webnovel

Perang Pembalasan VII : Akhir I

Voran merasakan peningkatan ki di dalam tubuhnya dan dia tak beranjak dari posisinya meski mendengarkan tabuhan genderang perang sekaligus melihat sinyal dari bendera. Dia diatas kudanya sambil menyerap energi yang ada di sekitarnya, mengumpulkannya ke dalam tubuhnya sambil menatap para prajurit yang berjalan maju dengan formasi. Larsson pun turut serta dalam gerakan tersebut, dia berkuda dengan punggung tegak dan santai.

"Peningkatan … ini benar-benar meningkat. Aku merasa lebih kuat, kekuatan ini … aku berada di tahap 1-3. Kecepatan macam apa ini? Meski aku merasa kuat, energi yang masuk ke dalam tubuhku tidak murni. Ini begitu kotor, aku perlu membersihkannya dan memurnikannya kembali sebelum menggunakannya. Jika aku memaksa menggunakannya, pasti aka nada efek sampingnya. Huft … kemampuan yang menarik. Pria ini … dia memiliki kekuatan yang tak terduga."

Saat dia selesai menyerap energi yang berputar di sekitarnya, dalam sekejap mata sebuah gelombang udara yang cukup kuat keluar dari tubuhnya dan menghempaskan apapun yang ada di sekitarnya. Matanya terbuka dengan lambat dan menunjukkan mata yang jernih tapi diselimuti cahaya yang berbahaya. Dia mengarahkan pandangannya kea rah medan perang, lebih tepatnya ke arah Selek Valaunter berada.

"Mereka sudah memutuskan pertempuran ini! Tidak menahan diri dan memilih untuk menuntaskannya secepat mungkin. Perang ini tak akan berlarut-larut. Satu cara tercepat untuk membuat mereka lemah dan mengakui keunggulan pasukanku, tangkap atau kalahkan Selek Valaunter, sang jenderal tua! Meskipun itu tidak mudah, tapi perlu dilakukan. Aku bisa menyerap energi di sekitarku, ini menjadi keuntungan absolutku!"

Tak ada ekspresi apapun di wajah Voran saat dia menghentakkan kakinya ke kuda dan berkuda ke arah pasukan yang sedang bertempur dengan intensnya. Di waktu bersamaan, matanya tertuju pada Larsson yang membunuh puluhan prajurit hanya dengan sebuah pukulan, bahkan Larsson tak menarik keluar senjatanya. Dia berkuda pelan dan melepaskan pukulan yang dipenuhi dengan ki serta tekanan yang sangat besar.

"Sekuat inikah tahap 3-0? Ini sangat mengejutkan. Dia menjadi pembeda yang sangat besar dan mampu mengendalikan pertempuran sesuai dengan kehendaknya. Aku tidak tahu seberapa tinggi kultivasi Selek Valaunter, dengan adanya Larsson di sisiku, aku yakin dia bisa mengatasinya. Saat ini, aku hanya perlu fokus meningkatkan kekuatanku dan mengakhiri perang ini!"

Voran mulai mempercepat langkahnya, dia menarik pedangnya keluar. Begitu dia dekat dengan para prajurit, dia langsung menebaskan pedangnya. Beberapa prajurit tertebas dan tubuhnya terpotong menjadi dua bagian. Kecepatannya tidak menurun, dia terus mempercepatnya dan menebaskan pedangnya. Para prajurit yang mencoba mendekatinya tak bernasib baik. Mereka semua tertebas dan terpotong-potong.

Selek Valaunter yang melihat formasinya dikacaukan oleh seseorang tidak bisa menerimanya. Dia mengerti betul jika situasi ini dibiarkan saja, pasukannya akan kalah. Menemukan posisinya tak diuntungkan, Selek Valaunter tak lagi bisa diam. Dia turun dari posisinya dan masuk ke dalam medan perang. Meski hanya karena satu orang semata, dia tahu dia tak bisa menganggapnya sebagai satu orang saja, melainkan sebuah pasukan yang jauh melampaui pasukan biasa.

"Hanya Grim Larsson yang memiliki kekuatan sebesar ini. Jika dia turun dan memimpin pasukan, maka-" Selek Valaunter menatap kejauhan sambil memikirkan sebuah kemungkinan dan dia menghela nafas saat merasa itu pasti terjadi. "Yah, tak diragukan lagi … Sang Raja turut serta dalam perang ini. Menarik … bagus sekali, dengan begini, semua bisa terselesaikan dalam perang kali ini dan tak perlu ada perang lain antara kerajaan dengan mereka!"

Selek Valaunter mengeluarkan senyum penuh arti saat melihat medan perang. Ia memacu kudanya dengan pelan. Tombaknya memancarkan haus darah yang kuat, dia mengeluarkan auranya yang memancarkan warna merah, dan langkah kudanya begitu stabil meskipun aura membunuhnya menyelimuti sekujur tubuhnya. Dia sama sekali tidak memiliki kekhawatiran saat memutuskan untuk masuk ke dalam pertempuran. Walaupun tahu bila Grim Larsson merupakan seseorang yang berbahaya, dia tak takut, kultivasinya cukup memadai untuk berhadapan dengannya.

Ia melibatkan dirinya dalam pertempuran secara langsung dan bergegas menuju ke Grim Larsson yang terus menghabisi prajuritnya. Dia tak bisa membiarkan semua itu, para prajurit tak bisa terus berkurang dan terbunuh oleh Grim Larsson. Sisi kiri dan kanannya tak begitu baik, dan dia menaruh banyak perhatian pada tengah dan pasukan terkuatnya juga berada di sisi tengah termasuk Mival Belloc 'Sang Brigadir Kematian'.

Selek Valaunter telah memeriksa situasi di sisi tengah dan dia tak menemukan keberadaan Voran. Oleh karena itu, perhatiannya langsung tertuju pada Grim Larsson. Ia memberikan tantangan melalui aura yang dia lepaskan, termasuk dengan nafsu membunuh yang sangat kuat. Perlahan tapi pasti, dia memacu kudanya lebih cepat lagi saat jalan terbuka. Tombaknya terangkat tinggi dan memancarkan perasaan menindas yang kuat.

"Selek Valaunter memasuki medan perang. Tunjukkan semangat kalian!! Jangan gentar terhadap mereka. Berjuang dan bertarunglah untuk kehidupanmu sendiri! Serang!!" Selek Valaunter mengangkat moral pasukannya yang mulai turun setelah Grim Larsson menghancurkan mereka. Dengan ucapannya serta tindakannya, semangat para prajurit segera meledak dan terlihat dari teriakan mereka. "Uah!!!"

Senyum yang mempesona tak hilang dari wajah Grim Larsson saat dia mendengar suara itu. Dia memukul ke arah kanan dan melibas belasan prajurit yang ada di sisi tersebut. "Akhirnya kau keluar juga, Valaunter. Perang sebelumnya tak bisa kau hitung sebagai kemenangan. Aku taka da di sana dan sekarang, inilah perang yang sebenarnya!"

Sontak saja, setelah dia mengatakannya, aura meledak keluar dari tubuhnya dan menghempaskan segala sesuatu di sekitarnya, menciptakan sebuah ruang kosong. Dia tak bergerak dan tetap di posisinya menunggu kedatangan Selek Valaunter yang memacu kudanya secepat mungkin. Ruang kosong itu tampak seperti sebuah arena yang tersedia untuk mereka. Grim Larsson membusungkan dadanya dan memberikan tatapan membunuh.

Begitu mereka berhadapan, atmosphere di tempat itu segera berubah dan menjadi lebih berat serta intens. Sulit untuk siapa saja bernafas dengan lancar ketika masuk ke dalam ruang kosong itu. Tak ada yang menyembunyikan kekuatannya. Selek Valaunter mengeluarkan kekuatan yang besar dan tekanan yang mengalir keluar dari tubuhnya sangat menindas. Begitu juga dengan Grim Larsson, bahkan udara di sekitarnya tampak terdistorsi.

"Grim Larsson!! Siapa sangka kau akan datang dan muncul dalam perang ini! Kemenanganku waktu itu … rasanya belum lengkap. Dengan melenyapkanmu dan memenangkan perang ini, semuanya akan terpenuhi. Tombak ini … aku pastikan akan menghujam dan menghancurkan jantungmu!!" Selek Valaunter berbicara dengan suara rendah serta dingin. Matanya menyipit tajam dan seketika itu juga auranya meningkat tajam dan menekan segalanya.

"Ingin menghabisiku? Berapa kali kita bertemu, Valaunter? Tidak hanya sekali atau dua kali. Seingatku … kau tak pernah meraih kemenangan dariku dan selalu kabur. Sekarang!! Aku jauh lebih baik dari waktu itu dan kau berpikir bisa mengalahkanku? Jangan bermimpi, Valaunter!! Menyerahlah selagi aku masih bersikap baik. Menyerah dan jatuhkan senjatamu saat ini juga!!" Grim Larsson mengucapkannya dengan lantang. Suaranya yang keras menggema ke seluruh medan perang hingga menghentikan pertempuran untuk beberapa detik.

Walaupun Grim Larsson tak beranjak dari posisinya, Selek Valaunter merasakan penindasan yang jauh lebih kuat. Ada sebuah getaran yang menghantam tubuhnya dan membuatnya berkeringat dingin. Dia tahu jika lawannya memiliki kultivasi di atasnya. Namun, itu tidak menjadi sebuah alasan untuknya menyerah begitu saja. Memintanya menurunkan senjata itu sama dengan memintanya menanggalkan kehormatannya sebagai seorang Marshal sekaligus Pilar Kerajaan.

"Menyerah? Kau ingin aku menanggalkan kehormatan serta tanggung jawabku?" Auranya meningkat drastis dan sangat menindas setelah dia mengatakan hal tersebut. Selek valaunter memutar tombaknya melewati tubuhnya, seketika saja udara terdistorsi, dan dia memberikan tatapan menantang pada Grim Larsson. "Aku tak akan menyerah ataupun mundur. Lebih baik mati daripada menyerah!"

Grim Larsson tak membalas perkataannya, ia memacu kudanya dengan cepat dan sontak saja udara terhempas ke seluruh arah. Dia sama sekali tak menarik pedangnya. Begitu dia bergerak, di waktu yang sama, Selek Valaunter memacu kudanya dan memutar tombaknya. Dua gelombang yang sangat kuat tiba-tiba saja muncul dan memorak-porandakan area tersebut.

Sebuah pukulan energi bertemu dengan ayunan tombak yang digdaya menghasilkan gelombang kejut yang menghempaskan segala hal. Grim Larsson melompat dari kudanya dan memutar tubuhnya sambil melepaskan tinjunya. Selek Valaunter tak tertinggal olehnya dia juga melakukan hal yang sama dan mereka saling melepaskan serangan saat melayang.

Dunia seperti berhenti sesaat saat mereka berdua bertarung di udara. Ledakan energi dan suara bising terdengar dari mereka. Para prajurit yang melihat pertarungan itu hanya bisa menelan ludah. Percikan-percikan energi yang terhempas dari setiap serangan mereka membentur udara dan merusaknya. Grim Larsson memiliki kilatan petir di setiap pukulannya, sedangkan Selek Valaunter mengayunkan tombaknya secepat kilat.

Grim Larrson mengeluarkan pedangnya setelah menendangnya dan mengirim sebuah pukulan kuat. "Bertahanlah dari ini, Selek Valaunter! First Step of Lightning Fist!" percikan kilat muncul di tangannya saat dia mengirim sebuah pukulan sesaat sebelum dia menarik pedangnya keluar.