"Hey Aruta, ayo kita pulang saja. Kita sudah menemukan petunjuk itu. Akan berbahaya jika kita terus berada disini," minta Juriko kepada Aruta.
"Sepertinya ada benarnya juga. Ayo kita pulang," ucap Aruta.
Mereka berdua berjalan pulang dari ladang itu. Mereka melewati ladang padi untuk keluar dari ladang. Ketika mereka sampai di ladang padi, mereka melihat beberapa padi yang tumbuh lebih besar dari padi yang lain. Ketika mereka sedang melewati jalan di ladang padi itu, mereka mendengar suara.
"Hmm? suara apa itu?" tanya Juriko.
"Heh mungkin gagak lagi," jawab Aruta.
Ketika mereka menoleh, mereka melihat sebuah tikus tanah yang tak biasa. Tikus itu berukuran sebesar orang dewasa, cakarnya panjang, dan di tangannya muncul beberapa tangan yang lebih kecil. Muncul juga aura hitam di tikus itu.
"Ka~ka-kalian melihatku?" suara makhluk itu. Makhluk itu tiba tiba menutupi mukanya dengan tangannya.
"Ti-tidak bisa! Ka~li~an MELIHATKU!!"
Makhluk itu berteriak lalu mengejar Aruta dan Juriko. Aruta dan Juriko berusaha berlari dari makhluk itu. Mereka berusaha berlari namun makhluk itu dapat menggali lubang dari tanah dan muncul di hadapan mereka. Mereka pun berputar balik dan tak bisa keluar dari ladang itu.
Aruta dan Juriko berlari dan sampai di sebuah lumbung padi. Mereka terpojok di lumbung itu dan makhluk itu sudah menutupi satu satunya jalan keluar disana. Juriko hanya bisa terduduk lemas di tanah. Aruta berfikir jika mereka berdua hanya pasrah, maka mereka berdua akan mati. Aruta pun berniat untuk melawan makhluk itu.
"Hey Juriko, kaburlah. Aku yang akan menghadang makhluk itu. Jika kita berdua hanya pasrah disini, kita berdua dapat dipastikan mati disini," ujar Aruta.
"Huh? Bagaimana denganmu?"
"Tenang saja. Aku berjanji untuk pulang dan menemuimu." Makhluk itu terlihat semakin mendekat. Aruta juga berjalan mendekat ke makhluk itu.
"Hey kau, aku tidak takut kepadamu. Hadapi aku!"
Aruta pun bertarung dengan makhluk itu sementara Juriko masih berusaha mengendap endap pergi. Makhluk itu menebaskan cakarannya dan Aruta berhasil menghindarinya.
"Untung kakek Hans mengajarkan teknik bela diri," ujar Aruta dalam hati. Makhluk itu berusaha menerjang dan menebaskan cakarannya kepada Aruta. Aruta berhasil menghindari semua serangan monster itu dan melihat celah. Aruta pun maju dan menendang wajah makhluk itu. Aruta meneruskan serangannya dengan melompat dan memukul bagian atas kepala makhluk itu hingga membuat makhluk itu terjatuh di tanah.
Juriko terkejut dengan kemampuan bertarung dari Aruta. Juriko menjadi percaya dengan perkataan Aruta dan mulai berlari menjauh.
Tiba tiba makhluk itu bangun dan menggali tanah di bawahnya. Lubang di tanah itu seketika tertutup setelah makhluk itu memasukinya.
"Apa?! dia memasuki tanah cepat sekali. Bekas lubangnya juga ditutup kembali olehnya. Dia menutupnya rapi sekali," gumam Aruta.
"Dimana dia? apa dia kabur?"
Tiba tiba sebuah lubang muncul di bawah Aruta. Aruta kehilangan keseimbangan. Tiba tiba muncul lubang lainnya dan makhluk itu keluar dari lubang itu. Makhluk itu langsung menerjang dan menangkap Aruta. Cengkraman makhluk itu sangat kuat hingga Aruta tak bisa lepas.
Juriko yang melihat itu langsung berhenti dari larinya. Juriko melihat Aruta yang berada di genggaman makhluk itu.
"A-Aruta?" Pikiran Juriko sedang berada di ambang kebingungan sekarang. Makhluk itu mulai membuka mulutnya dan siap memakan Aruta. Juriko langsung berlari menghampiri Aruta dan makhluk itu. Aruta sudah berada di depan mulut makhluk itu persis dan tinggal sedikit lagi sebelum dia dimakan.
"BERHENTI!!" teriak Juriko. Tiba tiba di mata kanan Juriko muncul jam bewarna biru. Jam itu berputar dan ketika jam itu selesai berputar, tiba tiba makhluk itu kembali ke posisi saat dia akan menerjang Aruta. Makhluk itu kebingungan dengan apa yang terjadi. Aruta juga kebingungan dengan apa yang terjadi.
"Huh? apa yang terjadi? pengulangan waktu?" gumam Aruta.
Juriko berlari dan langsung menendang makhluk itu. Makhluk itu terpental kearah Aruta. Aruta juga ikut membantu dengan ikut menendang kembali makhluk itu. Kali ini muncul aura merah di kaki kanan Aruta dan rasanya, tendangan Aruta kali ini jauh lebih menyakitkan. Makhluk itu terpental kembali kearah Juriko karena tendangan Aruta.
"Benar, aku ingin menjadi kuat. Aku ingin menjadi orang yang kuat. Aku ingin menjadi kuat agar dapat melindungi orang orang yang kusayangi. Aku tidak bisa terus menjadi penakut seperti ini. Aku... harus menjadi kuat!" gumam Juriko.
Juriko pun siap mendaratkan pukulan terhadap makhluk itu. Tangan kanan Juriko dipenuhi dengan aura biru yang menyala nyala. Juriko pun memukul tepat di perut makhluk itu dengan tangan kanannya dan memunculkan ledakan bewarna merah. Perut makhluk itu pun berlubang dan makhluk itu mati tergeletak di tanah. Makhluk itu mulai menghilang menjadi aura hitam.
"Aruta..."
"Hmm?"
"Maaf aku terus menjadi penakut selama ini. Aku... akan menjadi lebih kuat agar aku bisa balik melindungimu," ujar Juriko dengan sedikit meneteskan air mata.
"Hehe, terima kasih ya." Aruta pun memeluk Juriko dengan tersenyum.
"Ayo pulang," ajak Aruta. Aruta pun menggandeng Juriko pulang.
Di sisi lain, terdapat dua orang yang melihati mereka. Salah satunya adalah orang yang menggunakan perban di tangannya dan adalah orang yang menyelamatkan Aruta, Juriko, dan Luna kemarin. Salah satu orang lainnya membawa sebuah pedang katana.
"Untung mereka selamat. Mereka kuat juga ya," ucap orang yang tangannya diperban.
"Mangkanya jangan kebanyakan belok beli makanan." ujar orang yang membawa katana.
"Tapi mereka orang yang kuat. Mereka berhasil mengendalikan energi 'LYNK' mereka. Padahal mereka masih 8 tahun loh. Sepertinya aku kemarin menyelamatkan harta karun," ujar orang yang menggunakan perban.
"Ya. Mereka juga mampu mengalahkan 'junoi' dengan usia semuda itu," ujar orang yang membawa katana.
"Sepertinya kita bisa mengajak mereka menjadi penyihir juntoshi."