webnovel

Situasi Akhir

Veus memimpin pasukan dan menghancurkan seluruh barisan pertahanan Kerajaan Arannor. Dinding mereka tertembus dan gerbang mereka tidak lagi mampu menahan gelombang serangan yang diluncurkan oleh Veus. Dengan kekalahan yang dialami oleh Westian, moral musuh menjadi anjlok. Veus merasakan perubahan angin dan gelombang di perang ini. Dengan merasakannya dan memperhatikan situasi di sekitarnya, dia memberikan perintah terakhir untuk menyerang dan mengakhiri perang ini.

"Ledakan sebelumnya. Perubahan ini terjadi karena ledakan itu. Baguslah. Ini merupakan waktu yang sangat baik." Veus tidak melihat kesempatan yang muncul ini penuh dengan risiko. Dia melihatnya sebagai sebuah peluang yang tak bisa dia abaikan.

Pasukannya mengambil alih dinding dan gerbang. Mereka mulai masuk ke area dalam dan bergegas ke arah istana. Mereka tak menjarah ataupun membunuh para penduduk sipil. Namun, mereka tidak ragu menebas mereka yang mencoba melakukan perlawanan.

Ketika pasukannya melenggang masuk dengan mudahnya. Veus tersenyum penuh arti. Dia memperhatikan seluruh situasi dengan tenang dan mengamati setiap kejadian yang terjadi di sekitarnya. Dalam jarak pandang matanya, dia menyaksikan pasukannya merangsek dan menerobos setiap pertahanan yang tersisa hingga mereka tiba di depan tembok istana.

"Apa yang terjadi? Mengapa ini terlihat begitu mudah dan aku tidak melihat sedikitpun perlawanan dari mereka. Ini memang hal yang baik, tapi apa penyebab dari situasi yang kelam di sisi mereka?" Veus bertanya-tanya ketika dia memegang keunggulan mutlak dalam penyerangan tersebut.

Pasukannya mengelilingi tembok istana dan mulai mengangkat tangga satu per satu dan menaikinya. Veus memperhatikannya dengan cermat. Ketika pandangannya tertuju pada kerumunan prajurit yang tak beranjak dari posisinya dalam waktu yang cukup lama. Dia menemukan alasan dari tindakan mereka yang cukup mengganggunya. Di tengah-tengah mereka, terbaring seorang pria dengan wajah yang sangat pucat, dan ketika dia memperhatikannya lebih teliti lagi, seketika itu jua ekspresinya berubah total menjadi kekhawatiran.

"Sial!! Bagaimana ini bisa terjadi. Sial!!" Sambil mengumpat tanpa henti Veus melesat pergi meninggalkan posisinya dan bergegas mendekati Voran yang dikelilingi oleh para prajurit. Dia tak menduga akan melihat situasi yang begitu buruk di waktu mereka telah mengungguli lawannya secara mutlak dan saat ini sedang melancarkan serangan akhir.

Siapa yang tidak khawatir saat melihat tuan mereka terluka cukup parah dan tak diketahui bagaimana keadaannya secara pasti. Veus tak memikirkan hal lain saat dia bergegas ke Voran. Ketika dia berada di sana, segera dia menanyakan apa yang terjadi pada Voran.

"Bagaimana Yang Mulia bisa berada dalam kondisi seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Apakah ada dari kalian yang mengetahui apa yang terjadi di sini?" Cercaan pertanyaan langsung keluar dari mulutnya begitu Veus tiba di sisi Voran. Dia juga memeriksa kondisinya dan merasakan jika ki di dalam tubuh Voran berfluktuasi dengan gila dan ganas. Ketika dia merasakan luapan ki di dalam tubuh Voran, dia tahu situasinya sangat buruk.

Salah seorang prajurit yang kebetulan menyaksikan pertarungan antara Westian dengan Voran pun menyampaikan apa yang dia lihat dengan detail. Dia tak melewatkan sedikitpun adegan yang terjadi, termasuk benturan ki yang dahsyat hingga menghancurkan beberapa bangunan. Di samping itu, dia juga menceritakan apa yang sebelumnya terjadi pada Voran tepat sebelum pertarungan terjadi.

"Begitu. Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Yang Mulia? Kenapa kau memaksakan diri hingga seperti ini. Setiap orang yang dekat dengan Raja tahu bila seorang Raja memiliki kekuatan atau berkah tersendiri yang disebut dengan King's Power. Meski kemampuan ini akan meningkatkan kekuatan sang raja, tetap saja harga yang harus dibayar tidaklah kecil."

"Seharusnya kau cukup menyerap sesuai kemampuanmu dan membiarkan kami membereskan sisanya. Sekarang kau terluka, jika pasukan mengetahuinya, moral mereka akan hancur meski kemenangan sudah ada di depan mata." Veus memasang wajah penuh kekhawatiran dan dia tidak bisa menyembunyikannya bahkan untuk sedetik saja.

Setelah itu dia meminta para prajurit untuk membawa Voran ke salah satu rumah dan menjaganya. Dia tak bisa meninggalkan medan perang terlalu lama. Selain itu, dia juga memerintahkan salah satu prajurit untuk menginformasikan situasi di medan perang kepada Larsson. Veus berpikir untuk menyelesaikan perang ini dengan cepat dan dengan bantuan Larsson semua itu bisa terwujud.

Saat dia kembali fokus pada pengepungan istana yang terlindungi oleh sebuah tembok yang kuat. Veus melihat tembok itu mulai diduduki oleh pasukannya. Kekhawatiran yang sebelumnya memenuhi dirinya mulai lenyap saat dia menyaksikan puing-puing kekalahan pihak lawan yang sudah semakin terlihat nyata. Tak berselang lama, dia melihat Larsson yang tiba-tiba saja muncul di dekatnya sambil memasang wajah yang ganas.

Tidak ada kata maupun suara yang keluar dari Larsson. Dia hanya memberikan tatapan mata yang sangat dingin dan dipenuhi dengan nafsu membunuh. Auranya meledak dengan hebatnya dan memenuhi ruang di sekitarnya hingga memberikan tekanan yang tidak masuk akal. Veus merasakan tekanan yang dikeluarkan oleh Larsson hingga membuat dia mengeluarkan keringat dingin.

"Apa-apaan tekanan ini? Seberapa kuat sebenarnya Larsson ini? Tekanan ini bisa meruntuhkan moral seluruh pasukan jika dia berada di pihak musuh. Aku … bagaimana caraku bisa mencapai tingkat yang sama dengannya? Dengan dia mengeluarkan tekanan dan aura ini, maka dia akan menyerang secara habis-habisan sekarang. Ini sangat membantu meski menakutkan."

Begitu Larsson selesai memindai situasi yang tengah terjadi di medan perang. Dia segera bergegas meninggalkan Veus dan melesat bagaikan badai langsung menuju ke istana. Tidak ada ekspreis lain selain niat membunuh dan kedinginan yang menusuk tulang ketika dia melompati beberapa bangunan. Tidak ada yang menahannya bahkan angin memberikan dorongan yang makin meningkatkan kecepatan gerak kakinya.

Saat dia tiba di atas tembok, pijakan kakinya menghancurkan ruang di atas tembok. Dia mengeluarkan pedangnya dan menebasnya dengan gerakan memutar lingkaran penuh. Para prajurit yang ada di sekitarnya tertebas menjadi dua bagian tak terkecuali mereka yang baru saja menginjakkan kaki di bagian atas. Hujan darah terjadi sedetik saat dia sampai. Lepas itu, dia turun ke istana dan memulai pembantaian dan menciptakan danau darah.

Tak peduli tua, muda, prajurit atau bukan. Siapapun yang ada di hadapannya ia bunuh hingga dia masuk ke dalam istana dan menemukan Westian yang terbaring dan dilindungi oleh berbagai macam orang. Tanpa banyak bicara ia menghabisi mereka semua hanya dalam beberapa detik. Tindakannya itu memudahkan Veus mengambil alih istana dan di waktu tersebut perang telah berakhir dengan gunungan mayat dan kehancuran di kedua belah pihak.

Di tempat lain, perang yang berkecamuk itu memberikan kesempatan pada beberapa orang untuk mengangkat banner mereka. Di samping itu, beberapa kerajaan yang memantaunya pun mulai mengambil sikap. Salah satunya Kerajaan Elaydric yang sebelumnya telah Voran coba untuk membangun hubungan yang baik.