Aruta dan Juriko menghampiri anak anak nakal itu.
"Huh? Oh kalian lagi," ujar Jacky
"Aku belum serius saat itu. Ayo kita kembali bertarung namun dengan taruhan."
"Jika kalian menang melawan kami, kami tidak akan mengganggu kalian lagi. Namun jika kami yang menang, kalian harus mau menjadi pembantu kami."
Aruta dan Juriko tampak tak ketakutan sama sekali setelah diancam oleh Jacky.
"Baik, kami terima, Ayo maju," ujar Juriko.
"Haha, ayo serang! Buat mereka babak belur. Kalau bisa bunuh saja mereka!" ujar Jacky.
Para anak anak nakal bawahan Jacky langsung menyerbu Aruta dan Juriko. Jacky melihat bahwa Aruta dan Juriko adalah anak yang cukup kalem. Walau dia dihajar tadi pagi, dia merasa Aruta dan Juriko tidak mungkin dapat menang jika lawan mereka sebanyak ini. Namun tidak di sangka sangka, Aruta dan Juriko membuat seluruh bawahan Jacky terkapar. Jacky tak menyangka dengan apa yang dia lihat di depannya. Melihat teman-temannya terkapar, Jacky tiba-tiba seperti melihat sesuatu yang familiar baginya. Sepertinya, dia mengenal suasana ini.
***
Di rumah, Jacky selalu belajar bela diri dengan ayahnya. Ayah Jacky berkata bahwa mereka harus menjadi orang yang kuat. Mereka adalah keluarga yang biasa biasa saja, namun ayah Jacky membekali Jacky dengan ilmu bela diri. Jacky selalu babak belur setelah berlatih dengan ayahnya.
"Lemah. Kau akan menjadi seorang budak jika kau terus begini," ujar ayah Jacky kepadanya. Ibu dari Jacky sempat berkata bahwa tidak baik menghajar anak kecil. Namun ayah Jacky malah menampar istrinya.
"Ayah, aku pulang. Aku berhasil menjadi juara 2 kejuaraan karate ayah!" ujar Jacky dengan penuh semangat.
"Hanya juara 2? Ini masih kejuaraan kota dan kau sudah puas? Kau itu masih sangat lemah," ujar ayah Jacky.
"Ayah, jangan seperti itu. Juara 2 itu sudah hebat. Anak kita pantas mendapat pujian," ujar ibu Jacky. Dan seperti biasa, ayah dan ibu Jacky kembali bertengkar. Jacky yang awalnya ingin membuat kedua orang tuanya bahagia hanya bisa melihat kedua orang tuanya bertengkar.
Suatu hari Jacky yang sedang tidur dibangunkan oleh ibunya. Ibunya menyuruh Jacky bersiap siap. Ibu Jacky pun menggenggam tangan Jacky keluar dari rumah.
"Ibu, kita mau kemana?" Tanya Jacky.
"Kita akan memulai hidup baru yang bahagia."
***
Kembali ke masa sekarang, Jacky ingat dengan perkataan ayahnya bahwa dia adalah anak yang lemah.
"Tidak, aku adalah anak yang kuat. Aku pasti akan mengalahkanmu!!"
"Aku tidak butuh gadis lemah ini," ujar Jacky sambil menendang Luna.
Juriko merasakan sesuatu yang aneh. Saat dia melihat ke belakang, dia melihat Aruta yang tampak sangat marah. Aruta mengepalkan tangannya dengan sangat kuat hingga urat-urat tangannya terlihat. Aruta perlahan lahan berjalan ke depan.
"Aruta?"
"Tenang, aku masih bisa mengendalikan diriku," ujar Aruta.
"Ayo maju!" ujar Jacky. Jacky pun berlari dan mendaratkan pukulan kepada Aruta. Namun Aruta berhasil menghindar dengan cepat.
"Cepatnya, aku belum pernah melawan orang secepat ini," gumam Jacky sambil berusaha menyerang Aruta.
"Oi, kau sudah melukai banyak murid di sekolah ini. Kau harus tahu rasa sakit dari mereka yang kau hajar." Aruta pun memukul tepat di wajah Jacky. Jacky langsung terkapar tak berdaya. Dan setelah kejadian itu, Jacky membubarkan geng anak nakalnya.
"Oi Aruta. Aura apa tadi di tanganmu tadi," tanya Juriko mendatangi Aruta.
"Jadi kau melihatnya juga."
"Aruta, Juriko terima kasih telah membantuku lagi," ujar Luna.
"Luna, apa kau melihat sesuatu yang aneh di tanganku tadi?" tanya Aruta.
"Hmm... tidak sama sekali," jawab Luna. "Lupakan saja. Ayo pulang."
Aruta, Juriko, dan Luna pulang bersama. Saat mereka akan pulang, Luna melihat Aruta dan Juriko yang terdiam melihat ke arah sekolah tanpa bergeming sedikitpun.
"Aruta? Juriko?" saut Luna.
"Ah oh tidak ada apa-apa, ayo kita pulang," ujar Aruta meredakan suasana
Mereka bertiga pun pulang bersama-sama. Di tengah perjalanan Aruta berbicara kepada Juriko,"Juriko, apa kau melihat seseorang di Sekolah tadi?"
"Orang?" tanya Juriko.
"Ya, apa kau melihatnya juga?" jawab Aruta.
"Ya, aku melihatnya. Bukankah sudah tidak ada anak di sekolah saat kita berantem ama Jacky?" ujar Juriko.
"Ya. Siapa dia?" ujar Aruta bertanya tanya.
"Aruta Juriko," Luna menyaut. "Kotak pensilku tertinggal di kelas. Apa kalian bisa mengantarku sebentar?"