webnovel

Perang Pembalasan I

Berita tentang Kerajaan Salauster yang mengirim pasukan menuju ke Kerajaan Arannor sudah menyebar luas dan semua itu terjadi berkat para pedagang. Tidak ada yang mengira semua akan menjadi seserius ini. Kekalahan sebelumnya pasti memberikan pengalaman dan perasaan buruk untuk Kerajaan Salauster dan tindakan saat ini merupakan sebuah cara untuk mereka membersihkan rasa malu yang terjadi beberapa waktu belakangan. Kerajaan Arannor sudah menduga akan terjadinya serangan balasan, tapi mereka tidak menyangka akan secepat ini.

Arannor Westian, Raja Kerajaan Arannor segera memerintahkan seluruh pasukan dan tentara bayaran yang telah terikat dengan kerajaannya untuk menghentikan serangan Kerajaan Salauster. Dia juga memerintahkan Sang Jenderal Tua untuk memimpin seluruh pasukan. Tidak peduli akan situasi yang terjadi sebelumnya, dia benar-benar tidak meremehkan lawannya. Meski pada perang sebelumnya dia telah memenangkannya, dia merasa perang kali ini berbeda.

"Ini sedikit mengkhawatirkan. Tidak mungkin mereka melancarkan serangan balasan jika tidak yakin dengan situasi yang akan mereka hadapi. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan saat memutuskan untuk menyerang kerajaanku dan membalas kekalahan sebelumnya? Apakah mereka mendapatkan bantuan dari luar? Jika mereka mendapatkan bantuan dari luar, siapa yang akan membantu mereka?" Westian merasa heran sekaligus bingung dengan apa yang tengah dia hadapi saat ini. Dia sendiri tak memimpin pasukan dan mendelegasikan tugas tersebut pada Jenderal kepercayaannya.

Semakin dia memikirkan alasan yang dimiliki oleh Kerajaan Salauster untuk menyerang kerajaannya, semakin kusut pikirannya. Dia tidak menemukan sedikitpun alasan tentang penyerangan ini kecuali balas dendam. Di sisi lain, dia juga merasa perang ini merupakan kesempatan untuk menghancurkan Kerajaan Salauster. Oleh karena itu, dia mengerahkan seluruh pasukannya. Tentu saja, beberapa tentara bayaran ataupun organisasi yang terikat dengannya juga ia kirim dalam perang ini. Dengan kata lain, dia juga habis-habisan.

"Richard Veus dan Grim Larsson. Mereka berdua sangat berbahaya dan memiliki kekuatan yang setara dengannya. Kuharap kau bisa mengatasi mereka berdua, Valaunter. Semua itu tergantung pada kepemimpinanmu Valaunter. Dia harus bebas dan tidak terikat dengan kepemimpianmu atau efektivitasnya akan terbuang. Semoga kau mengingatnya." Westian menatap langit-langit istananya dengan cemas. Raut wajahnya juga cukup buruk saat itu.

Dua pasukan berukuran besar bergerak dalam satu waktu dan mereka sama-sama bergerak menuju ke salah satu daerah yang memiliki dataran luas dan begitu lapang. Tempat itu dikenal dengan nama Dataran Verus. Sebuah tempat luas yang memiliki beberapa bukit kecil serta hutan yang tidak begitu besar. Tempat yang memang tepat untuk digunakan sebagai medan perang, terutama dengan dua pasukan yang berukuran besar.

Voran tidak mengetahui jika Kerajaan Arannor mengirim sebuah pasukan besar sebagai tanggapan atas serangan yang dia lakukan. Saat memimpin seluruh pasukan dia juga memakan beberapa pil penguat yang dia dapatkan dari alkemis kerajaan. Dia menelan pil itu dengan tenang. Berada dalam tengah-tengah formasi pasukan, dia tidak terlalu khawatir. Apalagi, pasukan keluarga bangsawan dia letakkan di bagian terdepan dan juga yang paling belakang. Dua titik yang cukup berbahaya dalam formasi ular berjalan ini.

Di samping Voran ada Larsson yang menjadi strategis seluruh pasukan ini. Tidak ada yang merasa keberatan dengan penunjukan dan peletakan setiap divisi pasukan termasuk pasukan dari Keluarga Bangsawan. Voran mengikuti apa yang dikatakan oleh Alkemis Kerajaan dimana dia menelan lebih dari dua pil penguatan, setelahnya dia merasakan ada energi yang kuat merambat dan menyebar ke seluruh tubuhnya yang berpusat di perutnya.

"Kekuatanku meningkat hanya dengan menelan tiga pil penguat berwarna putih ini. Setidaknya ini membantu, tapi aku melihat pil yang sama dengan warna yang berbeda. Mungkinkah efektivitas pil tergantung dengan warnanya? Putih, Emas, dan Hitam. Tiga warna ini yang aku lihat saat menerima pil penguat darinya. Aku tidak perlu memikirkannya toh aku tidak perlu meramu pil jua, tidak serta merta aku harus menguasai semuanya. Selama aku memilih teknik budidaya yang tepat itu sudah baik." Voran memperhatikan seluruh formasi selagi memikirkan hal tersebut. Melihat dengan mata kepalanya sendiri sebuah formasi yang megah membuat dia senang.

"Memang yang terbaik untukku tidak berada di bagian ujung tombak sebuah pasukan. Aku tidak bisa menjadi Lu Bu, tidak juga menjadi Jiang Ziya, maupun Hannibal Barca. Aku hanya pria biasa yang dipaksa untuk kemari. Daripada menjadi salah satu dari mereka, lebih baik untukku berada di belakang dan mengawasi semuanya. Huft … tekanan ini sangat hebat, meski perang belum datang dan aku baru berada di formasi pasukan saja. Tekanan yang aku rasakan sudah sangat kuat. Lalu, bagaimana ketika perang terjadi? Aku benar-benar penasaran sekarang."

Perjalanan berlangsung cukup lama, dan pada waktu senggang Voran terus membayangkan pertempuran yang akan terjadi. Strategi seperti apa yang akan kedua belah pihak keluarkan, akan menjadi seperti apa perang ini, ataupun pertunjukkan macam apa yang akan ia lihat. Segala kemungkinan yang bisa ia bayangkan terus bergerak dalam pikirannya. Voran juga memperhatikan pasukan yang dimiliki oleh setiap Keluarga Bangsawan. Mengamati tipe prajurit mereka, kekuatan yang mereka miliki serta perlengkapan yang mereka bawa. Semua itu jauh dari perkiraannya.

Perlengkapan yang dimiliki oleh prajurit dari keluarga bangsawan memang sedikit lebih baik dari keseluruhan. Tidak hanya itu, samar-sama Voran bisa merasakan adanya perasaan tidak suka dari setiap Keluarga Bangsawan. Perasaan itu dia rasakan ketika para petinggi berkumpul sebelum melakukan perjalanan ini, dan dia sangat mewaspadai Kepala House of Swaster yang terlihat seperti pemimpin dari seluruh Keluarga Bangsawan.

"Swaster Merran … pria yang berbahaya dan kharismatik. Kehilangan pria sepertinya pasti akan menjadi kerugian besar untuk kerajaan. Namun, keberadaannya juga sama berbahayanya. Sial!! Ini membuatku putus asa, andai saja dia mencurahkan hidupnya untuk kerajaan dan tidak terlalu berfokus untuk keluarganya. Mungkin dia akan menjadi salah satu pilar kerajaan lainnya. Sayang sekali … huft … "

Swaster Merran disebut sebagai salah satu pria terkuat di Kerajaan Salauster dan sebanding dengan Richard Veus. Dengan tombak di tangannya, dia menyapu banyak medan perang dan menciptakan prestasi tanpa akhir yang membuatnya mendapatkan julukan 'Sang Tombak Berdarah'. Dia juga mampu mengomandoi puluhan ribu prajurit dan menjadi salah satu Jenderal terbaik Kerajaan Salauster selama pemerintahan mendiang raja.

Dari kejauhan Voran mengamati pria itu dan merasakan sesal teramat dalam untuk menciptakan situasi kematian untuknya, tapi dia juga tak bisa membiarkannya hidup karena sikapnya yang terus menunjukkan sisi yang meragukan. "Semoga saja semua sesuai rencana, jika tidak entah akan bagaimana jadinya."