webnovel

Perang Pembalasan III : Dataran Verus

Pasukan dari kedua belah pihak mulai mendekati Dataran Verus. Setelah menerima laporan dari pengintai, Voran melihat memahami seluruh situasi yang akan dia hadapi. Pasukan Kerajaan Arannor dipimpin oleh Sang Marshal, Selek Valaunter. Saat dia mendengar hal ini, ia menjadi gelisah, tapi dia menutupinya dengan raut wajah yang tenang.

"Selek Valaunter, kah? Dia memang masalah. Pada perang sebelumnya mereka bisa mengalahkan kerajaan karena taktik pria ini. Selain dari sisi kita sendiri yang tidak mengerahkan seluruh kekuatan, sedang mereka tak main-main ketika itu, kontribusi Selek Valaunter memang tidak bisa diabaikan. Saat ini hanya Veus dan Larsson yang bisa mengimbanginya secara kekuatan. Namun, aku takut mereka memiliki senjata rahasia yang tak digunakan pada perang sebelumnya!"

Voran tak bisa mengabaikan Valaunter meski pria itu sudah berumur. Kekuatan akan selalu bersanding dengan pengalaman, dan terkadang pengalamanlah yang lebih unggul. Saat ini Voran tidak memiliki kekuatan serta pengalaman, dia seperti selembar kertas kosong. Laporan para pengintai memberikan informasi yang cukup untuknya dan dia merasa bisa tenang saat ini.

Memanglah benar jika musuh memiliki kekuatan yang tak kalah besar darinya, tapi mereka harus waspada dan hati-hati ketika perang terjadi. Sedangkan, dia merasa tak seperti itu, separuh dari pasukan yang dia bawa tak berada dalam kendalinya bahkan bukan termasuk prajuritnya. Oleh karena itu, dia tidak ragu untuk mengirim mereka ke gerbang kematian.

Perjalanan memakan waktu yang tak sebentar, begitu mereka tiba di Dataran Venus. Mereka melihat hamparan tanah yang luas dan kosong, beberapa bukit kecil juga terlihat. Voran bergegas memerintahkan pasukannya untuk membangun kamp dan mengirim sebagian kecil pasukan bangsawan untuk mengintai situasi dan keadaan di dataran. Meski perang pasti terjadi, Voran berpikir jika pihak yang akan diuntungkan ialah mereka yang melancarkan serangan pertama.

"Veus, berikan perintah pada pasukan para bangsawan untuk bersiap. Mereka akan kita kirim ke medan perang sebagai pasukan pelopor. Mereka harus menyerang ketika musuh belum siap, tepatnya ketika mereka tiba di sini. Sebelum mereka membangun kamp, kita harus mengacaukan mereka, dan mengambil keuntungan!"

Di atas kuda, Veus mengangguk. Dia mengerti rencana yang ingin Voran jalankan. Menyerang musuh ketika mereka baru tiba setelah melalui perjalanan panjang yang melelahkan. Kondisi musuh akan sangat buruk dan kelelahan dengan sebuah harapan untuk beristirahat tapi yang mereka dapatkan malah sebuah serangan mematikan. Sebuah harapan yang berubah menjadi petaka, ketika memikirkannya, Veus tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Apalagi, mereka akan menggunakan pasukan yang memang ingin mereka hancurkan.

"Baik, Yang Mulia. Aku akan menyelesaikannya secepat mungkin. Anda bisa menenteramkan pikiranmu, aku tidak akan gegabah dalam tugas ini. Sebelum aku melakukannya, harap untuk Yang Mulia mengerti jika lawan yang kita hadapi ini bukan lawan yang mudah. Selek Valaunter, dia merupakan satu-satunya pilar Kerajaan Arannor yang banyak dikenal orang dan dia juga seseorang yang memiliki kemampuan mengatur sebuah taktik yang menakutkan."

Begitu dia menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, Veus segera meninggalkan Voran dan mengatus pasukan yang akan mereka kirim menuju ke medan perang. Di sisi lain, Voran menghabiskan waktunya untuk memperhatikan situasi di kampnya. Dia mengamati para prajurit yang membangun tenda maupun berjaga-jaga. Selain itu, dia juga menemui Larsson untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan kekuatannya.

Di dalam tenda yang sederhana dan tidak begitu mencolok. Larsson duduk bersila dan memejamkan matanya sambil menyerap energi alam yang ada di sekitarnya. Dia tidak begitu peduli dengan situasi di sekitarnya termasuk perang yang saat ini sedang mereka hadapi. Larsson selalu lebih mementingkan kultivasinya. Apalagi, setelah dia berhasil menembus tahap 3-0, dia menjadi lebih berambisi untuk meningkatkan kultivasinya dan menerobos tahap lainnya.

Ketika Voran memasuki tendanya, dia bisa merasakannya dan segera dia membuka matanya. Tatapannya yang begitu dalam mampu membuat siapa saja yang menatapnya secara langsung gemetar. Namun, ketika pandangan itu tertuju pada Voran yang baru saja masuk, dia tak melihat sedikitpun perubahan pada Voran yang membuat dia senang. "Ada apa Yang Mulia kemari?"

"Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan. Beberapa waktu belakangan ini, aku merasa gelisah dan rasa penasaranku ini semakin membesar. Karena kita berada di medan perang, aku merasa perlu mengetahui hal ini dan menuntaskan rasa penasaranku. Dengan begitu aku bisa lebih fokus dan konsentrasiku tidak akan terpecah belah. Bisakah aku menanyakan beberapa hal padamu, Larsson?"

Larsson meminta Voran untuk duduk di sampingnya. Dia akan menjawab segala hal yang ingin Voran ketahui, dan dia juga merasa ada hal yang harus dia sampaikan padanya. Dia tidak ingin membuatnya salah paham akan tindakannya nanti, seperti halnya dengan mendiang raja yang memperbolehkannya. Dia harus mengatakannya pada Voran sebelum semuanya berubah menjadi kesalahpahaman yang akan meretakkan hubungan mereka.

Voran segera melakukannya dan begitu dia berada di samping Larsson, dia menutup mulutnya tanpa mengatakan apa-apa. Dia merasakan ada suatu energi yang mengalir di sekitar tubuh Larsson yang mana hal itu sedikit menekannya. Dia merasa seluruh indera tubuhnya bergerak saat berada di sampingnya dan tekanan tak kasat mata itu benar-benar terlalu kuat.

"Katakan saja apa yang ingin Yang Mulia ketahui. Aku akan menjawabnya tanpa ragu. Anggap saja aku sebagai sesepuhmu, Yang Mulia. Tidak perlu takut atau ragu untuk menanyakannya, selama aku mengetahui hal itu aku akan mengatakanya dan memuaskan rasa penasaranmu. Namun, aku merasa itu pasti terkait dengan kultivasi bukan? Dari sorot matamu, hal itu terlihat begitu jelas." Larsson begitu tenang saat mengatakannya dan dia menatap mata Voran.

"Baiklah … kau sudah tahu apa yang ingin aku tanyakan, Larsson. Aku ingin tahu tentang kultivasi dan bagaimana meningkatkan kultivasiku. Kudengar hanya kau seorang yang sudah berada di tahap 3-0 di kerajaan. Aku ingin meningkatkan kultivasiku dan melatih diriku kembali. Melihat kekalahan yang kerajaan alami tempo itu membuat perasaanku tidak nyaman hingga sekarang."

"Kultivasi terbagi dalam dua sumber energi yang berbeda yakni internal dan eksternal dengan pusat penyimpanan yang ada di dalam tubuh yakni pusar dan kepala. Energi Internal berkaitan dengan energi yang dimiliki oleh setiap orang. Energi Internal bisa diolah oleh siapa saja dan dimiliki oleh setiap orang, energi ini merupakan bentuk kehidupan itu sendiri yang sudah mengikat erat pada jiwa manusia sejak mereka dilahirkan. Sedangkan, energi eksternal merupakan energi alam. Setiap benda memiliki nyawa dan kehidupan, begitu juga dengan alam. Mereka menyediakan energi yang tak terbatas."

Larrson menarik nafas panjang sebelum melanjutkannya. "Kau pasti sudah memakan Pil Penguat, bukan? Pil merupakan salah satu alat bantu untuk mempermudah kultivator dalam menyerap energi yang tersebar di alam maupun mengolah energi yang ada di tubuh mereka. Itulah inti dari kekuatan yang kita miliki, Yang Mulia. Selama anda mengolah energi yang ada di tubuh dan menarik serta menyerap energi eksternal, anda akan mengetahuinya lebih dalam lagi."

Voran mengangguk, keingintahuannya akan kekuatan mulai tumbuh setelah mendengarkannya. Apalagi, beberapa waktu lalu dia mengalami sebuah kejadian yang menghentakkan tubuhnya dan membuatnya merasa seperti dihidupkan kembali. Hari itu, dia memahami satu hal baru.