webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · Urbain
Pas assez d’évaluations
224 Chs

037 ( Perjalanan Dinas )

"Itu sekretarismu?" tanya Zack pura-pura tidak mengenal Aimee dekat. Meski mereka berdua memang sudah tidak dekat.

Alfin mengangguk.

"Ya. Anda benar. Dan sepertinya dia sedang bersama dengan gebetannya,"

Zack menatap datar.

Alfin kemudian mengajaknya bicara.

"Aku sudah mendapatkan izin dari Harry untuk menugaskan Aimee mengerjakan proyek Deluxe 2. Sehingga tidak ada alasan bagimu untuk meragukan pilihanku."

Alfin teringat pada ucapan Harry.

"Lalu, lusa. Tolong, atur jadwal Anda untuk mengadakan peninjauan lapangan di kota D. Kalian perlu menganalisa dan mengerjakannya langsung."

Zack bergidik dan hampir melupakan beberapa hal.

"Kota D?" gumannya baru sadar kalau kota itu akan menjadi kota tempat shopping center baru mereka akan dibangun.

Zack menyentuh pelipisnya dengan tidak tenang.

"Ada apa? Apa Anda sibuk pada hari itu? Atau Anda punya urusan lain?" tanya Alfin menyadari perubahan raut wajah Zack.

"Tidak,"

Zack menggeleng lemah. Mengulas senyum tipis dan bersikap profesional.

"Aku akan meminta sekretarisku mengaturnya. Lalu, jika begitu siapa saja dari perusahaanmu yang akan ikut serta?" tanya Zack balik.

Tidak ingin dugaannya menjadi kenyataannya. Meski kebenaran sudah ada di depan mata.

Alfin berucap yakin.

"Tentu, Aimee. Dia akan menjadi perwakilan perusahaanku dan 2 rekan kerjanya yang lain."

Zack mengawasi Aimee dari jauh.

Menyipitkan mata dan berwajah muram.

Zack mengangguk mengerti lalu pamit. Kembali ke kantornya dengan beberapa macam perasaan. Rasa sesak membuatnya mengendorkan dasi.

"Ada apa, Tuan? Apa ada masalah dan hal yang menganggu pikiran Anda?" tanya Lisa yang sejak tadi sudah mengawasi pergerakan bosnya yang tidak nyaman.

Zack mendesah. Berdiam diri sejenak lalu memilih kalimat yang tepat.

"Atur jadwal keberangkatan kita ke kota D. Karena kita perlu terjun langsung di 'Proyek Deluxe 2'."

Lisa mengangguk paham. Mencatatnya dalam agenda. Meski masih tidak paham apa yang membuat bosnya resah.

Zack menyadari tatapan bingung Lisa dan menjawab.

"Kota D adalah kota tempat tinggalku dulu bersama dengan Aimee. Aku hanya tidak ingin perasaan pribadiku mempengaruhi pekerjaan."

Lisa tidak berkata apapun lagi.

Memberikan ruang bagi Zack untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depannya. Dan mengingat-ingat lagi bagaimana Zack sudah memperingatkan Aimee untuk bersikap profesional dengan tidak mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaan.

***

Aimee sibuk mendengarkan bagaimana Borris bercerita soal kliennya yang cerewet dan banyak menuntut. Aimee terus berusaha meminta Borris untuk bersabar.

Karena ada berbagai macam tipe klien di dunia ini.

Dan Borris sebagai pengacara profesional tidak bisa pilih-pilih untuk membatasi klien yang datang padanya secara langsung.

Aimee mendadak teringat lagi bagaimana Zack memperingatkannya untuk bersikap profesional dengan tidak mencampuradukkan urusan pekerjaan dengan hubungan pribadi mereka.

Lamunan Aimee menyadarkan Borris untuk segera kembali ke kantor dan tidak menganggu pekerjaan Aimee lebih lama lagi.

"Baiklah. Sepertinya aku harus kembali karena waktuku tidak banyak dan aku tidak ingin terus mengganggu pekerjaanmu."

Mereka lalu berpisah, setelah Aimee menunjukkan jalan menuju ke parkiran mobil yang berjarak tidak terlalu jauh dari posisi mereka berdiri saat ini.

***

Doren mengejutkan Aimee ketika dia baru sampai di meja kerjanya. Menjulurkan kepalanya ke pembatas meja.

"Dia, pria yang bernama Borris?" tanya Doren sangat mendadak dan mengejutkan Aimee yang baru bernapas lega.

Aimee menyentuh dadanya.

"Astaga, Doren. Apa yang kau lakukan dengan mengejutkanku seperti itu? Kenapa kau begitu hiperaktif dan tidak terduga?" kelu Aimee.

Doren mengulas senyum manis.

"Aku hanya iseng. Dan kau dipanggil Tuan Alfin masuk ke ruangannya."

Hendak bertanya lebih banyak soal Borris. Sang duda beranak satu. Doren tiba-tiba ingat tujuan awalnya mendekati Aimee.

Sedangkan Aimee bergerak cepat melirik pintu ruangan Alfin yang tidak berada jauh dari letak mejanya.

Mendesah tak berdaya dan down kembali.

"Mau apa lagi dia?" rutuk Aimee, "Belum puas membuat hidupku susah? Sekarang dia ingin mengatakan sesuatu yang aku yakin hanya berisi masalah baru!"

Wajah Aimee mendadak ceria setelah memikirkan sesuatu.

"Sebentar. Apa jangan-jangan Alfin baru saja selesai bicara dengan Tuan Harry dan ingin mengabarkan berita baik padaku?" tebak Aimee dengan penuh harap.

Keceriaan ini membuat Doren mencibir.

"Aku juga tidak tahu! Kau masuk saja dan tenangkan pikiranmu. Karena sepertinya bukan hanya kau yang dipanggil."

Aimee melirik Doren.

"Siapa lagi yang dia panggil?" tanya Aimee.

"Aku dan Daryanto."

Aimee mengatupkan bibirnya.

"Kau dan Daryanto?" ulang Aimee.

"Ya. Dan kita tinggal menunggu Daryan kembali dari toilet untuk mengusir gugupnya sambil menghirup udara segar."

Aimee menenggelamkan wajahnya ke atas meja.

Merasa akan ada tugas baru yang harus dia kerjakan bersama dengan dua rekan kerjanya yang lain.

Daryan datang tidak lama setelah itu.

Menatap Aimee dan Doren bersamaan. Daryan langsung bertanya.

"Sudah siap?" tanyanya sambil mengangkat kedua alis dengan pasrah.

Doren dan Aimee menggangguk. Meski Aimee tidak merasa yakin.

"Menurutmu, apa yang ingin dia bicarakan dengan kita bertiga?" tanya Daryan yang belum pernah datang bertiga ke ruangan Alfin dengan Aimee dan Doren.

Aimee mengangkat bahu.

"Aku tidak tahu. Dan aku seperti punya firasat buruk."

Daryan sedikit bergidik. Menjauhkan diri dari Aimee dan tidak berharap kecemasan Aimee menjadi kenyataan.

Daryan adalah salah salah satu karyawan yang berada di divisi yang sama dengan Aimee dan Doren. Belum pernah ditugaskan bekerja bersama dengan Aimee dan Doren. Karena dia terbiasa bekerja di lapangan dan urusan eksternal.

Daryan mengetuk pintu ruang kerja Alfin lebih dulu sebelum meminta izin untuk masuk.

"Saya, Daryanto. Aimee dan Doren. Sudah ada di sini untuk menghadap Anda, Bos. Anda mencari kami?"

Alfin memutar kursinya dan mengangguk.

"Ya. Aku mencari kalian dan silahkan masuk. Lalu duduk di manapun yang menurut kalian nyaman."

Aimee mencibir dalam hati.

'Tidak ada tempat yang nyaman dan menyenangkan di ruanganmu, Tuan. Jadi apa aku lebih baik tidak usah duduk?'

***