webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · Urbain
Pas assez d’évaluations
224 Chs

019 ( Tamatlah sudah! )

Aimee mengendap-endap masuk ke meja kerjanya. Mengawasi sekeliling dan memantau semua orang. Terutama Alfin.

Pria itu tidak nampak.

Ruang kerjanya masih kosong dan Aimee yakin Alfin akan datang siang lagi hari ini. Aimee bernapas lega.

Tapi lagi-lagi lupa atau pura-pura lupa dengan jadwal bosnya.

Doren yang duduk tepat di samping meja kerja Aimee menatapnya heran.sudah melirik jam dan memastikan Aimee tidak datang terlambat lagi hari ini.

Kenapa Aimee masih saja bertingkah aneh dengan mengendap-endap seperti pencuri?

"Ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat seperti buronan? Kau bersembunyi dari seseorang?"

Terkejut ketika Doren mendadak menegurnya tanpa persiapan.

Aimee mengelus jantungnya.

"Doren! Kau mengejutkanku saja! Aku kaget setengah mati, tahu!" protes Aimee. Berpikir tidak akan ada satu orang pun yang memperhatikannya. Doren memang terkadang punya beberapa cara untuk membuat Aimee merasa takut tanpa dia sengaja.

Tertawa dan menggeleng. Doren menunjukkan wajah bingung.

"Ada apa? Kau dikejar debt collector?" tanya Doren dengan tuduhan yang baru terpikirkan.

Aimee menatapnya tajam dan mendesis.

"Hush! Bicaramu kenapa begitu? Aku tidak punya hutang pada siapapun!" Aimee menggeleng tak percaya.

Kenapa tingkah anehnya disamakan dengan sikap seorang kreditor yang menunggak hutang?

Doren tersenyum.

"Salahmu sendiri! Kenapa datang ke kantor seperti mengendap-ngendap?"

Mengamati Aimee dari atas hingga ke bawah. Doren menambahkan.

"Lalu, style pakaian macam apa yang sedang kau pakai sekarang? Kekinian?" sindir Doren halus.

Memeriksa penampilannya sekali lagi. Aime pura-pura bodoh.

"Ada apa dengan penampilanku? Memangnya aneh?" tanya Aimee balik.

Berdecak kagum dan tidak percaya. Doren memberikan tatapan aneh.

"Kau masih sanggup bertanya?" balas Doren, "Sangat buruk dan paling buruk diantara yang terburuk!"

Aimee menatap Doren kecut.

"Berhenti bicara berlebihan dan jawab saja pertanyaanku!" pinta Aimee.

Berbicara serius dan mengecilkan volume suaranya.

Aimee berbisik.

"Apa bos muda sudah datang?" tanya Aimee pelan.

Suara sang subjek langsung terdengar.

"Aimee!!!" berteriak kencang dan mengejutkan semua orang.

Suara yang sangat familiar itu bergema dimana-mana.

Membuat bukan hanya Aimee yang terkejut lalu menoleh. Tapi semua orang yang hadir dan baru memulai pekerjaan mereka, terkejut lalu ikut menatap Alfin.

Merintih sedih dan merasa dunia tidak adil.

Aimee merasakan hatinya dihujam puluhan pisau tajam dan nasibnya berada di ujung tanduk.

Dengan sikap senatural mungkin, Aimee masih terus berusaha netral.

"Yes, Pak Bos! Anda mencari saya?" jawab Aimee penuh kepasrahan dan tersenyum datar.

Baru saja menduduki kursi kenyamanannya selama 5 menit.

Pengganggu ini datang!

Berdiri dengan tampannya mengenalan kemeja abu-abu nude dan celana hitam ber-ikat pinggang. Rambut disisir rapi dan tatapan penuh ketajaman hanya ditujukan pada Aimee.

Alfin menunjuk-nunjuk Aimee.

"Kau! Kemari!" serunya memanggil.

Bergeming sejenak ketika pakaian kacaunya tidak berhasil menutupi identitasnya.

Aimee berjalan gontai ke arah Alfin.

Memaksa Alfin yang sudah ingin mengerjai Aimee dengan berakting marah akibat ulah Aimee semalam, mundur beberapa langkah.

Bergidik, menaik turunkan alis, dan seolah tidak mengenali Aimee. Alfin berucap dingin.

"Apa yang kau lakukan dengan penampilanmu? Kau baru pulang dari perjalanan jauh?" tanya Alfin setengah histeris.

Mungkin kedinginan. Itu sebabnya, Aimee mengenakan sweater tebal model turtle yang menutupi lehernya hingga ke atas.

Jaket bertudung hitam yang belum Aimee lepas karena baru saja tiba. Tapi sudah diinterogasi dan dicurigai oleh Doren.

Aimee juga sengaja mengenakan rok panjang berwarna hitam untuk menutupi seluruh kakinya, kecuali sepatu heels-nya. Yang mungkin bukan karena sengaja, hanya saja, memang sepatu heels ini yang Aimee miliki untuk bekerja.

Sepatu Aimee masih berwarna nude.

Belum berganti sejak satu tahun karena masih layak pakai dan nyaman.

"Apa-apaan ini?" Alfin menggerutu lagi.

Tidak pernah senang setiap kali ada pegawainya yang memiliki penampilan buruk. Citra Alfin sebagai atasan, entah bagaimana jadi tercoreng.

Terus menatap Aimee dari atas hingga ke bawah. Alfin tidak ingin melewatkan satupun keanehan cara Aimee dalam berpakaian.

Apa Aimee masih waras?

Kenapa dia berpakaian seperti itu?

Efek mabuknya masih berlanjut dan berkepanjangan??

Tidak memperhatikan tatapan Alfin yang menghina penampilannya. Aimee sibuk mendesah.

"Saya tahu, saya salah. Saya minta maaf. Dan saya tidak akan mengulanginya! Saya berjanji."

Aimee mengangkat satu tangan untuk mengikarkan sumpah.

Alfin mendadak kehilangan mood untuk menegur keras Aimee.

Menutup matanya dengan satu tangan karena berat menerima penampilan Aimee yang luar biasa.

Alfin memanggil Doren.

"Doren!"

"Ya, Bos!" respon Doren cepat.

Maju ke depan dan berjalan mendekat.

Alfin memberikan perintah.

"Urus penampilannya sekarang juga dan segera. Kita ada meeting pagi dan aku tidak ingin Aimee menjadi pusat perhatian."

Alfin lalu bergerak ke samping untuk menatap lurus Aimee.

"Lalu, kau! Setelah jam makan siang, temui aku dan kita bicara empat mata!"

Selesai mengeluarkan perintah, Alfin berjalan pergi meninggalkan ruangan.

Masuk ke ruang kerjanya dan meninggalkan Aimee yang lemas.

"Tamatlah sudah!" ucap Aimee hilang semangat dan masa depan cerah.

Ingin memutar waktu tapi tidak memiliki kemampuan itu. Doren menekan pundak Aimee agar berusaha kuat.

"Ayo, Aimee. Aku buat kau sadar dan intropeksi diri. Kita pergi ke toilet sebelum meeting dimulai."

Mengangguk setuju dan ikut kemanapun Doren membawanya.

Doren tidak berhenti mengomeli Aimee.

"Apa sih yang sebenarnya sedang kau pikirkan? Kenapa kau terus saja membuat ulah dan kau tidak sadar kesalahan apa yang aku perbuat?"

Menunggu Aimee berganti pakaian dan menyiapkan perlengkapan serta peralataan yang Aimee butuhkan untuk merapikan penampilannya.

***