webnovel

Hukuman dari Faiza

Faiza dengan sabar menanti kedatangan anak buahnya yang belum pulang dari lapangan.

Dia mencoba menelpon salah satu dari rekan kerja.

Tut..

Tut..

Namun tidak diangkat.

"kemana sih Iqbal. Aku telpon nggak diangkat."sungut Faiza.

Wajah cantiknya sangat kesal, dia tidak memperhatikan bahwa seseorang sedang memperhatikan dirinya.

"Cantik banget kamu kalau lagi marah Faiza, gemes Aku."gumam Rijal.

Kemudian dia meninggalkan Faiza sendirian di ruangannya. Rijal menuju ke ruangan Herman, dia ingin mengadakan rapat dengan seluruh staff di semua program.

"Herman kapan kita adakan rapat? Aku mau kenalan langsung dengan Faiza."ucap Rijal, tanpa basa basi.

"Faiza terus kamu pikirkan, dia itu tipe cewek setia nggak akan mudah berpaling kelain hati. Itu ada Si Yanti aja buat Kamu, kan dia juga cantik,"tawar Herman.

"Gimana sih Kamu ini, Aku Faiza tapi Kamu tawarkan yang lain. Teman nggak ada akhlak kamu, bantuin doong cari jalan agar dia putus dengan pacarnya, langsung Aku nikahin dia."ujar Rijal.

Herman hanya bisa tersenyum melihat temannya yang langsung jatuh cinta pada Faiza.

"Nanti Aku pikirkan caranya biar kamu dekat dengan Faiza dulu, setelah kalian akrab Kamu bisa cari jalan buat dia jatuh hati ke Kamu."kata Herman.

Mendengar perkataan Herman, Rijal langsung memeluk temannya itu.

"Terimakasih bro, Aku sayang sama Kamu."ucap Rijal terus memeluk Herman dengan erat.

"lepasin Aku, nanti ada yang liat bisa salah paham lagi."

Herman menolak tubuh Rijal, namun Rijal tidak mau melepaskannya karena bahagia sekali.

Sementara itu Yanti yang berada di depan ruangan Herman sangat terkejut dengan pemandangan dihadapannya. Dua lelaki tampan saling berpelukan erat dan kata sayang yang keluar dari mulut Rijal.

Yanti langsung pergi dari tempat itu dan menuju ke ruangan Faiza.

"Faiza. Rupanya Herman punya kelainnan, makanya dia nggak pernah suka dengan cewek yang ada dikantor, dia suka sama cowok. Aku liat dia peluk-peluk dengan seorang cowok ganteng di ruangannya ketika Aku mau menyerahkan surat tugas untuk relawan," Yanti pun bercerita apa yang dia lihat di ruangan Herman.

"Nggak mukin Yan, kamu salah liat kali. Masak cowok sekeren Herman sukanya sama cowok. Jeruk makan jeruk?mustahil, kerja sana jangan nyebar gossip tidak masuk akal."ucap Faiza.

Yanti sangat kesal karena Faiza tidak mempercayainya langsung pergi dari sana.

Dia menuju ke ruangan lain untuk bercerita tentang apa yang dia lihat tadi, gossip pun mulai menyebar tentang Herman dari ruang yang satu ke ruangan yang lain.

Sementara itu ponsel Faiza bordering, dia pun mengangkatnya.

"Assalamualaikum, apa kabar Kamu Bang?"

"Walaikumsalam, Baik Sayang. Kamu gimana kabarnya?"

"Baik juga, kapan pulangnya? Kalau lama-lama jangan salahkan Aku jika nanti Abang pulang Aku sudah nikah dengan orang Lain,"

Ternyata yang menelpon Faiza adalah Raju, kekasihnya yang berada di Malaysia.

Keduanya saling bertanya kabar, mereka terus bercerita dan saling melepas rindu.

"Sayang. Aku rindu banget sama Kamu, doain Aku ya? Insya Allah dalam waktu dekat Aku akan segera pulang ke kampung."ucap Raju di ujung telpon.

"Pasti Sayang, doaku selalu mengiringi langkah kamu."jawab Faiza.

Setelah berbicara selama satu jam lebih Raju pun mengakhiri pembicaraannya dengan Faiza.

Senyum bahagia terukir di wajah cantik Faiza setelah menerima Panggilan telpon dari Raju.

Yanti yang kebetulan lewat ruangan Faiza melihat sahabatnya sedang tersenyum sendiri.

"Hai. Ngapain Kamu senyum sendiri udah kayak orang kurang waras."kata Yanti.

"Iih Kamu ini, menganggu hayalan Aku aja, barusan Bang Raju telpon katanya mau pulang kampung."

Faiza pun bercerita tentang Raju pada sahabatnya itu.

"Faiza, Kamu apa yakin kalau Bang Raju itu setia dengan Kamu? Udah tiga tahun lho dia merantau. Jangan-jangan udah punya anak lagi,"ujar Yanti.

"Nggak mungkin Bang Raju hianatin cinta kami, sudah dari sekolah menengah kami pacaran Yan,"

Faiza menepis perkataan Yanti, walaupun dalam hatinya terbesit rasa curiga pada Raju, namun dia mengabaikannya.

Yanti meninggalkan Faiza sendirian di dalam ruangannya, dia berniat akan mencari tahu akan kehidupan kekasih sahabatnya di perantauan.

"Aku akan telpon Kak Mia, mukin dia kenal dengan Bang Raju. Aku nggak rela kalau Faiza terluka gara-gara dia. Faiza sangat setia, awas jika si Raju itu macam-macam."gumam Yanti.

Dia pun masuk ke dalam ruangannya dan mengambil ponselnya, lalu menelpon kakak iparnya di Malaysia.

Tut..

Tut..

"Assalamualaikum, Kak lagi dimana?"

"Walaikumsalam, ini lagi dirumah urus keponakan Kamu. Ada apa Yan? tumben terlpon Kakak?tanya Kak Mia di ujung telpon.

Yanti pun menceritakan masalah Faiza pada Kakak iparnya sedetail mukin.

"Kamu punya foto si Raju itu Nggak Yan? kirim kemari biar Kakak cari tau. Ada namanya Raju, tapi dia sudah punya anak. Apa Raju yang itu."kata Kak Mia.

"Nanti Aku akan pura-pura pinjam ponsel Faiza Kak, terus langsung Aku kirim fotonya pada Kakak ya?"

"Oke, Kakak urus anak-anak dulu ya? Salam buat Mak dan Ayah."

Setelah berbicara dengan Kakak iparnya Yanti merasa sangat lega hatinya.

"Apa Aku pura-pura rusak Ponsel aja? Biar Faiza meminjamkan ponselnya sebentar?"gumam Yanti.

Dia kembali berpikir alasan apa yang cocok untuk meminjam ponsel milik Faiza.

Yanti kembali bekerja dengan laptopnya, walaupun hatinya masih memikirkan masalah Faiza dan kekasihnya Raju.

Sementara itu Rijal sedang menyusun perencanaan kegiatan yang akan di lakukan oleh relawan desa, dia juga membuat ide cemerlang tentang keberlangsungan program Manggrove. Rijal mengisi daftar relawan desa yang akan membantu menanam pohon mangrove(pohon Bangka).

Semua dikantor itu sibuk dengan aktivitas masing-masing, Herman keluar dari ruangannya menuju kebagian administrasi. Dia meminta Yanti untuk membuat surat tugas seluruh relawan yang akan turun ke desa untuk dia tanda tangani.

Nampak olehnya Yanti sibuk dengan laptopnya, Herman memperhatikan dengan seksama wajah ayu milik Yanti.

"Ternyata Yanti cantic juga kalau di perhatikan dengan baik-baik, cuman mulutnya aja yang usil terus ke Aku,"gumam Herman.

Tanpa Herman sadari Yanti sudah melihat ke arahnya.

"Ngapain Kamu bengong liatin Aku seperti itu? Aku cantikkan? Sayang kamu nggak normal liat Aku."ucap Yanti seraya memainkan mata genitnya.

Herman dibuat salah tingkah dengan prilaku kecentilan Yanti.

"Kalau seperti Kamu cantic, cicak di dinding semua ikut cantic Yan. sini surat tugas biar Aku tanda tangan dan Aku stempel."jawab Herman yang membuat Yanti sangat kesal.

Dia menyerahkan beberapa lembar kertas pada Herman.

"Nih, pigi sana. Enak aja Aku ini Kamu samain dengan cicak. Dasar lelaki nggak normal,"sungut Yanti kesal.

Herman mengambil berkas yang diberikan Yanti padanya, namun dia masih heran dengan kata-kata Yanti yang mengatakannya lelaki tidak normal.

"Apa maksudnya Yanti, jika Aku tidak normal ya?"batin Herman. Dia berlalu dari hadapan Yanti, sebelum kena marah lagi.

Sementara itu di ruangan Faiza nampak anak buahnya sudah sampai di ruangan dan langsung diintrogasi oleh Faiza.

"Apa maksud kalian memanipulasi uang masyarakat?"tanya Faiza.

Dia menyerahkan bukti absen bulan yang lalu dan bulan ini.

Anak buahnya sangat kaget melihat kemarahan di wajah Faiza, mereka tidak menyangka jika Faiza sangat teliti memeriksa tanda tangan masyarakat.

"Uang gaji kalian Aku potong lima puluh persen selama tiga bulan untuk menganti uang yang telah kalian ambil,"kata Faiza.

"Apa? Tidak Kami tidak setuju."