Nasib menjadi anak yang terakhir ya begini. Harus rela untuk dijadikan umpan. Aku melihat bang Dito dan kak Arman, sedang saling berpegangan tangan selayaknya orang yang mau menyebrang jalan, padahal mereka sedang ingin bertemu dengan Ayah seorang. Enggak setia kawan banget jadi saudara, mereka enggak beranjak satu inchi pun dari sana. Ya sudahlah kalau itu memang kemauan mereka. Aku akan menghadapi kemarahan Ayah hanya bersama dengan Ibu.
"Ke mana anak-anak yang lain, Bu?" tanya Ayah kembali serius.
"A—anu itu Yah, ada dibelakang sedang nyuci piringnya masing-masing." tangan Ibu menunjuk ke arah dapur dengan sangat gemetaran. Aku, jadi berpikir kalau Ibu pun mengalami ketakutan hal yang sangat serupa seperti aku.
Ayah mengangguk, "Bu, tolong panggilkan anak-anak ya," pintanya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com