webnovel

Ibu Su Huayin

Éditeur: Wave Literature

Su Xiqin terlalu akrab dengan suara ini. Itu adalah suara ibunya, Su Huayin. Suara yang tidak ia dengar dalam lima tahun terakhir. Tidak dipungkiri bahwa ia baru saja melewati masa-masa yang penuh kecemasan. Namun, sekarang ia sudah sedikit lebih tenang. Dulu ibunya pergi bersama Su Xixue tanpa meninggalkan jejak dan sama sekali tidak muncul selama lima tahun.

Ketika Su Xiqin melihat Su Xixue beberapa hari yang lalu, ia sudah menebak bahwa ibunya juga akan kembali. Tanpa diduga, ibunya meneleponnya. Pasti ada sesuatu. "Apa ada masalah?" tanya Su Xiqin.

"Ibu ingin bertemu denganmu."

Su Xiqin memejamkan matanya. Suara itu masih acuh seperti sebelumnya. Su Xiqin tidak tahu, haruskah ia datang menemui ibunya setelah orang itu menghilang sekian lama tanpa jejak? Begitu perlukah mereka bertemu?

"Di telepon juga sama saja," kata Su Xiqin sambil membuka matanya, lalu menyandarkan kepalanya di sofa. Sebenarnya, Su Xiqin tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu ketika bersama Su Huayin. Karena itu, ia acuh ketika ditelepon.

"Ibu tahu. Beberapa tahun ini, Ibu pergi tanpa memberitahumu dan itu membuatmu marah. Tapi, kamu harus tahu, saat itu tidak ada hal lain yang bisa Ibu lakukan. Su Xixue melakukan hal seperti itu dengan Mo Xigu sehingga Ibu tidak punya pilihan lain selain membawanya pergi dari keluarga Mo."

"Mari kita bertemu. Ada beberapa hal yang ingin aku katakan."

———

Akhirnya Su Xiqin pergi. Mereka bertemu di sebuah ruang privat di sebuah kafe. Saat Su Xiqin tiba dan masuk ke ruangan tersebut, Su Huayin sudah duduk menunggunya di dalam. Setelah beberapa tahun tidak bertemu, tidak terlihat kesedihan sedikitpun di wajah Su Huayin. Yang ada adalah pancaran pesona.

Su Huayin mengenakan gaun berwarna ungu gelap dengan riasan ringan. Kulitnya pun menjadi lebih putih berseri. Rambutnya dijepit sedikit acak dan beberapa helai rambut jatuh di depan telinganya. Untuk wanita yang sudah berumur empat puluhan tahun, Su Huayin begitu elegan dan menawan. Saat melihat Su Xiqin, tidak ada ekspresi di wajahnya. Ia berkata dengan ringan kepada Su Xiqin, "Ayo, duduklah."

Su Xiqin duduk di seberang Su Huayin. Sebelum pelayan datang mengantarkan kopi, tidak ada pembicaraan di antara keduanya sehingga suasana menjadi begitu hening. Su Huayin kemudian memecah keheningan dengan berkata, "Xixue memberitahuku bahwa dia sudah bertemu denganmu."

"Ya, dia mengatakan seperti itu ketika sudah menjadi orang asing," kata Su Xiqin dengan datar.

"Dia tidak tahu apa-apa. Kamu harus memahaminya," kata Su Huayin. Nadanya sedikit meninggi.

"Apakah dia bayi yang berusia tiga tahun? Kalau begitu, apa gunanya dia dilahirkan di saat yang sama denganku? Jika dia tidak mengerti, bagaimana bisa dia naik ke ranjang kakak iparnya?" tanya Su Xiqin dengan mata memerah.

Su Xiqin tidak mengerti kenapa dua anak yang lahir di saat sama, tapi salah satunya bisa mendapat perlakuan yang berbeda. Tidak peduli apapun kesalahan yang Su Xixue perbuat, ibunya selalu menganggap Su Xixue tidak mengerti hal itu. Seolah-olah Su Xixue adalah manusia yang paling bersih.

"A Qin, Ibu tahu bahwa kamu merasa tidak terima dengan masalah ini. Karena itulah, waktu itu ibu membawa dia pergi."

Mata Su Xiqin memerah. Ketika ia melihat wajah orang di depannya, ia tersenyum mencibir, "Iya, kalian menjalani kehidupan dengan begitu baik. Dan apa yang kalian tinggalkan untukku? Hidup yang aku jalani selama beberapa tahun ini, kalian tidak mengetahuinya!"

"Kamu pikir aku lebih baik? Aku membawanya pergi karena ingin kamu menjalani kehidupan yang baik bersama Mo Xigu."

"Jika kamu menginginkan aku memiliki kehidupan yang baik, tidak seharusnya waktu itu kamu memberitahuku nomor kamar yang salah. Karena kata-katamu, apa kamu tahu apa yang harus aku bayar??" Su Xiqin tidak mengerti kenapa saat itu ibunya memberi nomor yang salah. Ia terus bertanya tanpa henti, "Ibu, kenapa kamu memberikanku nomor kamar yang salah malam itu?"

"Aku tidak salah bicara. Itu nomor kamar yang diberikan ayah mertuamu waktu itu. Jika kamu tidak mempercayainya, maka aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."

Su Xiqin menggigit bibirnya dengan keras, lalu berkata, "Aku ingin mempercayainya. Tapi, tidak ada alasan yang membuatku bisa mempercayainya."

Su Huayin hanya memandang Su Xiqin dan tidak mengatakan apa-apa. Setelah itu, ia meminum kopinya dan bertanya, "Apakah kamu dan Mo Xigu berpisah?"

Tiba-tiba, kata-kata Su Huayin membuat Su Xiqin tersenyum mencibir, "Memangnya kejadian seperti itu bisa membuat kami berdamai?"

"A Qin, kejadian itu sudah berlalu. Kenapa tidak mencoba bertahan?"

"Ada beberapa hal yang tidak bisa berlalu," kata Su Xiqin dengan tatapan kosong, "Dan juga, kami sedang mempersiapkan perceraian. Ah, bukan persiapan. Surat perjanjian perceraian sudah ditandatangani, jadi sekarang hanya perlu sertifikat perceraian. Bukankah Su Xixue sangat mencintainya? Jangan khawatirkan aku. Sekarang dia bisa mengejarnya dengan leluasa."

Wajah Su Huayin tiba-tiba berubah, seakan baru saja mendengar kata-kata mengerikan, "Apa? Kamu tidak bisa bercerai!"

Su Xiqin meremas pegangan kursinya dan menatap Su Hiayin dengan dingin. "Kenapa tidak bisa?" tantangnya. Su Xiqin tidak mengerti apa yang ada di pikiran ibunya dan kenapa ibunya mencegahnya untuk bercerai.

"Pokoknya, kamu tidak boleh bercerai!"

Su Xiqin tidak mengerti dan tidak habis pikir, Kehidupan seperti apa yang sebenarnya ingin dia jalani? Bukankah seorang ibu biasanya tahu apa yang terbaik?

"A Qin, jangan salahkan Ibu jika Ibu berkata seperti itu. Ibu tahu hatimu sangat mencintainya. Mo Xigu memiliki penilaian tersendiri terhadap ibu, karena itulah Ibu meninggalkan keluarga Mo. Kamu tidak bisa membiarkan pengorbanan ibu menjadi sia-sia."

Su Xiqin tersenyum dingin, "Apakah benar Ibu berpikir begitu? Kehidupan apa yang aku rasakan selama bertahun-tahun ini, Ibu tidak pernah melihatnya. Apakah Ibu ingin aku terbelenggu dalam kehidupan yang seperti ini?"

"Mo Xigu hanya belum melihat kebaikanmu. Dia akan melihatnya nanti."

"Ibu adalah seorang penipu. Tapi, aku tidak bisa menipu diriku sendiri. Atau, Ibu mau menipuku?"

Su Huayin mengangkat wajahnya dan menatap Su Xiqin dengan dingin, "Apa yang kamu bicarakan? Apakah aku pernah menyakitimu?"

"Lantas, kenapa Ibu tidak pernah mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandangku?"

Kata-kata Su Xiqin membuat Su Huayin memancarkan sikap apatis. Matanya memantulkan cahaya yang menyakitkan sehingga membuat Su Xiqin berdiri dan mundur dua langkah. Su Xiqin memandang wajah ibunya yang mirip dengannya, tapi wajah itu perlahan-lahan tampak kabur.

Su Huayin mencoba yang terbaik untuk menekan amarahnya. Setelah beberapa lama kemudian, ia menghela napas, lalu mengambil rokok dan menyalakannya. Ia mengepulkan asap yang begitu tebal, lalu memandang orang di depannya. "Kamu tidak berpikir bahwa keluarga Mo bukanlah keluarga yang mudah untuk ditangani? Jangan naif! mereka bisa saja tidak membiarkanmu melihat anakmu setelah kamu cerai," kata Su Huayin.

Menurut Su Huayin, inilah satu-satunya cara untuk mencegah perceraian itu terjadi. Sedangkan menurut Su Xiqin, penampilan ibunya yang memesona menunjukkan bahwa ibunya maupun Su Xixue menjalani kehidupan dengan begitu baik selama lima tahun terakhir. Namun, ini jelas keterlaluan. Apakah dia ingin aku terperosok lebih jauh lagi? batin Su Xiqin.