Hari ini adalah Sabtu malam, setelah pulang sekolah tadi, Daniel langsung pergi untuk nongkrong bersama teman temannya. Tidak terlalu rutin, hanya malam Minggu saat ini kebetulan telah direncanakan untuk berkumpul.
"Kemana lu Niel?" Tanya Ajay melihat Daniel akan membawa pergi motornya.
"Ngehajar si Bram sama anggotanya" Jawab Daniel santai
Bram adalah salah satu Kaka kelas yang sempat menghajar Daniel disekolah tadi.
"Gue ikut" Obrol Rangga.
"Lu, semuanya, boleh ikut campur kalo gue sendirian udah ga sanggup" Jawab Daniel terlihat lebih serius dari biasanya.
Semua teman temannya diam, tidak menjawab dan tidak mau membuat Daniel marah saat itu juga.
"Gakan pernah ikut campur kalo kaya gitu" Gumam Ajay pelan berbicara sendiri
Daniel pun pergi dari tongkrongan, perlahan punggungnya tak lagi terlihat dari tongkrongan karna semakin jauh ia pergi.
"BRAK!" Suara benda jatuh dengan kencang
"Woy!" Teriak seseorang dari perkumpulan anak motor yang melihat temannya tengah di hajar Daniel.
Daniel tidak banyak bicara, ia langsung menghajar semua yang ada di tempat itu, yang termasuk bagian dari anak motor dari Kaka kelasnya tadi. Bram dan Riyan benar benar Daniel hajar sampai babak belur, Riyan merupakan mantan Rezka yang sempat Daniel hajar saat pulang sekolah. Mereka semua tidak menyangka samasekali bahwa Daniel adalah orang yang sempat ditakuti banyak anak motor sebelumnya, mereka mengenali Daniel sebagai sosok yang banyak ditakuti sebab saat itu ia menggunakan masker yang biasa dipakainya dulu sebagai identitas panglima perang yang ganas dari kalangan geng morot di Kotanya, sebelum Daniel memutuskan untuk tidak lagi ada dijalan masalalu hidupnya.
"Sekali lagi lu berani gangguin gue disekolah, mampus lu semua" Ancam Daniel sembari pergi meninggalkan tempat itu.
"Jangan kira gue takut singa ompong" Teriak Riyan begitu kesal dengan keadaan yang tidak mungkin lagi untuk kembali melawan.
Daniel hanya menoleh, ia membalasnya dengan senyuman yang meremehkan.
Daniel memang tidak banyak tingkah disekolah, tapi untuk beberapa orang yang sudah tahu ia, mereka tidak akan samasekali berani mengganggu atau mengusiknya. Dulu ia sempat menjadi tangan kanan dari ketua geng motor terkenal di Bandung, namun ia memilih untuk berhenti dari masa lalunya dan memilih untuk memiliki mimpi yang lebih jelas.
"Udah?" Tanya Rangga sesampainya Daniel ditongkrongan
"Gaperlu lama beresin yang begitu"
"Taringnya gapernah tumpul memang" Obrol Rangga
***
Hari libur memang selalu tidak terasa, kini Senin telah menyambut kembali untuk setiap siswa, mempersilahkan mereka untuk siap berdiri dipagi hari dan hormat pada bendera.
"Hei" Suara yang asing namun pernah didengar sebelumnya terdengar dari arah belakang Daniel saat upacara baru saja selesai.
Daniel menoleh.
"Nih" Lanjut Rezka menunjukan sesuatu dilayar HandPhonenya.
Dalam layar HandPhone itu terlihat percakapan chat Riyan dan Rezka.
"Lo harus tau, cowo lu yang sekarang lebih bejat dari gue" Chat Riyan terhadap Rezka.
"Dia ngira kamu pacar aku"
"Aku juga ga ngerti kenapa dia tiba tiba chat kaya gini, mangkanya aku nunjukin ke kamu sekalian mau nanya, telah terjadi sesuatu kah?"
"Bilang aja, sekarang gue belum jadi cowo Lo" Jawab Daniel sambil tersenyum dan langsung pergi.
Rezka memberi respon yang bodoamat terhadap pernyataan Daniel.
Langkah Daniel mendadak berhenti setelah beberapa langkah, ia kembali dan meminjam HandPhone Rezka.
"Gue bukan lagi gengster gengster tai kaya Lo, udah ga zaman nakal begituan nyet" Jawab Daniel di room chat Rezka dan Riyan.
"Nih" Obrol Daniel sembari mengembalikan HandPhonenya.
Rezka tidak berbicara samasekali saat itu, ia hanya memperhatikan Daniel yang begitu santai dan seenaknya.
***
"Kejutan" Obrol Daniel menunjukan Coklat kesukaan Ines setelah masuk kelas
Ines diam tidak menjawab, ia hanya melirik beberapa detik dengan wajah ngambeknya yang lucu
"Ayolah maafin gue, kan tadi lo juga yang berangkat duluan" Rayu Daniel meminta maaf karena berangkat sekolah hari ini tidak menjemput Ines
"Pertama, lo ga jemput gue"
"Kedua, lo kesiangan"
"Ketiga, lo malem ribut kan?"
Daniel membalas dengan cengiran kuda
"Berarti coklatnya harus tiga ya?" Tanya Daniel polos
"Ih!" Jawab Ines kesal dan kembali diam
Begitulah mereka, memang seperti pacaran tapi kenyataannya tidak lebih sebatas dari sahabat. Pertemanan mereka memang sudah terjalin lama, sehingga sudah tidak ada lagi kata malu bahkan melakukan hal konyol sekalipun.
Bel istirahat telah berbunyi, saat itu Daniel langsung pergi untuk menikmati jam istirahatnya dengan bermain basket bersama teman temannya.
"Hai" Sapa Daniel terhadap Rezka saat ia melihat Rezka berjalan di pinggir lapang.
"Hai"
"Ke kantin?" Tanya Daniel.
Rezka hanya menjawab dengan senyuman, itu merupakan senyuman awal yang Rezka berikan terhadap Daniel.
"Ayo, gue ikut" Obrol Daniel sembari dengan percaya dirinya ia berjalan disamping Rezka dan melupakan permainan basketnya. Rezka hanya diam, melanjutkan langkahnya untuk menuju kantin, dan itu Daniel anggap sebagai jawaban ya.
Lorong menuju kantin ramai hampir berdesakan seperti biasanya, beberapa siswa yang melihat Daniel dan Rezka berduaan membuat mereka keheranan, sebab ini kali pertama selama tiga tahun untuk Rezka bareng cowo disekolahan. Meski sebenarnya Rezka juga pernah pacaran tapi sedikit yang tau untuk hal itu.
"Cewe yang paling cantik disekolah, terus cowonya juga yang paling keren disekolah, fix hilang harapan gue milikin Daniel" Gumam seorang siswi yang melihat Daniel sedang bersama Rezka
Daniel dan Rezka akhirnya menentukan tempat duduk untuk makan dikantin, kali ini benar benar hanya mereka berdua, Ines sempat melihatnya, tapi ia memutuskan untuk tidak mengganggu perjuangan sahabatnya itu, perjuangan untuk bisa kembali mencintai seseorang setelah sekian lamanya trauma akan patah hati.
"Sekarang lo diantar jemput ya sekolah?" Tanya Daniel memulai percakapan
"Biar ga ada begal lagi dijalan"
"Oalah, lain kali belajar beladiri kalo gitu"
"Biar bisa nonjok kamu juga?" Tanya Rezka tanpa melirik Daniel
Daniel hanya diam, ia hanya memperhatikan Rezka yang tetap fokus menikmati makananya.
"Kamu dulu panglima geng motor kan?" Tanya Rezka.
Daniel tidak kaget, sebab ia yakin Rezka saat ini telah mengetahui hal itu.
"Dulu" Jawab Daniel.
"Sekarang?"
"Gue pikir kalo emang ngerasa bisa berantem lebih bagus buat bela diri dan lindungi orang lemah, gaperlu sampe harus pamer apalagi dengan jadi panglima geng motor, kecuali gue bisa bermanfaat buat banyak orang saat jadi panglima, tapi gue gabisa" Jawab Daniel mencoba menjelaskan.
Rezka hanya membalas dengan melirik Daniel, saat itu percakapan dan makan siang mereka diakhiri oleh suara bel selesainya jam istirahat.
***
"Nes, nanti ke coffe dulu yu pulang sekolah" Bisik Daniel ditengah berlangsungnya pembelajaran.
"Mau cerita Rezka?"
Daniel hanya tersenyum.
Setelah sekolah selesai Daniel dan Ines pergi ke coffe yang jaraknya tidak jauh dari sekolah, mereka juga selalu memesan menu yang sama dan barista yang ada pun sudah tahu apa yang akan dipesannya.
"Lo yakin udah sayang sama Rezka?" Tanya Ines memulai percakapan.
"Santai dulu kenapa, belum juga gue pembukaan cerita"
"Emang gue udah pernah bilang gue sayang Rezka?"
"Ya belum si" Jawab Ines sembari mengambil Hp ditasnya
"Lo udah tau gimana rasanya patah hati kan? Gue harap lo ga akan nyakitin Rezka nantinya, terlebih bukannya lo masih sayang Rima?" Lanjut Ines terlihat lebih serius.
"Gini" Jawab Daniel sembari membuat poisisi duduk yang lebih enak.
"Cinta itu hidup, kaya kita ini. Dia bergerak, dia bisa egois, dia bisa jujur, dia bisa bohong, dia bisa ikhlas, dan dia bisa berjuang"
"Gue mau cinta gue saat ini mulai bergerak, meski gue tau sulit banget buat lupain Rima. Tapi sekarang gue lagi ngajarin Cinta gue buat ga egois yang harus terus memiliki apa yang dia mau, gue mau ikhlas, gue mau akhirnya cinta gue bisa jujur ke Rezka, gue mau merjuangin dia" Lanjut Daniel
"Kalo seandainya cinta lo gagal untuk melangkah? Dan Rezka justru jatuh cinta sama lo?"
"Gue ga akan egois, gue bakal belajar buat ikhlas sayang ke Rezka, gue bakal merjuangin siapa yang mau gue perjuangin, belajar dari pengalaman aja" Jawab Daniel sekaligus memberikan senyuman percaya dirinya.
"Oke" Jawab Ines yang tidak tau lagi harus menjawab apa.
"Percaya Nes, gue bisa, bisa lupain Rima selama Rezka juga bisa sayang sama gue. Meskipun gue saat ini emang belum sayang, baru suka"
"Eh mba, makasih" Obrol Ines sembari memberikan senyuman imutnya saat pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.
"Satu pesan gue, jangan terlalu berharap banyak" Ingat Ines.
"Besar kecil harapan adalah takaran kekecewaan saat ketidak sesuaian berpihak" Ucap Daniel dan Ines bersamaan, karena itu adalah kata yang sering mereka ucapkan saat memiliki tujuan.
Setelah pesanan mereka itu datang, mereka fokus untuk menikmatinya. Sebab yang mereka pesan adalah menu favoritnya, jadi wajar saja masing masing malah lebih memilih untuk menikmati pesanannya.
Rima, seseorang yang sempat dibahas dalam percakapan Daniel dan Ines merupakan masa lalu Daniel yang mampu merubah Daniel lebih baik, mampu merubah ia menjadi seperti saat ini, tidak brutal, lebih tenang, dan tidak lagi emosional. Dalam beberapa tahun kebelakang hingga saat ini Daniel masih belum bisa melupakan Rima, meskipun jelas Rima meninggalkan Daniel tanpa alasan yang pasti, bahkan yang Daniel tau ia memilih mengakhiri hubungannya hanya demi seseorang.
"Udah mau malem, balik yu" Ajak Ines setelah melihat jam tangannya yang melingkar dipergelangan tangan kanannya.
"Gow" Jawab Daniel sembari langsung berdiri dari tempat duduk.
Masa lalu adalah suatu hal yang seharusnya dapat kita jadikan sebagai guru, sebab didalamnya pasti selalu ada pembelajaran. Jangan pernah berani mengambil keputusan untuk mencintai seseorang saat kita belum siap patah hati. Sebab patah hati pasti akan hadir, karna cinta dan luka adalah teman dekat, kita tidak bisa memilih untuk terus bersama hanya dengan salahsatunya.
Dari patah hati yang akan terjadi dalam sebuah hubungan itu adalah pasti, baik terjadi karna pertengkaran, salah paham, bahkan perselingkuhan. Selanjutnya, berpisah atau tidaak itu adalah pilihan, siapkah untuk memperbaiki yang ada atau memilih istirahat dan berpisah untuk tidak kembali terluka. Kita tidak bisa menyalahkan siapa yang membuat kesalahan, tidak bisa menyalahkan siapa yang meninggalkan, menyalahkan siapa yang memberikan luka, sebab kita tetap ada dalam posisi salah karna kita telah mengambil keputusan untuk berani memberikan perasaan, dan itu adalah keputusan sejak awal yang pasti memiliki konsekuensi.
***
Hari ini pagi begitu cerah, seperti biasanya Daniel selalu menjadi Abang Ojol untuk Ines. Berharap cerahnya pagi dapat tetap lebih cerah harapan dari masing masing kedua orang tersebut.
"Niel" Terdengar suara yang tidak asing memanggil Daniel diparkiran.
"Hallo Rangga" Sapa Ines
"Hai manis"
"Dih, geli" Respon Ines merasa jijik mendengar panggilan itu.
Rangga hanya merespon dengan cengiran "Oh iya, gue dapet kabar kalo kita bentar lagi bakal ada pertandingan basket antar sekolah" Obrol Rangga
"Udah tau gue, malem di chat juga sama pelatih"
"Anjim, dikira Cuma gue aja yang di chat"
"Emang pemain basketnya lu doang bangsat"
"Ya kirain, kan paling jago gue" Jawab Rangga sembari mengikuti langkah Daniel dan Ines yang menuju kelas.
Daniel tidak menjawab apapun, karena memang Rangga memiliki kemampuan bermain basket yang tidak kalah hebat dari Daniel.
Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa mengikuti pembelajaran seperti biasanya, terutama Daniel dan teman teman yang lainnya. Mereka mungkin bisa dibilang nakal, tapi dalam hal belajar mereka benar benar peduli terhadap masa depan.
"Niel, gue nanti pulang bareng temen temen, mau ngerjain dulu tugas kelompokan" Ujar Ines setelah pembelajaran hampir selesai.
Daniel menoleh "Oooh Oke, hati hati"
"Apaan si, So perhatian banget" Jawab Ines merasa geli dengan perhatian Daniel.
"Bodoamat" Jawan Daniel datar
"Hih"
Seperti perjanjian di akhir pelajaran, Daniel saat ini pulang sendirian dan hal itu membuat Daniel memutuskan untuk pergi nongkrong terlebih dahulu. Sudah lama juga dia tidak nongkrong pulang sekolah bareng teman teman yang lainnya di warung kebanggaanya, pastinya bersama Rangga dan Ajay.