webnovel

Restu

Bayu telah berdiri di depan pintu saat mendengar semua yang sedang di ceritakan ayahnya.

Kemudian setelah dia mendengar ayahnya mulai berhenti bercerita, bayu langsung masuk dan kembali duduk di posisinya.

"Apa yang sudah kalian bicarakan???? Apa aku ketinggalan berita malam ini???".

Mr.Henry hanya menepuk pundak putranya itu dan mengatakan bahwa bayu bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan malam ini pada ayah dan ibunya.

"Sekarang, apa yang ingin kamu katakan pada ayah???? ayah sudah mengatakan semua yang ingin ayah sampaikan pada kinan tadi".

Kemudian puncak acara malam itu akhirnya tiba,tanpa basa-basi bayu segera berdiri dan merapihkan jasnya, lalu menggandeng lengan kinan dengan sangat lembut dan berkata.

"Izinkan aku untuk bertunangan dengan wanita ini, dia kinan, dia wanita pilihanku dan aku hanya ingin hidup bersamanya. Semoga ayah dan ibu merestui niat kami berdua".

Kemudian bayu dan kinan membungkung tanda hormat mereka pada orang tua.

Mr.Henry langsung berdiri dan memeluk bayu juga kinan bersamaan.

"Lakukan dan putuskan hal besar dengan keyakinanmu, ayah percaya kamu telah yakin dengan keputusanmu ini, ayah merestui niat baik kalian".

Kemudian Mr.Henry langsung menghadiahi calon menantunya itu dengan gelang berlian yang sangat mengkilau.

Kinan enggan menerimanya namun bayu memberikan isyarat agar dia menerima hadiah itu.

Lalu Bayu menghampiri ibu dan langsung memeluk ibunya dengan sangat erat dan berterimakasih padanya.

"Terimakasih bu, ibu selalu mendukungku selama ini".

Dilanjutkan kinan yang juga memeluk calon ibu mertuanya.

Malam puncak telah selesai,kinan dan bayu resmi akan bertunangan 2 minggu dari malam itu dan telah di sepakati oleh semua keluarga.

Kemudian kinan dan bayu duduk di halaman depan rumah bayu.

Kinan hanya terdiam memandang jauh ke atas langit.

Bayu juga tidak mau kalah, dia diam seribu bahasa karena tidak tahu harus bicara apa pada kinan saat itu.

Situasi mereka sangat canggung, pertunangan yang di rencanakan hanya pura-pura dirasa terlalu berjalan serius dan menguras emosi.

Rasa haru, rasa bahagia, rasa syukur seperti menjadi nyata sedang mereka rasakan, seakan-akan semua yang sedang terjadi saat itu adalah nyata dan bukan drama yang mereka rencanakan sebelumnya.

"Apa kamu tahu ada yang salah pada semua ini?????? Kamu tahu dimana letak kesalahannya?????".

Kinan akhirnya membuka suara dengan tatapan tetap ke arah langit yang hitam tanpa bintang satupun disana.

"Hemmmm, entahlah".

Bayu menjawab sekenanya, karena dia juga menyadari ada hal aneh yang mereka berdua rasakan dalam drama mereka ini.

"Karena kita melibatkan orang tua, aku tidak bisa menyembunyikan rasa haru ku ketika mereka begitu mencintaiku, begitu memberiku kasih sayang yang tulus, ibumu, ayahmu, mereka begitu baik padaku, bagaimana mungkin aku bisa tahan dengan perlakuan baik seperti itu, aku terharu, aku bersyukur, aku bahagia karena mereka menerimaku dengan sangat baik, apa yang harus kita lakukan setelah ini bay????".

Kinan mengalihkan tatapannya menuju bayu yang berada di sampingnya.

Dia mengungkapkan semua kejanggalan yang ia rasakan saat itu di tengah-tengah rencana mereka untuk berpura-pura menjadi pasangan.

"Mereka sangat menyukaimu jauh sebelum kamu datang kemari, aku hanya mempersulit mu kemarin dengan memberikan beberapa file tentang ayah dan ibu, namun semua isi di file itu benar, hanya saja mereka sudah pasti akan menyetujui pertunangan kita meskipun kamu tidak mempelajari tentang semua itu.

"Kau tahu kenapa mereka sangat menyukaimu????? karena kamu telah merubahku.

"Aku sendiri tidak meyadari apa yang telah berubah dalam diriku setelah bertemu denganmu, tapi yang pasti ayah dan ibuku menyadari perubahan itu dan sangat bersyukur atas semua itu.

"Rencana kita akan tetap menjadi tujuan awal yang ingin kamu tuju, semuanya ada ditangan mu, kita akan terus melangkah, atau berhenti"

Bayu memberikan pandangan kepada kinan yang mungkin akan berubah pikiran.

Kinan terdiam, dia terus memandang langit, dia mencari mungkin ada jawaban dari semua dilema yang sedang ia alami.

Malam semakin larut, pembicaraan mereka menggantung saat itu, tidak ada keputusan yang matang sampai akhirnya kinan dan bayu masuk ke rumah dan kinan tertidur di sofa saat menunggu bayu membawakan teh herbal untuknya karena tubuh kinan terasa sakit semua, mungkin karena kelelahan.

Saat bayu akhirnya datang di ruang tamu, kinan sudah terbaring disana. Kinan begitu terlihat lelah.

"Dia benar-benar tertidur setelah mengganti bajunya, bahkan teh ini belum jadi dia sudah masuk ke alam mimpinya".

Bayu kemudian berpikir untuk menggendong kinan masuk ke dalam kamar tamu.

Dia segera masuk ke kamar tamu dan memastikan semuanya sudah rapih.

Kemudian kinan yang terbaring lemah di atas sofa langsung ia gendong dan masuk ke kamar.

Perlahan ia menurunkan kinan ke atas ranjang dan menyelimutinya dengan sangat hati-hati karena khawatir kinan terbangun.

Kemudian bayu memandangi kinan yang sedang terlelap tidur dan mengatakan apa yang ada di pikirannya.

"Aku akan terus menunggumu sampai kamu siap menerimaku, tidak perlu mengkhawatirkan tentang sesuatu yang hanya akan menyakiti dirimu sendiri".

Kemudian bayu mematikan lampu dan menutup pintu dengan hati-hati.

Kinan langsung membuka matanya sesaat setelah bayu keluar dari kamarnya.

Kinan sebenarnya terbangun saat bayu berusaha menggendongnya dari sofa tadi. Namun dia tidak berani membuka matanya karena khawatir situasi mereka akan semakin canggung saat kinan terbangun dan berada di pangkuan bayu.

Kinan bisa mendengar apa yang bayu katakan sebelum ia keluar dari kamarnya. Dia tahu betul bayu tulus dengan perasaannya, meskipun kinan baru tahu hari itu soal ketulusan perasaan bayu padanya, namun kinan seperti menyadari bahwa sebenarnya bayu telah menunjukkan perasaannya selama ini, namun kinan selalu menampik itu karena berpikir itu tidak mungkin terjadi.

Persahabatan telah menjerumuskan mereka kedalam kenyamanan yang sulit di artikan.