webnovel

Mencintai Tuan Muda Arogan

Setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing, tidak ada yang tau takdir akan membanya kemana. Resa Anindira Maheswari Gadis polos dengan kehidupan sederhana, setelah ayahnya meninggal karena penyakit jantung dia hanya tinggal bersama ibunya. ibunya berkerja sebagai pembantu dikeluarga Permana dan mengabdikan hidup pada keluarga itu untuk bertahan hidup. Devan Radya Permana Laki-laki arogan dengan sifat dingin dan kekanak-kanakan. Terlahir dari keluarga kaya raya membuatnya menilai remeh hidup seseorang. Apa jadinya jika mereka dipertemukan dalam sebuah ketidak sengajaan? Akankan dua anak manusia ini bersatu dengan sifat dan latar belakang yang berbeda??

ANISSA · Histoire
Pas assez d’évaluations
3 Chs

CHAPTER 3

Pagi ini seperti biasa, Resa sudah cantik menggunakan rok selutut dan kemeja putih. Rambutnya dibiarkan terurai begitu saja, dia memang tidak suka menguncir rambutnya saat bekerja, karena itu akan membuatnya pusing.

Resa berangkat kerja tanpa berpamitan kepada ibunya,karena dia tidak mau mengganggu ibunya yang pasti sudah repot di dapur. Dia juga tidak mau sering-sering ke rumah utama karna takut mengganggu penghuni di sana.

Semenjak ayahnya meninggal, mereka tinggal di rumah milik keluarga Permana. Bukan rumah, lebih tepatnya kamar dengan ukuran yang cukup besar di belakang rumah utama, yang bersampingan denga paviliun. Keluarga Permana berbaik hati memberikan mereka tempat tinggal mengingat bu Hana yang sudah bekerja dengan mereka cukup lama.

"Res, makanan di kedai baru itu benar-benar enak, sayang sekali kemarin kamu tidak bisa ikut" celoteh Mia sahabat Resa.

"Benarkah, nanti kalau ada waktu aku akan mencobanya" jawab Resa sambil tersenyum.

mereka sedang mencuci sayuran.

"Sepertinya kemarin Dion benar-benar kecewa karna ka..." ucapan Mia terhenti ketika mendengar kegaduhan dari luar.

Resa dan Mia saling tatap kemudian bergegas menuju sumber suara.

"Praaaaank"

Seseorang melempar gelas hingga pecah dan berserakan dilantai.

"Apa kau buta, hah" bentak seorang laki-laki pada salah satu karyawan sambil memegangi bajunya yang terkena tumpahan jus.

"Res bukankah itu Lusi, sepertinya dia baru saja melakukan kesalahan" ucap Mia setengah berbisik.

"Sepertinya begitu" jawab Resa tanpa megalihkan pandangannya ke arah Mia.

"Sepertinya pria tampan itu sangat marah, bagaimana ini" sambung Mia panik.

"Kita lihat saja apa yang akan dia lakukan" jawab Resa lagi.

"Bahkan gajimu setahun tidak akan cukup untuk mengganti baju ku ini" sambung laki-laki itu lagi,sorot matanya seperti akan membunuh Mia.

Lusi hanya mematung tidak berani bereaksi, semakin menundukkan kepalanya. Namun dia memberanikan diri mengangkat kepalanya.

"Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja" ucapan itu lolos dari bibir pucat Lusi yang menahat takut.

"Hahaha, apa kau fikir dengan maafmu itu bisa mengganti baju ku yang sudah kotor ini?

Menjijikkan" ucap Devan keras, dia benar-benar kesal. Di hari pertamanya berada di tanah air dia harus mengalami kejadian ini. Benar- benar sudah menghancurkan mood nya.

Manager yang baru datang panik setelah melihat siapa yang ada dihadapnnya.

"maaf tuan, ada yang bisa saya bantu" ucapnya setelah berada di depan Devan.

"Apa kau buta, kau tidak lihat apa yang sudah dilakukan karyawanmu ini" jawab Devan keras sambil tangannya menunjuk k arah Lusi.

Yang ditunjuk benar-benar sudah pucat pasi, seperti baru dihisap vampir tak ada darah yang tersisa diwajahnya.

"Maafkan saya Pak Manager, saya benar-benar tidak sengaja" lagi- lagi hanya itu yang keluar dari mulut Lusi.

"Kau dengarkan apa yang dikatakan karyawan bodohmu ini, benar-benar tidak bisa dipercaya" kata Devan sambil menyeringai sinis.

"Sekali lagi saya minta maaf tuan muda,saya pasti akan memecatnya" sambung manajer tersebut tak menghiraukan ucapan Lusi.

Lusi lemas seketetika, mendengar kata dipecat benar-benar membuatnya sedih, bayangan ayahnya yang sedang sakit terngiang-ngiang dikepalanya. Restauran ini adalah satu-satunya tempat Lusi mengantunggakan harapan, karna dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain ayahnya yang sudah sakit-sakitan.

Air matanya tumpah seketika, namun Lusi masih diam membisu.