Jam menunjukan pukul 04.00 ketika Edwin terbangun senyumnya mengembang saat melihat Bila yang masih tertidur dalam pelukannya.
Bukan membangunkan istrinya ia justru memeluknya lebih erat kemudian mencium pipi Bila lalu 1!1kembali memejamkan matanya.
Suara adzah Subuh berkumandang giliran Bila yang terbangun, untuk sejenak ia merasa bingung ketika ia sadar berada dalam pelukan seseorang.
Sesaat kemudian semua ingatan tentang indahnya kemarin kembali dalam otaknya, iapun tersenyum karena ini adalah awal dari harinya bersama Edwin.
Bila mencoba melepaskan pelukan Edwin tapi pelukan suaminya terlalu erat.
"Kak lepas...aku mau bangun" pinta Bila
"Udah....bangun nanti aja, aku masih mau memeluk kamu" Edwin enggan melepas pelukannya.
"Ih.....kakak udah bangun ya, lepasin dong aku mau mandi dulu".
"Ada syaratnya" pinta Edwin yang masih memejamkan mata sambil memanyunkan bibirnya.
"Ih genit" Bila segera mencium bibir Edwin.
Bukannya melepaskan Bila Edwin justru mendekap istrinya dan menyerangnya dengan ciuman yang penuh gairah, sehingga Bila merasa terjebak.
Bila melepaskan ciuman itu "Dasar jahil, lepasin nanti kesiangan malu".
"Ya....." jawab Edwin "asik ya punya istri pagi-pagi sudah sarapan kiss, dari istriku yang genit ini".
"Kakak....." wajah Bila tiba-tiba memerah karena perkataan Edwin, ia mencubit pinggang Edwin kemudian segera bergegas ke kamar mandi.
Pukul enam pagi Bila sudah terlihat sibuk di dapur, ia sedang memasak sarapan pagi untuk suami dan mertuanya.
Pak Baroto yang baru saja pulang dari olahraga pagi ketika mencium harum masakan segera menuju dapur.
"Wah.....anak papa sedang masak, sudah mateng belum nak, papa jadi lapar nih". sapa pak Baroto mengagetkan Bila.
"Sebentar lagi pa, ini tinggal goreng telur sama bikin sambel doang" jawab Bila ramah "papa mau Bila buatin minum?".
"Boleh...kalau pagi biasanya papa minum jahe anget buatan simbok, kamu bisa buat wedang jahe".
"Bisa kok, papa tunggu dulu" jawab Bila sambil menuangkan air putih hangat yang segera ia sodorkan pada pak Baroto "kalau papa haus minum air putih dulu"
"Ya...ya...ya, makasih ya nak, papa tunggu diteras kalau sudah matang".
"Siap pa, nanti Bila panggil".
Setelah pak Baroto pergi giliran Edwin yang datang untuk merecoki Bila, ia memeluk Bila dari belakang lalu mencium pipinya, Bila terkejut akan tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa, jadi ia membiarkan suaminya yang manja itu memeluknya.
"Sayang.....kamu masak apa?"
"Lihat aja sendiri tuh di meja samping" jawab Bila dengan cuek.
"Dosa lho sama suaminya jutek".
"Yang dosa tuh kakak, istri lagi nyiapin makanan buat mertua direcokin".
"Win.....ambilkan kaca mata papa Win!" suara pak Baroto meminta bantuan anaknya.
"Ya....pa" jawab Edwin yang kaget karena tiba-tiba papanya muncul didepan mereka.
Bila jadi salah tingkah karena kejadian tersebut, ia segera melepas tangan Edwin.
"Maaf ya....papa kira Nisa sendiri, papa mau ambil minum" pak Baroto juga ikut sungkan karena merasa mengganggu mereka.
"Payah papa mah, ga bisa lihat anaknya seneng dikit". Edwin menggerutu.
"Ga kok pa, ini wedang jahenya sudah matang, saya bawakan ke depan ya sebentar".
Dengan senyum pak Baroto mematuhi keinginan Bila, ia bergegas kembali ke teras rumahnya.
"Win jangan ganggu mantu papa, ambil kaca matanya" pak Baroto mengingatkan Edwin.
"Iya papa, sebentar"
Beberapa saat kemudian mereka telah berkumpul dimeja makan ketika simbok masuk.
ART keluarga pak Baroto biasanya datang jam tuju setelah suami dan cucunya berangkat bekerja.
Saat simbok masuh ia merasa heran melihat seorang wanita berkerudung sedang mengambilkan makanan untuk pak Baroto.
Simbok merasa tidak enak karena merasa datang terlambat, namun pak Baroto segera menenangkan wanita yang telah bekerja belasan tahun dirumahnya.
Pak Baroto juga memperkenalkan Bila sebagai istri Edwin, simbok terkejut mendengar pernyataan pak Baroto.
"Istrinya mas Edwin?" tanya simbok dengan raut wajah terkejut.
"Ya mbok, saya Bila istri kak Edwin" bila mendekati simbok kemudian mengulurkan tangannya.
"Iya bu saya pembantunya pak Baroto, kok semalem Darto ga cerita ya pak kalau mas Edwin menikah" simbok merasa kecewa karena Darto anaknya tidak bercedita soal kejadian sepenting ini.
"Ga papa kok mbok, sekarang mbok kan sudah tahu". Bila menjelaskan.
"Ya bu" jawab simbok.
"Mbok memang sy sudah setua itu, sampai dipanggil bu?" Bila bertanya dengan nada pelan "panggil Bila aja".
"Oh.....ya mbak Bila".
Siang hari yang cukup terik setelah selesai membersihkan rumah dan menyiapkan makan siang Bila bergegas ke kamar Edwin untuk membersihkan diri.
Sampai dikamarnya Bila segera membuka bajunya untuk menggantinya dengan handuk, ketika Edwin keluar dari kamar mandi ia begitu terpesona melihat tubuh sintal Bila yang hanya berbalutkan handuk.
Bila tak tahu jika Edwin ada dibelakangnya dan seketika Bila tersentak kaget ketika ia didekap dari belakang oleh seseorang, kemudian ketika orang itu mencium pipinya dengan membisikan kata sayang Bilapun menjadi tenang.
"Sayang....kalau melihat kamu seperti ini, aku tidak menjamin bisa bertahan" Bisik Edwin ditelinga istrinya.
"Ih...kakak" wajah Bila memerah ketika menjawab pertanyaan Edwin, sembari berusaha melepaskan pelukan Edwin.
"Nurut deh kamu, kalau brontak lagi aku ga janji lho" Edwin memperingatkan Bila.
"Tapi kak aku mau mandi kak".
"Aku mandiin yuk" Edwin menawarkan dengan semangat.
"Kakak....ga lucu lepasin sekarang?".
"Ga mau, udah kamu nurut aku pengen memeluk kamu, diem ya".
Untuk beberapa saat Edwin memeluk erat Bila sambil mencium mesra pipinya yang empuk, sampai tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Mas....Edwin ditunggu bapak dibawah mas". suara simbok terdengar.
"Ya mbok sebentar" jawab Edwin kesal "ga papa ga simbok ngrecokin mulu" gerutu Edwin.
"Udah cepat, kasihan papa".
"Ya sayang, kamu mandi yang wangi dandan yang cantik ya istriku" pinta Edwin sambil melepaskan pelukannya.
"Baik suamiku" jawab Bila manis.