webnovel

Ch. 10 "Day 2"

"Sial sekali diriku ini, apa semua itu karena aku seorang iblis?"

Leviathan meratapi nasibnya yang tiba-tiba saja dirinya harus terhisap oleh lumpur yang memang terkenal dengan lumpur penghisap tersebut. Untung saja, Artemis mengerti cara keluar dari lumpur tersebut sehingga masa depannya di dunia manusia masih ada.

"Apa kalian benar-benar iblis? Masa keluar dari lumpur hisap saja tidak bisa?" tanya Artemis terheran-heran.

Leviathan memalingkan wajahnya karena malu. "La-Lagi pula lumpur itu tidak ada di neraka sana, jadi ini baru pertama kalinya aku ketemu sama lumpur seperti ini. Aku jadi iri sama bumi ini karena punya lumpur seperti itu," ucap Leviathan yang lagi-lagi berujung dengan kata-kata 'iri'.

Artemis menghela nafas berat. "Heum, baiklah. Ayo kita lanjutkan perjalanannya, dan apa celanamu baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap celana jeans Leviathan yang tampak begitu kotor.

Leviathan mengacungkan jempolnya. "Tak apa, lagi pula biar ku ramal sebentar lagi kita bakal berhenti di suatu tempat Indah, terus ngendiriin tenda di sana."

"Yah, bagus sekali ramalanmu. Semoga nyata karena aku sudah lelah," ucap Belphegor yang kemudian melanjutkan perjalanannya.

Pembicaraan pun ditutup, mereka kembali melanjutkan aktivitas siang hari dengan menjelajahi hutan tersebut dan mendaki gunung. Terkadang beberapa saat mereka akan berhenti untuk sekedar mengistirahatkan tubuh masing-masing, dan tak lama kemudian mereka akan kembali melanjutkan kegiatan mereka.

"Mendaki gunung, lewati lembah!" Artemis sontak menoleh kearah sumber suara yang menyanyikan lagi tersebut. Kedua matan gadis tersebut tampak sedikit...

Berbinar-binar?

"Siapa yang menyanyikan lagu itu?" ucap Artemis dengan nada yang bersemangat.

Lucifer mengangkat tangannya. "Aku."

Artemis dengan mata berbinar-binarnya segera mendekati Lucifer dan memegang kedua tangan iblis tersebut dengan raut wajah yang cukup sulit diartikan bagi Lucifer. "Memangnya kenapa?" tanya Lucifer.

"Kau masih bertanya?" ucap Artemis, "tentu saja karena lagu itu sangat legendaris di masa kecilku, hohoho. Lagi pula, bagaimana kau bisa mengetahui soal lagu itu? Apa jangan-jangan kalian-!" Artemis menutup mulutnya tak percaya.

"Kami apa?" tanya kedelapan iblis tersebut sontak saat melihat raut wajah aneh dari Artemis yang tampaknya sedang memikirkan sesuatu yang aneh dan tak masuk akal.

Artemis menunjuk kedelapan iblis tersebut dengan jari telunjuknya. "Jangan-jangan kalian seorang wibu?" Kedelapan iblis tersebut menatap tak percaya gadis didepannya. "Atau kalian otaku?" lanjutnya.

"Sudah, cukup, hentikan!" ucap Asmodeus, "Boku no Pi*o adalah anime terbaik yang pernah ku tonton di neraka!"

Artemis terkejut bukan main, ia membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan isi perutnya saat ini. "Memang seorang iblis hawa nafsu seleranya yang seperti itu ya," ucap Artemis sementara Asmodeus merasa tersinggung dengan perkataan gadis tersebut.

"Lalu Artemis." Artemis menoleh kearah Mammon. "Apa kau tidak penasaran dengan pekerjaan kami di neraka?"

Artemis tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya dia menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau dirinya memang penasaran dengan apa yang sebenarnya menjadi tugas mereka di neraka.

Belpehgor yang terlihat malas rupanya tetap tertarik dengan topik yang mereka bahas, karena hal tersebut menyangkut pekerjaannya. "Kami membaca, mendengarkan catatan dosa orang-orang kemudian memutuskan hukuman untuk para orang-orang pendosa di sana," sahut Belphegor. "Tapi tetap aku hanya memilih untuk tidur dan meminta asistenku untuk mendengarkan curhatan mereka orang berdosa yang semasa di bumi dengan sesuka hati berbuat dosa kemudian di neraka merengek pada kami minta di ampuni, aku tidak suka perilaku mereka yang seperti itu, menjengkelkan." Ketujuh penguasa tersebut mengangguk-anggukkan kepala mereka saat mendengar ucapan dari Belphegor.

Entah mengapa walaupun Artemis masuk di golongan manusia saat ini tidak merasa marah dengan ucapan blak-blakkan yang diutarakan oleh Belphegor, justru gadis tersebut tampak setuju dengan ucapan penguasa neraka tersebut.

Artemis mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ohh, rupanya pekerjaan kalian di neraka seperti itu toh. Jadi mirip sama konselor ya kalian, aku kira kalian di neraka cuma bisa merintah dan menghukum orang sesuka hati doang," ucap Artemis.

"Kalau merintah itu mah pekerjaan Belphegor gara-gara sangking malasnya dia." tuduh Satan sambil menunjuk kearah Belphegor yang tengah terduduk di atas sebuah batu.

"Itulah pekerjaanku, kau tahu, paksaan pekerjaan."

Setelah selesai berbincang-bincang untuk menghilangkan kelelahan. Mereka bersembilan kembali melakukan perjalanan mereka untuk mencari tempat sempurna yang dapat dijadikan spot tenda mereka.

Cahaya oranye Mentari bagaikan sebuah lambaian sampai jumpa yang diberikan dari sang Mentari kepada mereka bersembilan, dan pada saat yang sama juga mereka berhenti di sebuah tebing.

Sembilan pasang mata tampak berbinar ketika memperhatikan betapa indahnya lambaian oranye sang mentari jika dilihat dari tempat mereka saat ini. Benar-benar tampak memukau ketika melihat mentari yang perlahan bersembunyi di balik gunung dengan lambaian yang bahkan membuat bunga-bunga di padang rumput ikut melambai kepadanya.

"Mari bangun tenda di sini, besok pagi kita sapa sang mentari, mumpung tebing ini memberi akses bagi kita untuk melihat ke timur dan barat," ucap Baal yang diberikan persetujuan oleh mereka semua.

Dua buah tenda telah kembali di bangun, makanan di malam hari pun telah usai. Mandi? Tentu saja, untungnya di dekat mereka ada sebuah danau kecil dengan air jernih. Namun, ada sebuah perdebatan yang sama seperti malam sebelumnya kembali terjadi, dan Artemis tampaknya tidak mengetahui hal tersebut karena saat ini adalah gilirannya untuk mandi.

"Pokonya harus sama seperti yang kemarin!" tegas Lucifer tidak terima akan keinginan Asmodeus untuk merubah tatanan tenda. "Kalaupun diubah, kami bertiga akan bertukar dengan Satan, Apolion dan Mammon."

"Bagaimana den-"

"Tidak akan pernah sekalipun aku akan membiarkan dirimu tidur satu tenda dengan Artemis," kecam Lucifer dengan raut wajah luar biasa menyeramkan. Makhluk macam apa yang tidak akan menciut nyalinya setelah melihat raut wajah semenyeramkan itu dengan aura membunuh yang sangat kental. Mungkin kalau orang biasa yang dikecam seperti itu, orang tersebut akan langsung lari terbirit-birit sambil menangis.

"Halo semua! Ada apa?" sapa Artemis sambil menyeka rambut basahnya dengan handuk. Entah kerasukan setan alim darimana sikap Lucifer berubah menjadi jinak seperti anjing yang baru saja menemukan tuannya. Asmodeus speechless ketika melihat sosok Lucifer sang Puncak dari ketujuh dosa besar yang langsung jinak saat melihat seorang gadis yang rela memberikan fasilitas hidup mereka bertujuh selama ini.

"Tidak apa-apa, hanya membersihkan sebuah kotoran yang menganggu saja," sahut Lucifer yang spontan diberikan tatapan membunuh dari Asmodeus.

"Baiklah, semua masuk ke tenda! Apolion, Mammon dan Satan yang akan menjaga Artemis dari Asmodeus malam ini, sampai jumpa!"