Di Universitas Palsa, di kota Palsa, negara Zareath
Seorang gadis manis yang memakai kaca mata tebal, baju lengan panjang, tepatnya itu adalah sweater tebal, rambut yang diikat kuncir kuda, dan mengenakan celana panjang jeans berwarna hitam, tampak berjalan kaki dari sisi jalan sebelah kiri. Tak lama kemudian, ia pun melangkahkan kaki untuk masuk dari gerbang, menuju ke dalam kampus.
Kuatkan hatimu, Irina. Mereka pasti akan mencari cara, untuk bergosip tentang selera fashion yang dianggap aneh. Kuatkan hati, tebalkan telinga, dan berpura-pura tak mengetahui sama sekali adalah jalan terbaik, karena percuma saja melawan mereka, pikir si gadis pasrah.
Tak jauh dari sana, tepatnya di depan taman kampus yang letaknya tak jauh dari gerbang, menatap ke arah perempuan yang sebenarnya cantik, namun tertutup dengan mode yang out to date.
"Lihat itu Irina, gayanya selalu sama dan tak pernah berubah. Bagaimana bisa dia betah dengan mode yang kuno seperti itu?" bisik seorang gadis, kepada temannya.
"Iya, lihat penampilannya: kaca mata tebal, baju kebesaran, padahal bukan musim dingin. Apakah dia gila, tidak berdandan sesuai trend? Aneh sekali, pantas saja tak pernah punya pacar sama sekali!" timpal temannya, dengan nada heran bercampur sinis.
Gadis yang dibicarakan tak lama datang mendekat. Semua mata yang ada di sana, tak terkecuali kedua gadis cantik yang sedari tadi membicarakannya. Karena merasa tak enak hati, dengan pandangan semua orang, kedua kaki kurus nan jenjang itu berjalan dengan cepat, agar bisa menghindar dari mereka semua.
'Duh, kenapa harus kuliah pagi, sih? Aku benar-benar lupa, seharusnya semester kedua ini mengambil kuliah sore saja, agar bisa terbebas dari gunjingan mereka. Seharusnya sudah terbiasa, tapi tetap saja, omongan orang sangat menyakitkan, pikir Irina sedih.
Gadis berambut pirang kecoklatan, dengan sepasang mata emerald itu berjalan cepat, sehingga tanpa sadar masuk ke lorong kampus. Ia kini berhenti tepat di depan loker yang bertuliskan namanya. Area tersebut memang cukup ramai, sehingga tak ada yang memerhatikan keberadaan Irina.
Syukurlah aku selamat. Sungguh menjengkelkan, kenapa bisa terjebak di kampus ini? Oh, well, sebaiknya kurangi mengeluh, karena memang tak akan mengubah keadaan, pikirnya sedih.
Terlihat seorang perempuan berambut merah, dengan warna mata hazel, datang mendekat, lalu dengan sengaja menyenggol punggung sebelah kanan. Irina pun spontan menoleh, karena gerakan yang dilakukan oleh orang yang berada di belakangnya itu.
"Gosh, Theresia! Kau mengagetkan saja!" sergah Irina kesal.
Theresia mengeluarkan smirk khas andalan dan tak nampak khawatir sama sekali dengan gerutuan gadis yang tadi telah ditabrak, bahkan terlihat menikmati apa yang telah dikerjakan. Sepasang mata berwarna abu-abu menatap ke arah outfit yang dikenakan oleh Irina, sehingga menimbulkan kekesalan di dalam hati.
"Irina, cobalah berubah. Lihatlah apa yang kau pakai. Kau pikir sekarang musim dingin? Modis sedikit saja tak rugi, bahkan kaca matamu itu sungguh jelek! Tak terlihat kecantikanmu sama sekali. Pantas saja tak pernah punya pacar, kalau begini caranya!" sindir Theresia, seraya menarik sweater tebal yang posisinya ada di lengan sebelah kanan.
Heran, bagaimana bisa sahabat sejak kecil ini tak berubah sama sekali? Selera yang terlalu kuno, dandanan yang kacau, sangat bertolak belakang dengan parasnya yang cantik. Tapi, secantik apa pun seorang perempuan, jika tak diimbangi dengan penampilan modis, sama saja bunuh diri! Berapa kali para pria incarannya lepas, hanya karena Irina selalu salah dalam berpakaian! Benar-benar ingin dilempar ke kolam piranha rasanya! Gerutu Theresia di dalam hati.
"Hei, nanti sweaterku rusak! Jangan begitu, aku sudah nyaman dengan pakaian seperti ini, jadi tak mau mengganti. Lepas, nanti baju kesayangan ini jadi rusak, kalau kau terus menarik seperti ini!" tolak Irina jengkel.
Heran, kenapa sih There selalu ikut campur? Memang kami sudah kenal sejak kecil, tapi tetap saja tak sopan, jika urusan fashion saja diurus olehnya. Menyebalkan sekali, mentang-mentang cantik dan modis, jadi seenaknya saja mengatur caraku berpakaian! Batin Irina sebal.
"Kau ini, kenapa tak mau mendengarkan nasihat teman terbaik di seluruh dunia, yaitu aku? Aku yakin, jika tetap seperti ini outfitmu, niscaya, kau akan menjadi perawan tua, karena tak ada satupun lelaki yang ingin menjadikanmu istri! Jangankan istri, jadi pacar saja tak mau!" Theresia kembali berkata dengan nada kesal.
Irina mendelik, karena tak suka dengan apa yang dikatakan, sehingga dengan sekali sentakan keras, akhirnya tarikan temannya terlepas dari sweater yang dikenakan. Gadis berambut coklat itu heran, karena selalu saja dikritik mengenai gaya berpakaian, yang menurutnya tak penting untuk dibahas.
"Irina, apa yang kukatakan memang benar adanya. Meskipun kau tak menyukai, tapi ini demi kebaikanmu juga. Perempuan dan laki-laki wajib menjaga diri, dalam hal ini memperhatikan penampilan. Sad but true, first impression is really important. Aku ingat, dulu kau saja suka dengan Niklas, karena dia adalah pria paling keren di sekolah kita dulu di SHS. Kita sebagai perempuan saja senang dengan lelaki tampan dan keren, apalagi mereka? Sudah pasti sama," timpal Theresia.
Irina terdiam, kala mendengar perkataan sahabatnya yang terkenal dengan ucapan jujur nan pedas. Gadis yang termasuk cantik, akan tetapi memilih gaya yang memang tak pas dikenakan di cuaca yang sedang musim panas.
Tak ada satupun mahasiswa atau mahasiswi yang memerhatikan kedua gadis itu, karena masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing. Irina merasa ucapan Theresia begitu menampar batin, karena memang sebagai perempuan normal, sudah pasti menyukai pria yang menarik secara fisik, apalagi ditunjang dengan gaya berpakaian yang menunjang, dan karakter yang baik.
Kalau boleh jujur, memang benar apa yang dikatakan oleh Theresia. Aku saja suka dengan pria tampan nan modis, apalagi mereka, sudah pasti akan lebih menyukai, karena terlihat merawat diri. Tapi, bukan berarti tak bisa tampil menarik, hanya saja lebih senang dengan tampilan seperti sekarang, selain lebih nyaman, juga tak terlalu fokus dengan dandanan yang berlebihan.
"Ayo, kita masuk kelas. Jangan bengong di sini." Suara Theresia terdengar, untuk mengingatkan sahabatnya yang tampak termenung.
Theresia memerhatikan Irina, yang tak jadi membuka loker, malahan tampak terlihat memikirkan sesuatu, seolah ada hal yang mengganggu di benak, akan tetapi tak bisa diutarakan dengan kata-kata. Suara teman karib, sukses membuat gadis yang dijuluki nerd itu
"Ah, sebentar. Aku mau menaruh buku-buku dulu," jawab Irina pelan.
Tangan kanan si gadis langsung menekan password untuk membuka loker, kemudian setelah selesai, pintu loker tersebut pun terbuka lebar. Irina membuka tas, lalu mengeluarkan beberapa buku dari sana, kemudian memasukkan buku-buku tersebut, lalu menukar dengan yang sudah disimpan di sana, dan menutup pintu yang terbuka.
Tepat semua telah rampung, bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Kedua gadis muda itu pun segera bergegas untuk masuk ke kelas yang sudah direncanakan di semester sebelumnya.
***
Halo, halooo
Nama saya Priskila Wi. Saya author He Is My Man. Untuk beberapa saat, karya saya "He Is My Man" rehat sejenak, namun jangan khawatir, bulan depan akan mulai lagi, kok.
Ini karya saya terbaru, semoga pembaca suka dan mohon dukungannya, ya.
Cheers
Priskila Wi
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.