webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · Urbain
Pas assez d’évaluations
224 Chs

015 ( Jujurlah )

Tersenyum kecut dan sedikit tertawa.

Aimee sibuk mengingat-ingat.

Apakah dia punya teman untuk dia ajak mabuk bersama?

Semua temannya sudah menikah dan punya keluarga sendiri.

Lalu, Aimee yang baru 5 tahun berada di kota ini. Apakah akan mudah punya banyak teman setelah usia tua-nya terus bertambah. Dia belum juga menemukan pasangan yang cocok karena komitmennya.

Lalu, jika para wanita seumurannya membicarakan soal pacar, suami, mertua, atau bahkan anak mereka. Apakah jika Aimee bisa berada di tengah-tengah mereka.

Dan, apakah dia akan punya topik yang nyambung untuk dibicarakan?

"Aku ada di rumah, Bos! At home!" Ucap Aimee keras hati dan cemberut.

Alfin menyentuh keningnya dan tidak ingin menduga-duga. Tapi tetap terus meladeni Aime.

"Kalau begitu, kenapa kau harus mabuk-mabukan seorang diri? Ada orang lain sedang bersama denganmu sekarang?"

Tahu dengan baik Aimee hanya tinggal seorang diri. Alfin melanjutkan.

"Jika tidak, kenapa kau harus melakukan hal aneh dengan mabuk? Padahal kau sadar besok masih harus bekerja."

Alfin kini mulai curiga.

Mungkinkah karena mabuk juga, hari ini Aimee datang terlambat?

Hal yang wajar bagi Alfin jika dia melihat seorang karyawan datang terlambat ke kantor.

Tapi Aimee hampir tidak pernah masuk sesiang itu.

Pernah beberapa kali terlambat. Tapi tidak pernah datang terlambat melebihi waktu kedatangan Alfin yang berubah-ubah.

Alfin tidak tahu kalau Aimee baru saja bermimpi buruk. Dan kesulitan bangun keesokkan paginya.

"Aku tidak mabuk, Bos. Aku hanya minum sedikit. Sangat sedikit. Mungkin 3 teguk? Atau dua, ya?"

Menggeleng dan berusaha menyadarkan diri. Aimee melanjutkan ucapan kacaunya.

"Tapi, entah kenapa kepalaku terasa aneh dan ringan? Seperti, semua masalahku terbang. Tapi juga tidak pergi kemana-mana."

Aimee memberi penambahan lagi pada kata-katanya.

"Lalu, kalau menurut Bos. Apa yang terjadi padaku?!" tanyanya polos.

Ingin tertawa tapi rasanya tidak etis. Alfin menjawab dengan sangat cepat.

"Tentu saja kau mabuk! Memangnya seorang Aimee akan menghubungiku malam-malam begini? Bertingkah aneh dan bicara tidak jelas!"

Alfin menghembuskan napasnya dengan sembarangan.

"Sekarang katakan. Kenapa aku harus menarikmu jauh dari Proyek Deluxe? Kau sudah bosan bekerja denganku?" tanya Alfin.

Jarang bicara serius dan lebih sering bercanda ketika itu adalah cara terbaik bagi Alfin untuk tidak memusingkan banyak hal.

Terlebih jika lawan bicaranya sangat menyenangkan untuk diganggu dan dijahili. Seperti sepupunya, Harry Miles. Lalu terkadang, Alfin juga senang menggoda Aimee.

Situasi aneh ini, tidak membuat Alfin tergoda untuk bercanda. Karena proyek penting Harry yang dipertaruhkan.

Tapi, tanpa Alfin rencanakan. Pertanyaannya memang berkesan main-main.

"Anda ingin saya jujur?" tanya Aimee.

Tidak sadar bicara melantur. Dan besok ketika dia bangun, Aimee pasti akan sangat syok.

Tidak berani bertatap muka dengan Alfin dan mengubur dirinya sedalam mungkin ke dalam tanah.

Alfin tanpa sadar melupakan rasa kesepiannya ditinggal Isabella.

Sibuk mendengar ucapan kacau yang Aimee lontarkan malam-malam tanpa tujuan yang jelas.

Oke. Tujuan Aimee sepertinya ada.

Yaitu, tidak ingin terlibat dalam proyek Deluxe.

Tapi apa alasan dan pemicunya. Alfin sama sekali tidak tahu.

Dan mungkin akan mencari tahu ketika Aimeee sudah sadar. Meski ketika seseorang sedang mabuk, kejujurannya sebagian besar lebih bisa dipercaya.

"Silahkan jujur, Aimee. Aku tidak melarangmu untuk berbohong atau menahan kegundahanmu. Siap menjadi pendengar dan bos yang baik,"

Tawa geli Aimee menyeluak.

"Hahaha.. Anda percaya diri sekali mengatakan hal itu! Siapa yang akan percaya, jika Anda mengatakan bahwa Anda adalah bos yang baik?" sindir Aimee dengan nyali besar.

Menaikkan sebelah alis dan keberatan.

Alfin sepertinya harus menarik asumsinya soal orang mabuk pasti berkata jujur.

Perkataannya mereka kacau dan tidak bisa dipercaya.

"Lalu, jika aku bukan orang baik? Aku orang yang seperti apa?" tanya Alfin mengikuti ritme Aimee.

Tidak pernah bertanya langsung pada bawahannya.

Dan mungkin saat ini adalah pertama kalinya Alfin mendengar komentar langsung dari mereka.

Aimee yang sudah tidak bisa membedakan mana yang benar harus dia lakukan dan tidak, menimbang-nimbang jawabannya dengan serius.

"Ehm.. Anda adalah bos yang sangat menyebalkan!!"

Tertawa mengejek lalu tidak membantah.

Alfin menanggapi kelancangan Aimee dengan pikiran terbuka.

"Begitukah? Kau memahamiku sangat baik! Lalu?" tanya Alfin mencari tahu lebih lanjut.

"Lalu?" suara Aimee mengambang.

menggantungkan ucapannya dan menjadi kesal karena harus terus berpikir.

"Aku tidak tahu! Pokoknya Anda sangat menyebalkan karena sudah melimpahkan pekerjaan Anda tanpa henti padaku!" protes Aimee tanpa penyaring.

Aimee menurunkan nada bicaranya.

"Sudah tahu aku bukan sekretaris yang pintar! Anda dengan sangat tega menugaskan saya pekerjaan rumit! Pergi bersenang-senang dengan pacar-pacar Anda. Lalu menyiksa saya!"

Alfin terus menunjukkan kesabarannya. Tidak merasa tersinggung atau lelah mendengarkan keluhan Aimee.

"Tapi, daripada itu semua. Bisakah saya memohon satu hal? Jangan libatkan saya dalam proyek ini! Saya tidak ingin dipecat dan saya tidak ingin masuk neraka!!" pinta Aimee sungguh berasal dari sanubarinya yang terdalam.

Alfin mengelus dada dan menghembuskan napasnya kasar. Berpikir cepat dan membuat kesimpulan akhir.

Fix!

Wanita ini sudah mabuk dan aku lebih tidak usah meladeninya!

Dia hanya kelelahan karena aku terlalu banyak memberikannya pekerjaan.

Tapi, apakah aku sekejam itu?

Pekerjaan yang aku berikan seberat itu?

Aimee tidak percaya diri untuk bisa menyelesaikannya?

Atau.. dia takut Harry berekspetasi tinggi dan kecewa dengan hasilnya?

Hah!

Manusia satu itu!

Memang tidak pernah bisa membuat orang lain bisa merasa nyaman?!

Tidak bercermin dan mencari kambing hitam.

***