webnovel

Impian yang Tak Lagi Utuh

Éditeur: Wave Literature

Su Xiqin berdiri di tempat dan mempresentasikan desainnya sendiri. Ia mendesain kalung yang hanya terdiri dari setengah sisi. Desain ini begitu menantang, elegan, dan istimewa. Ia menggunakan berlian merah sebagai hiasan utama kalung tersebut dan tak lupa, ia juga menjelaskan bahwa kalung itu memiliki keunikan tersendiri.

"Hanya karena dia unik, bukan berarti itu cukup," komentar Ji Qingyang.

Su Xiqin menatap kalung hasil desainnya sejenak. Beberapa saat kemudian, barulah ia berkata, "Mengapa kalung ini hanya didesain setengah? Karena ini adalah suatu kekurangan. Seperti seseorang yang selalu memiliki mimpi di hatinya, tapi tidak semua mimpi bisa diwujudkan. Ketika suatu mimpi yang paling Anda idamkan hancur dalam semalam, atau setengah dari mimpi itu menghilang, maka mimpi itu tidak akan lagi utuh. Beberapa orang mungkin akan berpikir bahwa mimpi seperti itu lebih baik ditinggalkan saja. Tapi, mimpi tetaplah mimpi. Walaupun tidak utuh, mimpi itu akan tetap memiliki nilai. Jadi, kalung setengah sisi ini mewakili mimpi yang tidak sempurna dan memberitahu kita bahwa hidup masih akan tetap berlanjut menjadi sesuatu yang indah."

Setelah Su Xiqin selesai menjelaskan, ruangan itu menjadi sunyi. Ia pun segera menyudahi presentasinya, "Sekian penjelasan dari saya."

Akhir presentasi Su Xiqin disambut anggukan semua orang di ruangan tersebut. Kemudian, Ji Qingyang mempersilahkan Su Xiqin untuk kembali, "Nona Su, silakan duduk kembali."

Su Xiqin mengangguk. Saat ia hendak duduk, tiba-tiba ada suara yang bertanya padanya, "Apa mimpimu?"

Su Xiqin tertegun dan seketika berhenti bergerak. Ia menatap orang yang berbicara kepadanya. Ternyata, itu adalah Bai Yanshen.

———

Saat istirahat, Bai Yanshen kembali duduk di kursi eksekutifnya. Lalu, ia mengeluarkan bungkus rokok dan mengambilnya sebatang rokok. Setelah itu, ia menatap ke arah Ji Qingyang dan bertanya, "Tiga desain. Menurutmu ini bagus dan sesuai dengan tema?"

"Saya pikir desain dari Perusahaan Mo memiliki ide yang fresh dan desainnya begitu luar biasa. Bisa dikatakan bahwa itu desain yang unggul," jawab Ji Qingyang.

Bai Yanshen menarik napas dalam-dalam dan menghisap rokok yang baru saja ia nyalakan. Tak perlu waktu lama, asap rokok tersebut segera memenuhi ruangan. Bai Yanshen menatap Ji Qingyang dengan tatapan tajam yang menusuk dan bertanya lagi, "Kamu memiliki kesan baik terhadap wanita itu?"

Sebuah pertanyaan yang membuat Ji Qingyang gemetar dan mengeluarkan keringat. Sepertinya pertemuan terakhir mereka di Kafe Musik itulah yang membuat Bai Yanshen berpikir demikian. Ji Qingyan kemudian menjawab, "Saya menghargai desain tersebut, tanpa melibatkan faktor pribadi."

Bai Yanshen menghisap rokok lagi, lalu berkata, "Keluarlah dulu."

"Baik," jawab Ji Qingyang, lalu melangkahkan kaki keluar dari ruangan Bai Yanshen.

Bai Yanshen duduk diam di dalam ruangannya dan matanya tertuju pada rancangan desain tersebut. Setelah beberapa detik, ia mengambilnya, lalu membukanya setengah dan menutupnya kembali. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memegang rokoknya di sela-sela jari dan memperhatikan hembusan asap rokok itu.

———

Su Xiqin dan Mo Xigu masih berada di area istirahat kantor Zhuo Sheng. Keduanya duduk tanpa meminum kopi yang ada di hadapan mereka. Su Xiqin hanya terdiam, sedangkan Mo Xigu memasang wajah muram sambil menatap Su Xiqin. "Mimpimu masih sama seperti sebelumnya?"

Ketika Bai Yanshen bertanya pada Su Xiqin di ruangan tadi, Su Xiqin tidak menjawabnya. Namun, Mo Xigu masih ingat bahwa mimpi terbesar Su Xiqin adalah memiliki dua anak bersama Mo Xigu.

Su Xiqin mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. "Apa kamu tahu kenapa aku merancang kalung setengah sisi ini?" tanyanya. Lalu, ia melanjutkan, "Jintian menjadi bagian dari kalung ini." Jawaban Su Xiqin mengimplikasikan bahwa ia sekarang telah menyadari setengah dari mimpinya. Setengah dari mimpinya adalah Mo Jintian dan ia menggambarkannya dalam desain kalung setengah sisi tersebut.

"Su Xiqin, kamu bilang mimpimu adalah memberiku dua orang anak. Tapi, kamu malah melahirkan anak dari pria lain. Apakah ini mimpimu?" tanya Mo Xigu.

"Kalau tidak? Kamu masih ingin menyuruhku dengan konyol mewujudkan mimpi yang tidak akan pernah bisa diwujudkan itu?" cibir Su Xiqin yang masih menunduk.

"Su Xiqin, kamu sudah lupa semua yang pernah kamu katakan sendiri. Kamu pernah berkata bahwa dalam hidup ini, hanya aku satu-satunya orang yang kamu cintai. Tapi, sekarang? Kamu telah melahirkan anak dari pria lain dan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari mimpimu," kata Mo Xigu. Setelah berkata seperti itu, mata Mo Xigu memerah seakan-akan ingin merobek Su Xiqin.

"Iya, aku melahirkan anak orang lain, dan kamu telah melanggar janjimu. Jadi, kita impas," balas Su Xiqin, kemudian menghela napas pelan. "Tidak perlu bersikeras atas apapun lagi. Jika kontrak ini berhasil, kamu harus memenuhi janjimu."

Tiba-tiba, Mo Xigu bangkit dari duduknya dan mencondongkan tubuhnya ke arah Su Xiqin dengan mata muram, "Janji apa yang kujanjikan kepadamu??"

"Mo Xigu, jangan bilang kalau kamu ingin mengingkari janjimu," Su Xiqin memperingatkan dengan dingin.

Mo Xigu memandang Su Xiqin dan mencibir, "Su Xiqin, aku menjanjikan apa kepadamu?"

Su Xiqin menggeram gusar. "Kamu berjanji kepadaku bahwa jika aku berhasil memenangkan kontrak ini, kamu akan menceraikanku dan membiarkanku membawa Mo Jintian bersamaku!"

Mata Mo Xigu menyipit dan memunculkan sinyal berbahaya. "Su Xiqin, kapan aku berjanji kepadamu? Aku hanya bilang kalau aku akan menunggumu dulu, baru aku akan memutuskan lagi. Aku tidak menjanjikan apapun untukmu."

Su Xiqin seketika marah mendengar dalih Mo Xigu dan seperti ada sesuatu yang meledak di dalam dadanya. "Kamu jangan curang, Mo Xigu!" hardiknya.

Mo Xigu menyipitkan matanya, lalu mengangkat dagu Su Xiqin. "Aku tidak pernah menjanjikan apapun kepadamu. Kamulah yang terlalu menggebu-gebu dengan ambisimu sendiri," kata Mo Xigu sambil menatap Su Xiqin dengan tatapan tajam.

Su Xiqin tidak mengantisipasi perubahan sikap Mo Xigu dan ia sendiri sempat tidak bisa mengontrol amarah yang membuncah di dalam hatinya. Namun, ia segera menahan amarah itu dan berkata dengan tenang, "Kalau begitu, baiklah. Mari kita bicarakan masalah ini sekarang."

"Bicaralah..." kata Mo Xigu dengan nada menyepelekan.

Su Xiqin memandang Mo Xigu yang saat ini berdiri di depannya. Kemudian, ia menatap pria itu lurus-lurus dengan tatapan menyeramkan dan suaranya yang dingin berkata dengan mantap, "Kita cerai!"

Nada tenang Su Xiqin justru semakin memprovokasi Mo Xigu hingga membuatnya menggertakkan gigi karena marah dan matanya memerah."Cerai? Su Xiqin, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan keluarga Mo sampai kapan pun!" ujarnya.

Orang yang tidak tahu masalah mereka mungkin akan berpikir bahwa Mo Xigu begitu mencintai Su Xiqin. Namun, Su Xiqin jelas lebih tahu bahwa Mo Xigu justru begitu membencinya dan ingin menjebak Su Xiqin dalam penderitaan.

"Demi membalas dendam, kamu mengubur kebahagiaanmu sendiri tanpa menyadari bahwa hal itu terlalu berharga? Kamu membayar harga yang terlampau mahal."