webnovel

Gaya Bicaranya Seperti Seorang Suami

Éditeur: Wave Literature

Su Xiqin bisa mencium aroma parfum Bai Yanshen yang bercampur dengan sedikit aroma tembakau. Tiba-tiba, Su Xiqin yang berada dalam pelukan Bai Yanshen memikirkan sesuatu. Ia pun mendadak merasa tidak nyaman sehingga berusaha melepaskan diri dari tubuh Bai Yanshen.

"Apakah tubuhku mengandung jarum akupuntur?" tanya Bai Yanshen menegurnya.

Su Xiqin berhenti melangkah, lalu mengangkat kepalanya dan menatap mata Bai Yanshen yang begitu dalam. Ia menyipitkan matanya dan setelah beberapa saat, ia merasa malu lalu berkata, "Lepaskan saya. Saya bisa jalan sendiri."

Su Xiqin berkata dengan begitu lirih, namun Bai Yanshen masih bisa mendengarnya. Ia tidak melepaskannya dan tetap berjalan maju. Saat mereka berjalan sampai ke pintu, Su Xiqin merasa malu saat melihat Lu Ming. Namun, Lu Ming tetap tersenyum ke arahnya. Su Xiqin ingin mengatakan kepada Bai Yanshen untuk melepaskannya. Tapi, orang lain akan sulit menyuruh seseorang seperti Bai Yanshen untuk melakukan sesuatu bukan karena keputusan atau keinginannya sendiri. Su Xiqin pun tidak ingin menyia-nyiakan napasnya dan hanya diam.

"Kakak Keempat, hati-hati," kata Lu Ming dari arah belakang sambil tersenyum.

Tiba-tiba, muncul pertanyaan dalam benak Su Xiqin, Kenapa dia ada di sini? Ia pun bertanya pada Bai Yanshen, "Bagaimana bisa Anda berada di sini?"

"Kebetulan lewat," jawab Bai Yanshen tanpa memandang Su Xiqin. Nada bicaranya terdengar seperti sedikit emosi sehingga membuat Su Xiqin mengerutkan kening dan tidak berbicara lagi.

Keduanya beberapa saat terdiam di samping mobil. Kemudian, Bai Yanshen membukakan pintu untuk Su Xiqin dan membiarkannya masuk di samping kursi kemudi. Mobil mulai bergerak dan pemandangan di luar mobil mulai tamapk bergerak mundur. Suasana di dalam mobil pun begitu sunyi.

Su Xiqin melihat ke arah sang pengemudi yang wajahnya terlihat marah. Ia tidak yakin apakah kejadian barusan yang membuatnya marah. Lalu, ia melepas mantel Bai Yanshen dan berkata, "Terima kasih untuk yang tadi."

Bai Yanshen telah menyelamatkan Su Xiqin sehingga masuk akal jika Su Xiqin mengucapkan terima kasih kepadanya. Bai Yanshen memegang setirnya dengan erat, kemudian menatap ke arah Su Xiqin. Tatapannya sudah tidak lagi marah dan mulai melembut sehingga membuat hati Su Xiqin seakan melonjak. Su Xiqin tidak tahu apa yang salah dengan Bai Yanshen hingga pria itu menatapnya seperti itu. Su Xiqin hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu bisa berada di kamar itu?"

Pertanyaan Bai Yanshen merupakan pertanyaan yang sulit dijawab. Jika ia mengatakan bahwa suaminya menjualnya kepada orang lain, maka ini adalah hal yang sangat memalukan. Ia pun melihat keluar jendela, lalu berkata, "Pergi untuk menandatangani kontrak."

"Menukar kontrak dengan dirimu sendiri?" kata Bai Yanshen yang sepertinya sedang menahan emosi.

Su Xiqin menoleh untuk menatap Bai Yanshen dan melihat ada semacam api yang tersembunyi di balik mata pria itu. Nyala api seperti inilah yang disebut dengan kemarahan. Su Xiqin hanya menggigit bibirnya karena malu dan tidak mengatakan apapun.

"Su Xiqin, jika kamu mengatakan hal seperti ini dan kemudian si kecil mengetahuinya, bukankah dia bisa sangat kecewa?"

Ketika membahas Mo Jintian, tiba-tiba Su Xiqin menegang. Ia berpikir bahwa untungnya tidak ada yang terjadi. Jika sesuatu telah terjadi, entah bagaimana ia harus menghadapi putranya.

"Bukankah orang yang saat ini berada di hadapanku adalah orang yang tidak mudah menyerah?" tanya Bai Yanshen.

Su Xiqin menggigit bibirnya karena rasa tidak nyamannya. Kabut perlahan-lahan mulai muncul di matanya, namun ia tidak ingin Bai Yanshen melihatnya sehingga ia kembali menolehkan kepalanya ke arah jendela. Setelah beberapa lama, Su Xiqin akhirnya berkata dengan lirih, "Tidak, saya tidak ingin menukar diri saya sendiri dengan kontrak itu."

Melihat Su Xiqin seperti itu, tatapan dingin mata Bai Yanshen menjadi hangat. "Ingat, lain kali jangan menjual diri sendiri demi membantu seseorang mendapatkan uang."

Nada suara Bai Yanshen seperti seorang suami yang sedang menegur istri kecilnya yang sedang mengalami kesulitan. Su Xiqin mengangkat kepalanya dan menatap wajah tegas pria yang berada di sampingnya. Saat ini, hati Su Xiqin terasa seperti sedang terbungkus dalam karung dan ia tidak bisa memahami apa sebenarnya niat Bai Yanshen. Tiba-tiba, Bai Yanshen menoleh dan mengerutkan keningnya sambil menatap Su Xiqin yang saat itu menatapnya dengan tatapan bingung.

Su Xiqin yang tidak tahan melihat tatapan Bai Yanshen segera mengalihkan tatapannya keluar jendela mobil. Ia menarik napas dan menghembuskannya lagi. Kemudian, ia kembali menoleh ke arah Bai Yanshen dan dengan tenang berkata, "Jadi, terima kasih banyak atas kejadian tadi."

Nada bicara Su Xiqin penuh dengan kesopanan. Tapi, hal ini malah membuat Bai Yanshen langsung menginjak rem hingga mobilnya tiba-tiba berhenti mendadak. Su Xiqin yang tidak siap pun terdorong hingga dahinya terantuk bagian depan mobil.

"Aw..." teriak Su Xiqi kesakitan. Ia menatap Bai Yanshen dan tidak mengerti kenapa Bai Yanshen mengentikan mobilnya secara tiba-tiba.

Bai Yanshen menatap Su Xiqin dengan tatapan muram, sedangkan Su Xiqin masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Bai Yanshen. Menurutnya, karakter Bai Yanshen begitu sulit ditebak. Apakah dia marah karena apa yang baru saja aku katakan? Bukankah memang sudah seharusnya berterima kasih? Atau, karena dia telah menjadi penyelamat, aku seharusnya lebih dekat dengannya agar tidak ada orang lain yang bisa menjadi penyelamat? Begitukah maksudnya? pikir Su Xiqin.

Bai Yanshen menatap Su Xiqin dengan lembut. Saat ia melihat mata Su Xiqin yang baru saja berkaca-kaca, ia merasa ada sesuatu yang tidak terkendali di dalam dirinya dan membuatnya ingin menatap wanita itu dengan tatapan mendalam.

Su Xiqin merasa jantungnya seperti semakin ingin melompat saat melihat tatapan mata Bai Yanshen. Ia bertanya-tanya, Apakah Bai Yanshen mengetahui arti dari ekspresiku?

Tepat ketika kedua mata mereka saling menatap, terdengar suara ponsel berdering dari tas Su Xiqin. Ia menundukkan kepalanya, lalu mengambil ponselnya dan menjawab panggilan, "Halo Tang Xixi?"

"Su Xiqin, jam berapa kamu kembali?"

"Aku sedang bersiap untuk kembali."

Su Xiqin tahu bahwa saat ini Tang Xixi sedang khawatir. Setelah menikah, Mo Xigu tidak pernah membawanya pergi ataupun mengundangnya ke sebuah tempat. Karenany, ketika Tang Xixi tahu bahwa tiba-tiba Mo Xigu mengundang Su Xiqin, ia menjadi khawatir.

"Baguslah. Aku mengkhawatirkanmu."

"Aku baik-baik saja. Sekarang dalam perjalanan pulang. Jangan menungguku dan istirahatlah lebih dulu."

"Kelopak mataku benar-benar sudah lengket sekarang. Tas susu kecil masih menunggumu di ruang tamu. Beso pagi aku akan pergi kencan dengan Zhougong."

Nada Su Xiqin seketika menjadi lebih tajam saat ia mendengar bahwa putranya belum tidur. "Jintian belum tidur??" tanyanya.

Hal ini juga menyita perhatian Bai Yanshen. Setelah berbicara, Su Xiqin baru sadar kalau ia terlalu bersemangat dan ia melirik ke arah Bai Yanshen. Ketika ia mendapati bahwa Bai Yanshen melihatnya, ia segera menoleh ke arah lain.