webnovel

Kamu Masih Perawan?

"M-Maaf, lantainya licin. Kakiku jadi tergelincir," kata Olivia sambil tergesa-gesa menjauhkan diri dari Noah.

"Kak Petra," panggil Bella sambil menyodorkan segelas minuman di bibir Petra. Berusaha menggoda Petra.

Petra yang tidak melepaskan pandangannya dari Olivia, meneguk begitu saja minuman yang Bella berikan. Olivia yang diam-diam memperhatikan, langsung menundukkan wajahnya melihat pandangan Petra yang mengerikan.

"Santai, santai. Mereka mungkin tertarik padamu, tapi kamu sudah lebih dulu jadi milikku. Mereka tidak akan bisa menggigit," ucap Noah sambil mengelus tangan Olivia yang sangat dingin sedingin es.

"Hey, berhenti menatapnya. Kalian membuatnya takut," ujar Noah pada Petra, William, Lucas, Erfan dan Jerry.

Olivia menarik lengannya dan melepaskan genggaman tangan Noah. Noah jadi merasa tersinggung.

"Kenapa? Menyentuh tanganmu saja tidak boleh?" tanya Noah sambil duduk memepet Olivia. Rasa penasarannya semakin meronta-ronta.

"Sesuai peraturan, saya di sini hanya menemani Anda minum saja," jawab Olivia sambil menunduk, tak berani menatap.

"Peraturan ada untuk dilanggar." Noah mengeluarkan segepok uang dan meletakkannya di atas meja. "Uang ini milikmu jika aku boleh menyentuhmu."

Glek!

Olivia menelan saliva saat melihat betapa banyak uang yang Noah keluarkan. Tentu dia tergiur jika mengingat mengenai biaya pengobatan ibunya, tapi tubuhnya menolak saat bayaran yang harus dia berikan adalah dengan menyentuhnya. Maksudnya menyentuh apa?

Noah mendekatkan hidungnya ke tengkuk leher Olivia dan mengendus aroma tubuhnya yang nikmat dengan mata terpejam. Tangannya merayap naik dari lutut ke paha. Napas Olivia mulai tersengkal-sengkal.

"Apa kamu masih perawan?" bisik Noah dengan penuh sensual.

Tingkah laku Noah membuat para pria resah tak tertahan, tapi masing-masing dari mereka tidak bisa mengambil keputusan begitu saja untuk menghentikan Noah. Mereka punya alasan tersendiri dan memikirkan dampak buruknya bagi Olivia jika mereka semua yang ada di situ tahu Petra, William, Lucas, Jerry dan Erfan mengenalnya.

Napas Olivia semakin sesak, dadanya naik turun. Dia meremas dengkul dengan telapak tangan berkeringat. Olivia memberanikan diri menepis tangan Noah.

Namun, Noah seakan tidak mau putus asa. Dia menambah gepokan uang di atas meja. Demi bisa mendapatkan seorang wanita yang diinginkannya, Noah sering kali kehilangan akal dengan menghabiskan banyak uang. Hal itu sudah biasa di mata para Tuan Muda.

"Siapa namamu? Kenapa terus menunduk? Tatap aku," bisik Noah sambil mencengkeram rahang Olivia dan membuatnya menatap dirinya.

Sepasang mata yang begitu jernih dan dalam sedalam lautan, seakan telah menenggelamkan Noah ke dasar laut terdalam. Baru kali ini Noah terbuai oleh mata nan cantik itu. Tatapannya yang polos telah menyadarkan Noah akan satu hal.

Namun, Olivia kembali menepisnya dengan wajah yang semakin pucat. Tubuhnya bahkan lemas karena menahan panik.

"Kamu tidak terbiasa di sentuh pria, ya? Jangan-jangan benar, kamu masih perawan? Astaga, ke mana saja kamu?!" kata Noah dengan mata berbinar ria, seperti sudah menemukan bongkahan emas yang sudah lama dia cari.

Olivia, apa yang kamu lakukan di sini! Dulu kamu tidak memperbolehkan aku merusakmu, sekarang kamu malah bersedia sendiri untuk di rusak! (Batin Erfan)

William, Jerry dan Erfan melihat tangan Olivia gemetar bukan main, wajahnya pun pucat. Mereka tahu, Olivia mulai terkena serangan panik karena mereka sudah lama mengenal Olivia.

"Kak?" bisik Lucas sambil menatap Petra, menyiratkan sesuatu agar Petra menghentikan Noah.

Noah mengeluarkan beberapa gepokan uang lagi sampai memberikan semua kartu debit yang dia miliki dalam dompet. Membuat Bella dan para wanita penghibur tercengang kaget melihatnya.

"Aku tidak pernah bermain dengan perawan sungguhan. Zaman sekarang mereka sulit di cari. Demi merasakannya, aku merelakan semua yang aku miliki. Teman-temanku di sini yang akan menjadi saksinya," ujar Noah antusias.

Para pria yang melihat hanya bisa menggertakkan giginya, termasuk Petra, rahangnya sampai mengeras kuat. Tentu mereka syok Noah bertindak sampai sejauh itu.

Pikiran Olivia sudah tidak karuan, pandangannya buram, napasnya pun sudah hampir habis. Keringat dingin dari tadi mengucur di seluruh tubuh, membuatnya dehidrasi. Rasanya dia akan mati tercekik di sini.

Olivia berusaha beranjak bangun dan segera melarikan diri dari sana sekuat mungkin sambil terengah-engah. Tidak peduli seberapa banyak uang yang hampir berada di genggaman tangannya, dia benar-benar tidak bisa.

"Hey!" teriak Noah sambil berusaha mengejar dengan perasaan dongkol. Namun, Petra, William, Lucas, Erfan dan Jerry beranjak bangun bersamaan untuk menghentikan Noah.

"Berhenti mengganggunya, Noah!" bentak Petra dengan mata melotot marah. Noah, Lucas dan Bella sampai terkejut karena Petra berani membentak Noah dalam keadaan sadar, biasanya tidak begitu.

"Apa tidak bisa lihat, kamu sendiri yang membuatnya semakin takut?!" Kini giliran Jerry yang membentaknya.

"Kendalikan nafsumu, Tuan Noah. Masih banyak wanita penghibur yang bisa memuaskanmu. Biarkan dia pergi," kata Erfan yang tak berani membentak karena tahu status Noah lebih tinggi darinya. Dia hanya tidak rela membiarkan Noah yang pertama kali merusak Olivia.

Bagaimana dengan William? Dia tidak mau bicara apa-apa pada Noah. Lebih baik mengejar Olivia yang sedang mengalami serangan panik, karena sangat bahaya apalagi memakai pakaian seksi di tempat perkumpulan para pria hidung belang seperti ini.

William menyelinap ke luar saat Noah sedang berdebat dengan para pria. Dia menelusuri lorong demi mencari Olivia. Namun, Olivia tidak terlihat di mana pun. William memutuskan mencarinya ke toilet.

Dia menerobos masuk begitu saja meski itu toilet wanita, dia tak peduli. William malah menebar senyum pada wanita-wanita yang sedang menggunakan toilet sampai para wanita itu meleleh dibuatnya.

"Bisa kalian ke luar sebentar?" pintanya dengan sangat lembut. Tatapannya seakan bisa menyihir para wanita untuk menuruti setiap perkataannya.

Mereka pun ke luar dengan mata berbunga-bunga meninggalkan William sendirian. Tanpa William sadari Petra sudah mengikutinya dari tadi karena gerak-geriknya mencurigakan saat keluar. Dia juga tahu William masuk ke sebuah toilet wanita.

Petra diam-diam menempelkan bacaan 'Toilet Rusak' dari luar dengan rasa penasaran.

William mulai membuka satu persatu pintu toilet yang ada di sana. Pintu pertama, kosong. Pintu ke dua, kosong. Pintu ke tiga, kosong juga. Saat membuka setengah pintu ke empat, terlihat siluet seseorang yang sedang duduk di atas kloset duduk.

William tahu itu adalah Olivia. Namun, dia menjadi ragu untuk masuk memeriksa keadaannya. Takutnya dengan kehadirannya membuat rasa paniknya malah semakin menjadi, tapi jika dibiarkan sendiri juga bukan pilihan yang baik.

Akhirnya William memutuskan untuk masuk ke dalam dan menutup pintu. Di toilet yang ruangannya begitu sempit ini mereka berduaan.

William melihat Olivia yang sedang menangis tanpa suara sambil terengah-engah mengambil napas. Melihatnya dalam kondisi buruk seperti ini membuat perasaannya tersayat.

William berjongkok di bawah kaki Olivia sambil menarik tangan Olivia yang dingin yang sedang dikepal kuat. Begitu kuat sampai William takut kukunya bisa menembus masuk ke dalam kulit.

"Olivia," panggilnya lirih.

Petra yang sedang menguping di luar pintu sambil melipat kedua tangan di atas perut, terkejut. Cara William memanggilnya terdengar sangat akrab.

"Hey, tenanglah. Kamu harus bisa mengatur napas dan mengontrol suasana hati. Longgarkan kepalan tanganmu. Kamu bisa melukai telapak tanganmu sendiri," titahnya sambil terus membujuk. "Jangan pikirkan pandangan orang lain. Mereka hanya tidak tahu perjuanganmu. Dengarkan aku, tarik napas pelan-pelan lalu embuskan."

William berhasil melepaskan kepala tangan Olivia yang begitu keras. Dia segera mengusapnya dan meniupinya dari jarak dekat agar tangan sedingin es ini dapat kembali hangat lagi.

Olivia masih terus menangis tanpa suara. William beranjak bangun dan langsung memeluknya dengan lembut sambil mengelus kepalanya yang sedang bersandar di perut. "Tenang, Olivia, tenang. Noah tidak akan bisa menemukanmu di sini. Kamu aman bersamaku. Tarik napas lagi, lalu embuskan, ayo."

...

BERSAMBUNG!!