Jodoh untuk kedua abangku. Aku jadi ingin tertawa kalau membahas soal jodoh untuk kedua abangku. Asil yang bagian ini aku paling ngakak sendiri. Pasalnya tadi, Abang, tahu kalau aku dan Ibu secara enggaka sengaja membahas jodoh dan didengarkan langsung oleh Abang, tanpa ada protes sedikit pun.
Aku jadi berpikiran, apa mungkin bang Dito enggak marah sama sekali saat aku dan Ibu membahas soal perjodohan ini. Kalau dipikir-pikir lagi sepertinya, Ibu, harus tahu tentang masalah sikap Abang yang barusan. Siapa tahu hal ini akan membuat Ibu, jadi serius mencarikan jodoh untuk kedua abangku, bukan yang baru saja di kenal.
"Bu, aku punya kabar baik soal pembicaraan kita yang tadi."
"H—hah, emang pembicaraan yang mana, Lis? Mohon dimaklumi karrena ibumu ini sering lupa saking asiknya pembicaraan yang telah kita bahas."
"Itu loh, Bu! Oal perjodohan untuk kedua abang. Masih ingat 'kan, Bu?"
"Ouh soal perjodohan itu. Iya, Ibu masih ingat kok, memangnya kenapa, Lis?" tanya ibu balik.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com