webnovel

Mantra Cinta

Ketika cinta ditolak, dukun bertindak. Kisah petualangan cinta Ganang dan Arumi yang tak kunjung bersatu. Masa lalu menjerat mereka pada hubungan yang rumit. Akankah Ganang dan Arumi dapat bersatu?

D_Poetry · Urbain
Pas assez d’évaluations
21 Chs

Ingatan Yang Gagal

Ganang baru saja tiba di apartemennya, sekitar pukul tujuh malam. Pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan dalam waktu singkat harus berjalan lebih panjang dan lama. Padahal hanya satu berkas laporan untuk di anallisis, itu pun membutuhkan waktu hampir satu hari lamanya.

Bukannya tidak ada penyebabnya. Gadis itulah yang membuatnya begitu menderita dengan keadaan ini. Gadis bernama Arumi yang membuatnya menderita, karena terus membayangi langkah dan pelupuk matanya.

Hingga saat ini, masih belum berhasil mengingat dengan jelas nama yang tidak asing di telinganya itu. Meski sudah berulang kali coba mengingatnya, hasilnya nihil. Sia-sia saja memanggil ingatan yang sudah tertidur.

Ganang merebahkan tubuhnya di kursi ruang tamunya. Diambilnya remote televisi, menghidupkannya, menekan tombol channel, tetapi pikirannya melayang entah ke mana. Pengaruh Arumi ternyata sangat besar baginya.

Ganang meremas kepalanya, kesal dengan semua ingatan yang seolah terkubur jauh, sehingga sulit untuk dipanggil kembali. Yang menjadi sasaran kekesalannya saat ini adalah remote televisi yang kemudian di lemparnya begitu saja di atas meja.

Ganang akhirnya bangkit kemudian berjalan menuju ke kamarnya. Membersihkan tubuh merupakan satu pilihan yang tepat untuk saat ini. Di tariknya dari berwarna biru tua dari kerah kemejanya. Satu persatu kancing kemeja yang senada dengan celana biru tua dilepaskannya.

Tinggallah kini mengenakan kaos dalam serta celana boxer ketat yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Ganang berjalan menuju ke kamar mandi di sudut kamarnya. Menyalakan air hangat mengisi bak mandi besar. Sepertinya ia akan lebih merasakan kenyamanan bila memilih berendam.

Hangatnya air di dalam bak menghangatkan tubuhnya yang seolah ingin terlepas dari setiap jengkal tulangnya. Pandangannya menerawang jauh ke atas plafon kamar mandi yang di cat berwarna putih. Sepi dan kesepian, hanya itu yang dapat dirasakannya saat ini.

***

Ganang memarkirkan mobil hitamnya di pelataran parkir. Padahal ia tidak memiliki rencara untuk keluar malam ini, ingin menghabiskan malam untuk beristirahat di apartemnennya. Namun, karena tidak berhasil memejamkan mata, Ganang memilh pergi mengunjungi diskotek seperti biasanya.

Kali ini Ganang memilih setelan kaos berwarna hitam dengan celana jeans belel berwarna hitam pula. Tubuh setinggi 185 cm dengan berat 70 kg cukup proporsional baginya. Rambut hitamnya yang lebat dan lurus dioleskan pomade, di sisir jari ke belakang. Penampilan yang santai untuk malam ini.

Bukannya tanpa alasan sebenarnya Ganang memilih pergi ke diskotek ini, malam ini. Masih besar sekali harapannya untuk dapat bertemu dengan Arumi, seperti malam pertemuan pertama mereka tadi malam.

Semoga saja Ganang bisa bertemu dengannya kali ini. Walau hanya melihatnya dari kejauhan, menatap mata coklatnya sebagai bonus. Gadis yang sangat menarik walau hanya menatap tajam kearahnya.

Baru separuh jalan menuju ke pintu masuk diskotek, terdengar panggilan dari arah belakang.

"Bang, Ganang!"

Ganang serta merta mengalihkan pandangan kearah belakangnya. Dari kejauhan tampak sosok Anggun setengah berlari mendekatinya. Gadis cantik yang kerap mabuk di diskotek dan tak jarang harus di antarkan menuju taksi agar bisa pulang dengan segera.

Ganang masih mengingat berapa gilanya Anggun yang telah mengecup bibirnya bertubi-tubi di hadapan orang banyak. Gadis yang cukup nekat, dan tidak berpikir lagi untuk melakukan sesuatu.

Ganang melemparkan senyum lebar melihat kehadiran Anggun yang kali ini berpakaian lebih sopan. Celana jeans ketat dan atasan blus transparan bermotif bunga, dan bagian dalamnya menggunakan dalaman ketat bertali satu berwarna merah menyala. Rambutnya yang panjang sebahu di ikat kuncir kuda. Penampilannya lebih chick dan menarik.

Anggun adalah gadis keturunan yang berkulit oriental. Bedanya, dia memiliki mata yang besar, dengan bulu mata lentik. Siapa pun yang mengenal Anggun akan memiliki kesan yang sama, hangat.

Sikap Anggun yang hangat dan bersahabat membuat orang akan betah berlama-lama bersama dengannya. Salah satunya adalah Ganang. Pertemuan tidak sengaja di diskotek membuat Anggun secara terang-terangan menyatakan isi hatinya secara terbuka pada Ganang. Bahkan, Anggun tidak segan-segan mengajak Ganang menginap bersama hanya sekedar on night stand.

"Hai. Sudah tidak mabuk lagi?" sapa Ganang begitu Anggun telah berada di dekatnya. Dengan agresifnya Anggun memegang lengan Ganang, kemudian berjinjit mengecup pipi Ganang. Sudah hal biasa dilakukan oleh Anggun, yang membuat Ganang bahkan tidak bisa menolaknya.

"Ah, Abang bisa aja. Kemarin khilaf. Kali ini janji, ya. Traktir aku minum!" ancam Anggun sambil mengacungkan jari telunjuknya.

Ganang terkekeh melihatnya. Kemudian melanjutkan langkahnya memasuki pintu masuk diskotek. Anggun dengan centilnya memeluk lengan Ganang dengan mesranya.

"Kalau orang yang tidak tahu, pasti menduga bahwa kamu pacar Abang," ucap Ganang dengan senyum tipis. Anggun mencubit kecil lengan Ganang, membuatnya meringis kesakitan. "Lho, emang bener, kan. Nanti pada lari menjauh, loh."

"Biarin orang menjauh. Aku cuma mau sama Abang aja, ga mau sama yang lain," ucapnya manja.

Ganang terkekeh mendengar pernyataan Anggun. "Emang kenapa sih, kok selalu nempel sama Abang? Kayak ga ada cowok lain aja."

"Emangnya kenapa, Bang, kalau aku jatuh cinta sama Abang?" tanyanya sambil menatapa mata Ganang.

"Ya, ga apa-apa juga, sih. Hanya saja, aku ini udah tua lho. Lebih baik kamu cari yang lain aja, yang lebih, sepadan sama kamu yang anak kecil," ejek Ganang sambil memiringkan senyumnya.

"Ihh, Abang. Kalau kata orang, istilah begini, kalau cinta sudah melekat, tahi kambing rasa coklat." Anggun mencibir. "Atau Abang keberatan kalo aku suka sama Abang?"

Ganang tergelak kali ini, lebih keras. Tidak menyangka akan mendapatkan pernyataan seperti itu dari gadis kecil seperti Anggun.

"Abang kok malah tertawa, sih. Aku beneran suka, lho, sama Abang." Anggun merengut, kesal.

Ganang menghentikan tawanya, ketika Anggun menghentikan langkahnya sambil menahan tangan Ganang. Wajahnya tampak kecewa, dengan bibir mengerucut.

"Ampun deh, ampun. Siapa sih yang ga seneng dicintai perempuan cantik kayak kamu?" Ganang mulai menggombal. Senyum tipis muncul di wajah Anggun. "Terserah kamu ajalah. Asal kamu bahagia. Abang sih oke oke saja."

"Terus, kapan Abang mau tidur denganku?" tanya Anggun langsung.

Ganang kembali tergelak, tak kuasa menahan tawanya mendengar ucapan Anggun yang terlalu berani. Sudah kesekian kalinya ia menawarkan hal yang sama, tapi selalu ditolak oleh Ganang.

"Kalo Abang tidur sama kamu, Abang bisa ditangkap karena pelaku pedofilia yang suka sama anak-anak ingusan." Ganang bercanda disela gelak tawanya.

Anggun kembali memukul lengan Ganang. Ganang pura-pura meringis kesakitan. Senyum lebar tergambar jelas di bibir tipis Anggun. Kemudian dia menarik lengan Ganang memasuki gedung diskotek.