guee!" teriak Tania.

"Stop, lo gak denger gue ngomong, hah! awas aja lo sentuh Tania, lo bakal berurusan sama gue!" ucap Rafel.

Setelah berapa lama, sosok tersebut lenyap seketika dan kini membuat Tania sedikit lebih tenang.

"Udah lo gak usah takut," ucap Rafel.

"Hmm, itu makhluk apa sih Raf? Gue baru kali ini ketemu kaya gitu," ucap Tania yang kini nafasnya kurang teratur.

"Serius lo gak pernah nemu makhluk kaya tadi? Padahal gue sering kok ketemu kaya gitu," ucap Rafel.

"Iya, gue baru kali ini nemu kaya gitu, itu apa sih?" ucap Tania.

"Jin jahat," jawab Rafel.

"Hah? Jin jahat?" sahut Tania.

"Iya, lo gak tau?" ucap Rafel.

"Kagak," sahut Tania.

"Pokoknya lo harus hati-hati kalo ketemu yang kaya tadi, itu jin jahatnya luar biasa," ucap Rafel.

"Lo takut-takutin gue?" ucap Tania.

"Engga, gue serius," sahut Rafel.

"Dia bisa ngelakuin hal-hal jahat apa aja ke lo, makanya lo harus hati-hati," ucap Rafel.

"Ooh, okey," sahut Tania.

"Eeh, itu kantong plastik isinya apaan sih?" tanya Rafel yang penasaran dengan kantong plastik putih yang berada ditangan Tania yang diberikan oleh Zergan tadi.

"Kepo lo," jawab Tania.

"Terserah gue dong, lagian itu kan yang ngasih saudara gue, suka-suka gue dong," ucap Rafel.

"Eeh, tunggu-tunggu gue masih sedikit bingung dengan kalian," ucap Tania.

"Bingung kenapa? Kurang jelas ya gue ceritain tentang gue sama Zerfan ke lo?" ucap Rafel.

"Hmm, gak gitu sih," ucap Tania.

"Terus? Lo bingung kenapa lagi? Kan kemaren gue udah cerita banyak ke lo," ucap Rafel.

"Gue bingung aja," ucap Tania.

"Udahlah, nanti aja deh kita bahas kenapa lo bingung. Mending sekarang lo makan dulu tuh bubur yang dikasih Zerfan," ucap Rafel.

"Bubur? Sok tau lo," ucap Tania.

"Iya, lo liat aja deh sendiri kalo gak percaya ama gue," ucap Rafel.

Tania yang penasaran dengan ucapan Rafel, ia segera membuka plastik tersebut, dan ternyata benar, di dalam plastik tersebut terdapat kotak yang berisi bubur ayam.

"Tuh kan, gue bener," ucap Rafel bangga.

"Ya iyalah lo bener, orang lo bukan manusia," ucap Tania.

"Njir lo," ucap Rafel yang mendorong pelan bahu Tania.

"Bener kan? Lo kan bukan manusia lagi," ucap Tania.

"Gak usah diperjelas kali Tan," ucap Rafel kesal.

"Hehehe, sorry," ucap Tania terkekeh geli.

"Di makan, bukan diliatin, ntar dilalatin baru tau rasa lo," ucap Rafel.

"Iya lo bawel banget sih," ucap Tania yang memasukkan beberapa sendok bubur ke dalam mulutnya.

"Makan yang banyak, biar gak sakit lagi tu perut," ucap Rafel.

"Iya, lo bawel banget sih, kerjaannya ngomong mulu, bisa gak sekali aja lo gak ngomelin gue," ucap Tania.

"Bisa, kalo lo ikuti apa yang gue ngomong, terus gak keras kepala kaya tadi," ucap Rafel.

"Keras kepala? Emang gue ngapain, hah? Perasaan dari tadi gue diem aja deh, lo aja yang ceramah mulu," ucap Tania.

"Sekarang sih bener lo diem, tadi lo-nya keras kepala, disuruh makan aja gak mau, udah gue bilangin nanti lo sakit perut, eeeh, malah gak percaya. Sekarang gimana? Enak perut lo sakit," ucap Rafel.

"Iya sorry, tadi gue gak laper makanya gak makan, pala lo enak," ucap Tania.

"Makanya kalo ada masalah, jangan nekat untuk gak makan yang ada lo sakit nanti," ucap Rafel.

"Iya-iya, nih kan sekarang gue makan," ucap Tania.

"Iya, makan yang banyak," ucap Rafel.

"Ogheey," sahut Tania yang melanjutkan makannya.

"Lo mau?" tanya Tania yang menyodorkan kotak tersebut yang masih tersisa sedikit bubur di sana.

"Gak, untuk lo aja," ucap Rafel.

"Hmm, ya udah kalo ga mau," ucap Tania yang melanjutkan makannya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Tania selesai juga menyelesaikan makannya.

"Raf, gue pengen balik ke kelas," ucap Tania.

"Udahlah, di sini aja dulu. Lagian nanggung banget, bentar lagi bel pulang bakal bunyi," ucap Rafel.

"Iya sih," sahut Tania yang kini melihat jam ditangannya.

"Makanya, di sini aja dulu, sembari nunggu bel," ucap Rafel.

"Ooh iya, emang lo bingung kenapa sih?" tanya Rafel.

"Itu, gue bingung aja. Kan kemaren lo cerita ke gue, kalo lo sama Zerfan itu saudara kembar, tapi kalo dia bener bisa liat lo kenapa dia kaya ngehindarin gitu?" tanya Tania.

"Gue kan pernah bilang ke lo, kalo gue sama Zerfan gak pernah akur seperti layaknya saudara. Malahan, gue layaknya musuh yang gak mungkin baikan," ucap Rafel.

"Kenapa bisa gitu? Emang dulu lo tinggal gak serumah?" tanya Tania.

"Enak aja lo bilang gue sama tu anak beda rumah, gue serumah kali, sama kaya saudara pada umumnya. Tapi, yang beda dengan kita cuma gak pernah akur, dan selalu aja ada hal yang harus bakal kita bertengkar," ucap Rafel.

"Ooh gitu, sorry gua gak tau itu," ucap Tania.

"Biasalah Tan," ucap Rafel.

Kriing, kriing, kriing

"Mending kita ke kelas lo buat ambil tas," ucap Rafel.

"Ya udah, yuk," sahut Tania.

***