Hari ini Alfando bertingkah tak biasa saat Monika akan naik mobil pria itu membukakan pintu mobil, memasangkan sabuk pengaman padahal sebelumnya tak pernah melakukan hal ini.
Sebenarnya ada apa sih?
Tanya batin Monika tapi dia tetap bersikap cuek dan acuh, tak mau ambil peduli atas sikap aneh suaminya tersebut.
Mungkin itu servis khusus sebelum pria itu melayangkan gugatan perceraian.
"Ada apa? Katakan sejujurnya." tanpa buang waktu Alfando langsung melontarkan pertanyaan.
Saat ini mereka sedang berada dipuncak, udara malam ini dingin tapi pemandangan luar biasa indah.
Monika menyukainya.
Alfando membuka atap mobil mewahnya, mereka menunggu jagung bakar dan bajigur hangat pesanan Alfando.
"Apa maksudmu?" Monika berpura-pura tak mengerti maksud suaminya ini.
Ssseeett...
Alfando memakaikan selimut pada Monika, pria itu memang menyimpan selimut dan bantal dalam mobilnya karena jika sedang ngantuk berat dia lebih memilih tidur dalam mobil baru melanjutkan perjalanan.
"Kau menyimpan selimut dalam mobil?Unik juga." Monika merasa jauh lebih hangat.
"Dan bantal." tambah Alfando.
Suaminya ini memang unik..
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Monika." Alfando mulai terlihat kesal.
"Perjanjian pernikahan kita akan berakhir setelah aku melahirkan nanti, kau ingatkan. Aku ingin menjaga jarak agar saat kita bercerai nanti aku tidak merasa terlalu sakit, karena bagaimanapun menjadi seorang janda adalah hal sulit." Monika tersenyum.
Entah mengapa Alfando merasa sakit? Saat perempuan itu sangat siap dengan perpisahan yang akan mereka jalani nanti.
Pria itu menelan saliva, menolehkan pandangannya ke pemandangan depannya.
Memejamkan mata untuk beberapa saat.
"Aku akan menikah diluar negeri."
Monika sangat terkejut, "Menikah."
Tapi Monika tetap bersikap tenang, Alfando malah terlihat sebaliknya.
Raut wajahnya tampak galau, sungguh membingungkan.
"Selamat."
Hanya kalimat itu terlontar dari mulut perempuan itu.
Menghembuskan nafas.
"Maaf karena sudah memaksamu menikahiku hanya untuk menutup status gay ku."
Jreng..
Monika sungguh syok saat pria itu membuka sendiri identitasnya, Alfando menoleh pandangannya pada perempuan cantik itu.
Tatapan pria itu terlihat tajam, Monika terdiam.
"Aku tahu kalau kau sudah mengetahuinya hal ini sejak Radit datang ke apartemenku dulu karena itu aku memaksamu menikah, Menurutku dengan menikahi perempuan yang mengetahui fakta sebenarnya tentangku dan mengenalku maka tak ada kesulitan dalam menjalani pernikahan kami nanti."
Jujur melakukan pengakuan bukanlah hal mudah tapi Alfando memutuskan melakukannya karena dia tak mau lagi ada rahasia dalam pernikahan mereka yang mungkin akan segera berakhir.
"Kenapa kau tidak mengaku dari awal padahal kau tahu aku mengetahui fakta sebenarnya? Setidaknya dengan begitu pernikahan kita akan jauh lebih baik, maksudku aku bisa memposisikan diriku dengan benar."
Kali ini Monika memberanikan melontar pertanyaan yang ada di dalam hati, yakin bahwa pria itu tidak akan marah.
Alfando tersenyum lalu berdehem.
"Karena baru sekarang aku merasa siap untuk membicarakan hal ini denganmu, Kau tidak tahu betapa sulitnya menjalani hidup sepertiku ini." Alfando menyeringai.
"Apa karena kita akan bercerai? Sehingga kau memiliki keberanian." Monika menggigit bibir bawahnya, memasang mimik penasaran.
Untuk beberapa waktu Alfando tak menjawab hanya memadang Monika dengan pandangan tersirat, keduanya saling berpandangan.
Entah berapa lama mereka sudah berdua melakukannnya.
Monika akhirnya mengalihkan pandangan, manarik nafas lalu menghembuskannya dengan berat.
Tanpa terduga Alfando mengalihkan wajah Monika untuk menatapnya kembali wajahnya, tersenyum.
Alfando mendekatkan diri hingga jarak mereka sekitar 5 cm sekarang.
Jujur detak jantung Monika berdetak lebih cepat dari biasanya dan dia yakin suaminya mengetahui hal ini.
Alfando menatap Monika disertai raut serius, bahkan Monika bisa merasakan hembusan nafas pria itu.
"Mungkin atau kau mau agar aku tetap mempertahankan pernikahan kita?" pria itu menyingkirkan helain-helain rambut Monika yang menutupi sebagian wajahnya, tersenyum.
"Jawablah, Menurutmu haruskah kita berpisah atau bertahan?Monika."
DEG!!!
DEG!!
Dan...
Monika menelan saliva...
Kok update-nya dikitttt si?
iya unuk sekarang ya emang harus gini maklumin aja yaaaa
Harap maklum aja yaaaaaa
yang terpenting update kann...