webnovel

MASIH

"Lagian semua orang berhak punya masa lalu kan? Berhak buat bahagia di waktu tertentu dengan orang tertentu yang menurutnya baik saat itu" Ucap Rezka. "Perihal sampai kapan mereka bahagia, itu keputusan mereka saat kenyataan mengkoyak keadaan untuk memaksa berpisah. Bisa atau engga mereka saling mempertahankan" Lanjut Rezka dengan tatap yang hanya menuju pada langit yang begitu biru, sembari duduk santai tanpa melirik sedikitpun kepada Daniel yang tepat duduk di sebelahnya. Daniel menoleh mendengar pernyataan tadi, menatap Rezka yang masih dengan tatapannya yang tertuju pada langit. Dari patah hati yang akan terjadi dalam sebuah hubungan itu adalah pasti, baik terjadi karna pertengkaran, salah paham, bahkan perselingkuhan. Selanjutnya, berpisah atau tidaak itu adalah pilihan, siapkah untuk memperbaiki yang ada atau memilih istirahat dan berpisah untuk tidak kembali terluka. Kita tidak bisa menyalahkan siapa yang membuat kesalahan, tidak bisa menyalahkan siapa yang meninggalkan, menyalahkan siapa yang memberikan luka, sebab kita tetap ada dalam posisi salah karna kita telah mengambil keputusan untuk berani memberikan perasaan, dan itu adalah keputusan sejak awal yang pasti memiliki konsekuensi. . . . "Cinta itu hidup, kaya kita ini. Dia bergerak, dia bisa egois, dia bisa jujur, dia bisa bohong, dia bisa ikhlas, dan dia bisa berjuang" "Gue mau cinta gue saat ini mulai bergerak, meski gue tau sulit banget buat lupain Rima. Tapi sekarang gue lagi ngajarin Cinta gue buat ga egois yang harus terus memiliki apa yang dia mau, gue mau ikhlas, gue mau akhirnya cinta gue bisa jujur ke Rezka, gue mau merjuangin dia" Lanjut Daniel

Hendar_Hendarsyah · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
7 Chs

Bingung

Parkiran sudah hampir kosong, keputusan Daniel meminta Ines pulang lebih dulu dengan Ajay membuatnya ia masih berdiri sendiri yang hanya ditemani motor kesayangannya itu.

"Bangsat!" Respon Daniel saat matanya tengah melihat pesan yang dikirimkan Ines.

"Kenapa?" Tanya suara yang tidak asing lagi tepat di depan Daniel.

"Eh, kirain lu gabakal mau pulang bareng gue" Jawab Daniel terhadap Rezka yang tidak tau sejak kapan ia ada di hadapan Daniel.

"Engga kenapa napa" Lanjut Daniel menjawab pertanyaan Rezka sebelumnya.

"Maaf aku tadi kumpulan Osis dulu" Obrol Rezka mencoba menjelaskan karena telah membuat Daniel menunggu.

"Iya gue tau. Nih" Jawab Daniel sembari memberikan helm terhadap Rezka.

Setelah dari parkiran, akhirnya mereka keluar dan pergi berangkat untuk pulang. Di tengah perjalanan Rezka dan Daniel mulai ada percakapan, hingga saat di lampu merah Rezka merasa ada yang aneh dan salah.

"Ini bukan jalan kerumah aku" Obrol Rezka

"Ke rumah gue dulu bentar, biar sekalian nanti gue mau latihan basket" Jawab Daniel

Rezka tidak menjawab, ia hanya diam sebagai tanda jawaban "oh yaudah".

Di perjalanan menuju rumah Daniel, mereka berbicara mengenai nama nama jalan dan gang yang di lewati. Hal tersebut sesekali menjadi bahan tertawa saat ada nama jalan yang terdengar aneh, seperti gang sayang, jembatan cincin, dan jalur perlintasan cinta. Nama nama tersebut begitu terdengar bucin bagi mereka jika ternyata setiap nama jalannya saling di kaitkan.

"Nah, ini rumah gue" Obrol Daniel sesampainnya di rumah yang terlihat lebih besar dari beberapa rumah yang ada disana.

Rezka hanya diam, ia mengikuti langkah Daniel yang turun dari motor dan berhenti tepat di depan pintu untuk duduk di bagian depan rumah menunggu Daniel maksudnya.

"Mah, mamah nangis lagi? pasti gara gara laki laki itu kan?" Tanya Daniel dengan nada yang begitu kesal saat melihat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik namun matanya masih menyisakan air mata tangis.

"Engga sayang, mamah gapapa ko" Jawab Danella mencoba untuk menenangkan anaknya.

"Daniel udah tau ko mah apa yang terjadi tadi, Ines tadi kirim pesan ke aku"

"Mamah gapapa sayang, udah gausah kamu pikirin"

Daniel hanya menatap Danella yang saat itu terlihat tengah memposisikan dirinya untuk baik baik saja. Padahal Daniel tahu bahwa Danella sedang ada dalam posisi rapuh, sebab tidak ada satu wanita pun yang akan baik baik saja ketika suaminya melakukan perselingkuhan, hal tersebut yang biasanya membuat Danella dan Pramono bertengkar.

"Om" Obrol Rezka sembari menyalaminya saat melihat laki laki paruh baya datang masuk ke rumah Daniel

"Kamu siapa?" Tanya Pramono yang baru saja datang dari luar rumah dan melihat Rezka duduk didepan rumah.

"Rezka, temennya Daniel"

"Oh ini laki laki pecundang yang bisanya nyakitin mamah gue" Suara itu tiba tiba terdengar dari arah pintu rumah dengan nada yang begitu kesal.

"Daniel" Respon Danella berusaha menenangkan, sebab ia tahu bagaimana anaknya ketika emosi.

"Udah mah, mamah gaperlu lagi belain laki laki seperti ini"

"Heh, kamu tidak tahu apa apa tentang papah sama mamah" Jawab Pramono

"Mau apapun masalahnya, keputusan papah buat menikahi mamah. Artinya papah udah memutuskan untuk hidup senang atau susah bareng mamah"

"Papah yang pernah bilang waktu aku kecil, hanya laki laki pencundang yang lari dari masalahnya dan gaberani bertanggung jawab atas keputusannya" Lanjut Daniel dengan nada yang menekan.

"Berani nyakitin lagi mamah, aku cari sampe manapun" Lanjut Daniel sembari langsung mengajak Rezka pergi keluar rumah dan bermaksud untuk sekalian pergi latihan basket.

Rezka benar benar bingung pada situasi itu, ia kaget saat melihat pertengkaran Daniel dengan Pramono. Sampai saat Daniel mengajak Rezka pergi, ia hanya diam dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Danella dan Pramono pun hanya diam setelah melihat anaknya begitu marah dan kecewa, mereka hanya memperhatikan langkah Daniel yang semakin jauh dan pergi dari rumahnya.

"Makasih Mang" Obrol Daniel terhadap Mang Darusman sebagai satpam rumahnya yang telah membukakan gerbang.

"Iya Den" Jawab Mang Darusman.

Di perjalanan, Rezka masih diam dan bingung harus melakukan apa, ia berusaha untuk tidak mau mengganggu perasaan Daniel yang saat itu berantakan.

"Niel" Obrol Rezka saat motor berhenti di lampu merah.

"Aku pengen ikut liat kamu latihan ya" Lanjut Rezka

Daniel langsung menoleh, ia kaget melihat Rezka yang tiba tiba berani melontarkan pernyataan itu. Tanpa menjawab peryataan Rezka, Daniel langsung menancap gas motornya ketika lampu merah selesai.

Setelah sampainya di tempat latihan, Daniel tidak melihat satu orang pun teman temannya yang datang. Ternyata sebelumnya Rangga sempat menghubungi Daniel melalui WhatsApp perihal tidak jadinya latihan, hanya saat Rangga mengirim pesan, saat itu Daniel sedang dirumahnya yang tadi sempat bertengkar dengan Pramono, Ayahnya.

"Ga jadi katanya, lo mau gue anter pulang?" Tanya Daniel terhadap Rezka.

"Anter aku beli buku mau ga?"

"Oke"

Rezka tersenyum "Makasih"

Setelah sampai di toko buku, Rezka berjalan dengan di ikuti Daniel di sampingnya sembari melihat lihat buku barangkali ada buku yang sedang ia cari.

"Mau beli buku ini ga?" Tanya Daniel tiba tiba dengan sembari menunjukan buku yang baru saja ia ambil.

"Hah?" Respon Rezka heran saat melihat judul dari buku itu cara merawat anak dengan baik.

"Siapa tau kan lo butuh belajar buat nanti ngerawat anak dari gue" Jawab Daniel polos nampak tidak ada beban sama sekali.

Rezka langsung mengambil buku itu dari tangan Daniel "Buat Tante aku yang lagi hamil"

Daniel tersenyum dengan tatap yang menyelidik "Oke" Jawab Daniel.

Rezka tidak menjawab, ia hanya tersenyum dengan menatap Daniel dan langsung menuju kasir untuk membayar buku yang tadi serta buku yang sudah Rezka pilih.

"Mas nya ganteng, Mba nya cantik, pasangan yang benar benar serasi" Obrol seorang kasir saat Rezka memberikam buku berjudul cara merawat anak dengan baik.

"Eh mba aku masih SMA dan kita bu-"

"Makasih mba" Jawab Daniel memotong percakapan Rezka.

"Ayo" Lanjut Daniel setelah membayar buku tadi sembari memegang tangan Rezka da mengajak pergi berjalan keluar.

Rezka mendadak kikuk, matanya melotot kaget dan masih kikuk saat tangannya di tarik untuk berjalan keluar oleh Daniel.

"Kenapa lo? Grogi ya di pegang tangan sama yang ganteng?" Tanya Daniel memecahkan lamunan Rezka setelah berada di luar toko buku.

"Ih" Respon Rezka sembari langsung berjalan menuju parkiran motor.

Daniel tidak menjawab apapun, ia langsung mengikuti langkah Rezka yang bermaksud untuk mengajak pulang.

***

Matahari bersinar begitu terang, pertemuan hari kemaren seakan tidak terjadi saat Daniel dan Rezka berpapasan di lorong jalur ke perpustakaan, mereka bersikap biasa saja dan tidak seperti sudah ada perkembangan dalam pertemanannya.

"Gue ga salah liat kan Niel?" Tanya Ines heran sembari masih dengan sedotan minuman dinginnya yang menempel di bibir yang lucu.

"Maksud lo?" Tanya Daniel.

"Tadi Rezka loh, ko kaya ga kenal gitu kalian?"

"Nanti kalo mesra lo cemburu dong" Jawab Daniel iseng.

"Dih" Respon Ines sembari memberikan ekspresi jijik nya.

"Eeeh tungguin dong" Jawab Daniel sembari berlari kecil menyusul Ines yang berjalan sendirian.

Daniel dan Ines bermaksud untuk pergi ke kantin di jam istirahat, sebab sedari pagi mereka belum sarapan sama sekali, entah kebetulan atau tidak tapi mereka kesiangan berangkat kesekolah karna keduanya sama sama bangun terlalu siang.

"Woy"

"Ih" Respon Ines saat Ajay mengagetkannya dari belakang ketika ia sedang duduk sembari makan di kanti.

"Niel, nih" Obrol Rangga yang datang bareng Ajay sembari memberikan bingkisan yang mirip dengan kado.

"Hah? Siapa yang ulang tahun?" Tanya Daniel.

"Dari fans lo, tuh orangnya" Jawab Rangga sembari menunjuk seorang siswi yang tengah berjalan kabur karna malu.

"Dih" Obrol Ines merespon hal tersebut.

"Gamau anjim enak ini" Respon Ajay ketika Daniel iseng merebut batagor kesukaannya.

"Hahaha, segitunya anjim" Jawab Daniel.

"Cepet abisin, bentar lagi masuk sat" Obrol Rangga mengingatkan Ajay.

***

"Rezka" Suara yang tidak asing lagi untu Rezka saat berdiri di dekat gerbang ketika pulang sekolah.

"Kenapa?"

"Lagi ngapain lo berdiri sendirian?" Tanya Daniel.

"Mba Rezka?" Tanya seorang laki laki paruh baya yang menggunakan seragam Ojol dengan tiba tiba.

Daniel langsung melangkah mendekati Mang Ojol tersebut dan terlihat seperti tengah membisikan sesuatu saat ia telah di dekat Mang Ojol sehingga Mang Ojol itu tersenyum dan menganggukan kepala sebagai tanda "Ya".

"Ayo" Obrol Daniel terhadap Rezka setelah seragam Ojol yang di pakai laki laki paruh baya itu di lepas dan diberikan kepada Daniel sembari turun dari motornya.

Rezka tidak menjawab apapun, ia hanya merespon dengan tatap yang mengerti apa yang telah dibicarakan Daniel sebelumnya dengan laki laki paruh baya itu.

"Ayooo, motor gue di bawa dulu sama Mang nya"

"Ya kan Mang" Lanjut Daniel memastikan terhadap laki laki paruh baya itu untuk membuat Rezka mengerti bagaimana dengan motor Daniel.

"Beres pokonya" Jawab Mang Ojol tersebut.

Rezka akhirnya berjalan mendekati Daniel untuk menaik motor dengan respon yang menahan tawa. Setelah itu Daniel langsung menjalankan motornya dengan di ikuti Mang Ojol dari belakang.

"Yang kamu bisikin ke Mang Ojol tadi apaan?" Tanya Rezka di perjalanan pulang.

"Cuma bilang Mang pernah muda kan? Mau bantuin saya ga?"

"Terus beliau mau deh" Lanjut Daniel.

Rezka hanya diam dan tersenyum, ia tidak melanjutkan lagi percakapannya.

"Indahnyaaa masa muda, jadi mau muda lagi saya" Obrol Mang Ojol meledek ketika berhenti tepat di pinggir Daniel saat di lampu merah.

"Makasih ya Mang" Jawab Rezka dan membuat Daniel kaget.

"Kalian mau tukeran lagi motornya kapan?" Tanya Rezka terhadap Daniel saat motor kembali berjalan setelah selesainya lampu merah.

"Ya nanti kalo udah nganteri lo"

Di perjalanan tidak ada lagi percakapan setelah percakapan mereka tadi, Mang Ojol dengan sabar mengikuti mereka dari belakang layaknya satpam yang sedang mengawasi anak anak kasmaran.

"Nanti gue jemput lo malem mau ga?" Tanya Daniel.

"Mamah ngajak lo makan malam bareng"

Rezka nampak berpikir terlebih dahulu "Emm"

"Boleh" Jawab Rezka sembari tersenyum.

"Aheuuy" Obrol Mang Ojol yang diam diam mendengar percakapan mereka.

Daniel dan Rezka hanya tersenyum melihat Mang Ojol, setelah Rezka masuk gerbang rumahnya, ia langsung bertukar motor kembali dengan Mang Ojol sembari memberikan ongkos sesuai perjanjian.

***

Matahari telah berpamitan sejak beberapa jam yang lalu terhadap bumi, jam dinding menunjukan jarumnya telah berada di angka 7:30 pm. Daniel tidak bisa berlama lama lagi, ia langsung beranjak pergi dari rumahnya untuk menjemput Rezka bermaksud mengajaknya makan malam bersama.

"Rezka itu jarang banget dandan, jadi sekalinya dandan begini lama" Obrol Mila terhadap Daniel di ruang tamu setelah Daniel sampai di rumah Rezka dan menunggu Rezka yang sedang berganti pakaian.

"Iya tante gapapa" Jawab Daniel.

"Di minum dulu atuh airnya" Jawab Mila mempersilahkan Daniel untuk mencicipi air untuk tamu seperti biasanya.

"Maah" Terdengar suara perempuan yang memanggil Mila dan tidak asing lagi bagi Daniel.

"Cantiknyaaa anak mamaaah" Respon Mila saat melihat anaknya berpakaian tidak seperti biasanya yang selalu sederhana dan seadaanya namun cantik, apalagi ini yang berdandan.

Daniel tidak berbicara apapun, ia hanya kagum akan kecantikan Rezka yang benar benar jauh berbeda dengan biasanya. Daniel mungkin sudah megira bahwa Rezka tentu akan lebih cantik saat berdandan, tapi ini lebih dari dugaannya.

"Tante saya pamit ya ajak Rezka makan malam di rumah" Obrol Daniel terhadap Mila bermaksud untuk membawa Rezka pergi berangkat.

"Ka, jangan kemaleman pulangnya" Ingat Mila.

"Iyaa maah" Jawab Rezka sembari berangkat dengan menyalami Mila, saat itu hanya ada Mila dan pembantu rumah tangga saja, Deni masih belum pulang sebab masih ada pekerjaan di kantornya.

Daniel dan Rezka akhirnya beranjak pergi, di perjelanan tidak ada percakapan apapun. Rezka hanya diam begitupun dengan Daniel yang hanya fokus pada jalan saat mengendarai motornya.

"Mah" Obrol Daniel terhadap Danella sesampainya di rumah.

"Ini Rezka" Lanjut Daniel memperkenalkan Rezka.

Danella membalas dengan senyuman begitu hangat, nampak senyuman yang bahagia ketika melihat Rezka.

"Tante" Obrol Rezka disertai dengan senyumanya sembari menyalami Danella.

"Duduk nak" Obrol Danella mempersilahkan Rezka duduk di meja makan yang telah tersaji beberapa makanan yang Danella siapkan sebelumnya.

Makan malam bersama berlangsung dengan baik. Hanya ada Danella, Daniel, dan Rezka. Sebab Pramono yang merupakan Ayah dari Daniel sudah jelas tidak ada di rumah, hal tersebut terjadi karena merupakan keinginan dari Daniel.

Suara dering telpon berbunyi.

"Mah, aku angkat telpon dulu" Obrol Dilan saat melihat HPnya nyala.

Danella tidak menjawab apapun, ia hanya merespon dengan tatap mempersilahkan.

"Nama mu Rezka?" Tanya Danella di saat Daniel sedang berbicara dengan seseorang di telpon.

"Iya tante" Jawab Rezka sembari tersenyum.

"Jangan panggil tante, panggil juga Mamah seperti Daniel memanggil Mamah barusan" Obrol Danella dengan nada yang begitu halus dan berharap.

"Kamu tau?"

"Kamu mungkin adalah orang yang spesial buat Daniel"

Rezka merespon dengan tatap yang bingung, ia tidak tahu harus menjawab apa dengan pernyataan Danella tadi.

"Daniel ga mudah suka terhadap seseorang, bahkan yang Mamah tau dia masih sayang sama mantannya"

"Tapi dengan dia mau mengajak kamu kesini, mungkin Mamah salah, Daniel udah bisa lupain Rima" Lanjut Danella.

"Rima?" Tanya Rezka dengan tatap yang bingung.

"Iya, dia pacar pertama Daniel dan sampe sekarang Daniel belum pernah lagi dekat dengan siapapun. Kecuali kamu"

"Ines?" Tanya Rezka, sebab yang ia tahu Daniel dekat dengan Ines.

"Ines adalah sahabat Daniel sedari kecil, Mamah kira dia udah cerita sama kamu"

"Oh iya, dia pernah cerita" Jawab Rezka.

Danella dan Rezka berhenti berbicara ketika melihat Daniel kembali bergabung setelah selesai menelpon.

"Siapa?" Tanya Danella.

"Si Ines Mah, katanya sombong ga ngajak makan malam bareng"

Danella tertawa kecil "Udah sering dia main kesini, kali kali ga di ajakin dulu aja" Jawab Danella dengan respon yang merasa lucu karna sikap kekanak kanakannya Ines yang sudah Danella anggap sebagai anaknya sendiri.

"Udah mulai larut, mending kamu anterin Rezka pulang dulu Niel" Obrol Danella.

"Oh iya Mah"

"Yu" Lanjut Daniel berbicara terhadap Rezka.

"Aku pamit dulu Mah" Obrol Rezka sembari menyalami Danella.

Daniel kaget saat mendengar Rezka memanggil Danella dengan sebutan Mamah, tapi ia tidak berbicara apapun, ia langsung melangkahkan kakinya untuk mengantarkan Rezka pulang. Terlintas dalam pikiran Rezka sesaat mengenai Rima, tapi ia kembali tidak memperdulikannya sebab merasa tidak penting untuk memikirkan hal tersebut, terlebih ia berpikir bahwa Daniel hanya sebatas teman.