Hati yang tak menentu membuat Lisa semakin ingin segera pergi ke rumah sakit, tetapi dia harus bersabar karena menunggu kakaknya yang masih menemani ibu ke pasar. Awalnya, memang Arman menolak untuk diajak ke pasar, tetapi karena ancaman ibu tidak akan membuat sarapan pagi. Jadilah, Arman terpaksa mau mengantarkan pergi ke pasar.
"Tumben nih rumah kita sepi begini, Lis?" Dito mengambil gelas lalu dengan peka Lisa mengambilkan air mineral untuk abangnya.
"Iya bang! Kak Arman lagi mengantar Ibu ke pasar,"
Rumah yang biasanya selalu rame dengan keributan yang ditimbulkan oleh ketiga anaknya. Kini menjadi sangat sepi, tak ada yang menimbulkan keributan. Terasa aneh kalau sepi begini.
"Ouh begitu." Dito mengangguk paham.
"Abang mau aku masakin apa? Kalau menunggu Ibu pasti lama." tawar Lisa yang melihat tadi di meja makan belum ada lauk untuk dimakan.
"Eum ... telor ceplok aja yang mudah, Lis. Abang, ini sudah keburu-buru kok," pinta Dito.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com