Radit sudah membooking sebuah ruang VIP untuk acara dinner bersama sang calon suami, pria tampan bertubuh sempurna olahan bertuhan-tahun karena melakukan fitness disela waktu sibuknya menambah kesan macho pria itu terlebih kumis juga jambang yang menghiasi wajah tampan semakin menambah nilai plus pria itu.
Dia terlihat tak sabar segera berdua bersama Alfando menikmati kebersamaan intim mereka malam nanti.
Wajahnya berseri membayangkan kemesraan yang akan mereka kerjakan.
"Pokoknya malam ini sampai besok siang jangan ada yang menggangguku dengan laporan seputar pekerjaan atau apapun, mengerti?!"
Radit menatap satu persatu anak-anak buahnya dengan tatapan mengultimatum, bertolak pinggang.
Semua anak buahnya berseri bersamaan..
"Siap, Boss."
Radit mengambil iPhone 11 pro Max-nya kemudian menghubungi calon suami tercintanya, Alfando.
* Hai sayang.. Kau sedang apa? aku merindukanmu.( Seru Radit pada sang pacarnya dengan nada mesra)
* Baru saja akan bersiap-siap untuk pergi dinner bersamamu. (balas Alfando dengan nada suara biasa saja tak semesra calon suaminya Radit)
* Aku sudah membooking satu tempat untuk kita berdua, Aku harap malam ini kau menginap di apartemenku. Katakan pada istrimu bahwa kau tidak pulang karena ada kerjaan, ok. ( tanpa basa-basi Radit langsung memberikan saran pada calon suaminya itu agar mereka bisa lebih lama berduaan)
* Baiklah aku akan mengatakan pada Monika bahwa malam ini aku tidak bisa pulang.
( Radit tersenyum puas karena berhasil merayu sang kekasih untuk bisa tinggal lebih lama dengannya menikmati kebersamaan mereka)
* Baiklah sayang, sampai bertemu nanti malam I love you babe.
*I love you, too. (balas Alfando)
-
-
-
Tanpa terasa jam menunjukan pukul 3 sore.
"Kau sebaiknya bersiap pergi." Monika beranjak dari sofa.
"Malam ini, aku tidak pulang." ujar Alfando cepat.
Monika mengerti, "Okey."
Hanya kalimat itu yang keluar dari bibirnya, perempuan itu merasa seperti memberikan izin terbuka pada suaminya untuk berkencan.
Toh memang dia tak ada kuasa untuk membuat Alfando tak lagi berhubungan dengan Radit setidaknya sampai mereka bercerai nanti.
Dia bukan siapa-siapa selain orang ketiga dalam hubungan mereka juga seorang istri kontrak.
"Kapan ketiga sahabatmu akan datang?" Alfando merenggangkan badan.
"Entahlah mungkin Setelah magrib."
Alfando tak lagi banyak bicara, langsung ke lantai atas untuk mandi dan bersiap.
1 jam kemudian pria itu turun dengan penampilan sudah sempurna.
Tiba-tiba iphone-nya khusus rekan bisnis berbunyi..
Kedua mata pria itu terbelalak saat mengetahui siapa penelpon, tanpa buang waktu dia menjawab panggilan masuk tersebut.
*Iya, Yamada
*Maaf karena menghubungi tiba-tiba, aku tidak menganggukkan?
*Tentu saja tidak, Ada apa?
*Malam ini aku ingin datang ke apartemenmu bersama istriku, makan malam bersama. Kau bisa?Alfando.
*Mendadak sekali, Apa tidak bisa besok malam?Yamada.
*Mengapa? Kau ada janji? (bukan menjawab malah Yamada balik bertanya)
*Tidak tapi aku ingin mempersiapkan semuanya dengan sempurna jika mendadak maka hasilnya tidak akan memuaskan kami ingin menjamumu dan istrimu sebaik mungkin,Lagipula sejujurnya aku tidak suka mengerjakan sesuatu dengan hasil kurang memuaskan. (Alfando berharap Yamada akan mengubah pikirannya)
*Aku mengerti maksudmu, Alfando. Baiklah tapi besok aku mau makan siang dan malam di apartemen kalian, okay?
(Alfando tersenyum puas)
*Okay.. See you later, Yamada
*See you later, Alfando.
Telpon terputus...
"Monika besok, Yamada dan Joon Ji akan makan siang dan malam bersama kita."
Tak berbeda jauh dengan sang suami, Monika terkejut.
Perempuan itu mengecek kulkas, menoleh pada Alfando.
"Aku harus belanja." menutup pintu kulkas.
Alfando memberikan kartu debit, "Pakai ini, kau simpan saja untuk belanja kebutuhan kita dll."
Monika mengambil kartu debit dari tangan Alfando, menggerutkan dahi lalu mengibas kartu ditangannya.
"Kenapa tidak memberikan aku kartu kreditmu saja?"
"Aku tidak punya kartu kredit." seru Alfando santai, memasukan kembali dompetnya ke dalam kantong celana.
Baru kali ini Monika bertemu seorang pria kaya raya macam suaminya tapi tak mempunyai kartu kredit.
Aneh.
"Aku akan mengantarmu ke mall, pulangnya kau bisa menggunakannya taksi online."
"Baiklah."
Monika bergegas ke lantai atas untuk berganti pakaian.
Tak butuh waktu lama perempuan itu sudah siap,tersenyum.
"Ayo kita jalan."
-
-
-
Radit memuangkan Whisky ke gelas Alfando, "Malam ini hingga besok kita akan bersenang-senang, I am so happy, Babe."
"Aku tidak bisa banyak minum ataupun tidur di apartemenmu, besok siang aku mempunyai janji penting."
Alfando menengak Whisky sekali teguk, Melumat bibir Radit lalu tersenyum.
"Aku harap kau mengerti, Sayang." sambung pria itu mengelus bibir bawah pacarnya itu.
Raut wajah Radit mulai emosi, "Kau selalu begini, mengubah rencana kita seenaknya."
Melepaskan jemari Alfando dari bibirnya, mengacak rambut.
Alfando menyerigai, menarik pria itu agar berada dalam peluknya.
Membelai wajah Radit lembut diiringi tatapan mematikan ciri khas-nya, "Aku mohon mengertilah, ini partner bisnisku yang amat penting sayang."
Bukan hal sulit untuk Alfando meminta pengertian Radit, dia hanya perlu merayu dan meyakinkan pacarnya itu agar bisa mengerti.
"Okey, aku tidak mau kita ribut."
"I love you, Babe." bisik Alfando.
Belum sempat Radit membalas ucapan pria itu langsung menerkam calon suaminya untuk melepaskan hasrat juga kerinduannya.
Kedua pria itu tenggelam dalam percintaan bergelora mereka.
Alfando dan Radit tenggelam dalam hasrat mereka.
Malam ini mereka akan main sampai lelah dan puas.
Setelah itu Alfando akan pulang ke apartemennya.
Ruang VIP menjadi saksi bisu dua pria tampan, melepaskan hasrat mereka.
-
-
-
Monika masih sibuk memilih dan memilah bahan makanan.
Dia sudah memutuskan masak apa untuk Yamada dan Joon Jin.
Saat akan mengambil saus Monika agak kesusahaan karena letak saus itu tinggi, sedangkan disekitarnya tak ada siapapun untuk diminta tolong.
"Huft..aku tidak bisa menjangkaunya." Gerutu Monika menyerah.
Tiba-tiba sebuah tangan panjang mengambil saus sambal yang di incarannya dan memberikan saus itu pada Monika.
Perempuan ini langsung menoleh ke arah belakangnya, dia terkejut.
Ternyata tangan itu milik seorang pria tampan, tinggi juga bertubuh tegap.
Seseorang yang ingin Monika temui, Ya dia tak lain adalah Alfian.
Demi apapun Alfian jauh lebih tampan dan gagah dibandingkan foto2nya, bahkan pria tersenyum manis pada Monika.
Dag...
Dig..
Dug
Tunggu mengapa jantungnya berdetak tak menentu?
Ada apa ini?
Tak mungkin dia jatuh cinta pada saudara kembar suaminya itu kan?
Dia belum pernah mengalami cinta pada pandangan pertama sebelumnya.
Monika membalas senyuman Alfian.
"Ada lagi yang mau aku bantu ambilkan?" seru Alfian ramah.
"Tolong ambilkan saus sambal itu satu lagi." ujar Monika kikuk.
Alfian Mengambulkan keinginan Monika.
"Terima kasih." Monika tersenyum.
Akhirnya Monika memutuskan untuk berpura-pura tak mengenal pria itu, Mungkin akan terasa aneh bagi pria itu saat mengetahui perempuan asing ditolongnya ini malah mengenalnya dan bersikap sok akrab.
"Sama-sama."
Alfian meninggalkan Monika, kembali melanjutkan kegiatan belanjanya sambil mendorong stroli.
Baru beberapa langkah tanpa terduga Alfian menengok kebelakang, tersenyum kembali pada Monika tentu saja Monika membalas senyuman pria itu.
Pria itu terlihat canggung, menggaruk kepala. "Jika kita bertemu lagi, apa boleh aku meminta nomermu?"
Dengan gugup pria itu akhirnya mengatakan maksudnya.
Monika terkejut sekaligus bingung, dalam hati bertanya mengapa tak minta sekarang?
Tapi lidahnya keluh untuk menanyakan hal itu.
Monika menganggukkan kepala.
Alfian tersenyum lega lalu melanjutkan perjalanannya.
Monika tanpa sadar terus menatap punggung pria itu hingga menghilang dari pandangannya.
Tbc