webnovel

Di rumah Aksa

"Nih pake baju gue." Ucap Aksa sambil melemparkan baju nya pada Lisa yang sedang menatap Aksa dengan tatapan yang tak tahu mau dikatakan apa itu.

"Gue nyuruh Lo pake baju gue tapi kenapa tatapan mata Lo itu seolah gue akan memperkosa Lo sih?" Lanjut Aksa lagi, ia tak menyukai saat Lisa menatap nya seperti itu.

"Gue nggak mau, gue mau pulang. Lagian Lo ngapain sih ngajak gue kesini HM? Rumah gue di depan sana kalau Lo lupa!"

"Cih! Gue ingatain sama Lo kalau Lo lupa, orang tua Lo kan nggak ada, dan lo kan disuruh nginep disini." Balas Aksa dengan sinis.

Mendengar itu kara kembali mengingat apa yang sudah berlalu itu. Ah, ia hampir saja lupa dengan apa yang terjadi tadi pagi.

"Gimana? Udah ingat belom HM?" Tanya Aksa lagi ketika melihat raut wajah Lisa itu.

Lisa hanya diam, ingin mengakui kesalahan tapi ia gengsi.

"Udah deh Lis, ganti baju sana, nanti Lo sakit gue juga yang bakalan repot. Jadi sebelum itu terjadi mendingan Lo mandiri deh, jangan kayak cewek apa-apa mau diingetin dulu."

"Ck! Apa Lo yang bilang tadi? Jangan kayak cewek?" Tanya Lisa dengan sedikit meninggi kan suaranya.

"Iya, apa Lo punya masalah dengan pendengaran Lo itu HM?"

"Halo, gue ini cewek tulen ya Aksa! Tolong!"

Aksa menatap Lisa dari atas sampai bawah. Namun tatapannya itu berhenti ketika melihat dada Lisa. Warna bra nya itu kelihatan sekali hingga membuat matanya ini kotor dan penuh dosa. Kenapa juga Si Lisa ini suka sekali dengan warna putih seperti ini.

"Apa yang Lo liat ha?" Tanya Lisa yang langsung menghilangkan tangan nya itu di dada. Ia khawatir dengan niat jahat yang dimiliki oleh Aksa, apalagi saat ini mereka berdua berada di kamar. Mana orang tua Aksa belum pulang lagi dari kerjanya.

Aksa menggosok kan kepalanya dengan handuk dan kemudian tersenyum ke arah Lisa.

"Nggak usah ditutupi gitu, gue nggak doyan sama yang kecil. Nggak mampu buat gue puas." Jawab Aksa dan kemudian ia langsung pergi meninggalkan Lisa yang saat ini sedang memakai dirinya itu.

Tapi percayalah, ia benar-benar menyukai ini, menyukai ketika ia dan Lisa begitu dekat melalui perdebatan kecil.

Sejujurnya ketika ia menemukan Lisa tidak ada disampingnya tadi itu ia merasa sangat panik sekali.

Seluruh dunia hampir runtuh, ia selalu ingin jika Lisa berada di dekat nya tak peduli apapun yang terjadi antara mereka itu. Lisa adalah milik nya dan selamanya akan seperti itu.

Setelah kepergian dari Aksa, Lisa melangkah kan kakinya ke cermin, di tatapnya dirinya sendiri itu, ia memegang payudaranya sendiri untuk mengecek apakah benar yang dikatakan oleh Aksa tadi bahwa miliknya ini sangat kecil hingga tak akan bisa untuk memuaskan dirinya?

Lisa langsung menggelengkan kepalanya untuk menepis semua yang ada di otaknya saat ini. Mengapa ia bisa diracuni oleh Aksa seperti ini?

Memang nya ia pikir dirinya ini mau apa memuaskan dia? Ah, tidak! Bahkan Aksa tak bisa termasuk dalam kategori orang yang sangat diinginkan oleh dirinya ini.

Matanya terbelalak saat melihat warna hijau di balik baju berwarna putih nya itu.

"Ck! Dasar Aksa mesum!!" Teriak Lisa yang langsung membuat Aksa yang baru saja ingin minum itu tertawa sendiri.

Ia menggelengkan kepalanya, "berapa lama waktu yang Lisa butuhkan untuk peka?

Ah, wanita itu benar-benar sangat sulit untuk peka dengan keadaan ketika dimintai tapi jika tidak dimintai ia malah peka sendiri hingga membuat orang sekali bertanya-tanya apa yang telah terjadi.

Tapi mau bagaimana pun ia tak bisa untuk dipungkiri bahwa ia begitu nyaman bersama dengan Lisa.

Satu-satunya wanita yang tak boleh pergi meninggalkan dirinya. Padahal mereka berdua itu hanya lah sebatas teman saja tapi entah kenapa ia tak ingin kehilangan Lisa. Baginya, Lisa itu adalah segalanya. Jika Lisa tidak ada maka akan terasa ada yang kurang dalam hidupnya.

Ia meletakkannya gelas di atas meja sementara ia langsung membuka kulkas untuk mencari bahan apa yang bisa ia racik untuk menyajikan makanan untuk Lisa.

Meskipun Lisa itu bukan siapa-siapa tapi ia benar-benar menganggap Lisa itu adalah segalanya Bagi dirinya terlepas dari hubungan masa lalu ia dan juga Lisa dulu

Baginya, dulu biarlah berlalu sekarang tatap masa depan. Karena waktu terus saja berjalan kedepan bukan mundur kebelakang.

Jadi mau seindah apapun masa lalu ia hanyalah masa lalu, beda dengan sekarang yang merupakan masa depan yang cerah.

Senyum di bibir Aksa mengembang ketika melihat ayam, sudah udang dan juga sotong. Ia kembali mencari mie. Ia berencana akan maska mie saja untuk menghangat kan tubuh mereka karena hujan yang lebat tadi itu.

Masih ingat di ingatan ya bagaimana Dulu ia dan juga Lisa bertengkar hanya karena Indomie saja.

Ah, sudah lah. Ia tak memiliki banyak waktu lagi untuk terus mengingat yang sudah berlalu itu. Masa yang tak akan pernah kembali lagi.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari ia tersenyum dan kemudian ia mulai untuk mengiris bawang, cabe. Serta olahan seafood serta ayam yang ia temui tadi.

Sebenarnya tidak boleh ayam ini di campur dengan makanan laut tapi tidak apa-apa jika sesekali saja. Toh mereka juga melakukan ini bukan setiap hari kan?

Aksa terkekeh geli sendiri ketika ia yang memperingati tapi ia juga yang membantah.

Ia suka masak tapi kenapa masak itu melelahkan? Tidakkah masak itu sedikit menyenangkan agar ia bisa untuk terus pergi ke dapur dan memasak?

Tapi sudah lah, lebih praktis memang jika menyuruh pembantu. Toh, jika ia melakukan semuanya itu apalagi gunanya pembantu di rumah ini?

Ia menarik napasnya dalam-dalam Dan kemudian ia keluar kan pelan-pelan.

Sejak tadi entah apa yang otaknya ini pikirkan.

Aroma masakan begitu wangi ketika masuk ke hidung. Ia selalu berpikir bahwa dulu sekali nya pasti mama nya ingin punya anak perempuan tapi Tuhan malah memberikan seorang pria seperti dirinya. Mungkin itulah kenapa ia lebih suka masak dan melakukan hal-hal cewek lainnya.

"Masakan apa sih Lo?" Ucap Lisa yang baru saja tiba.

Aksa Yang sejak tadi itu begitu fokus pada masakan nya itu langsung menoleh ketika mendengar suara dari orang yang ia rindukan.

Matanya melebar dengan sempurna ketika melihat Lisa yang ada di hadapan nya itu. Ia harus meyakin kan hati beberapa kalian agar mempercayainya bahwa orang itu adalah Lisa.

"Lisa." Gumam Aksa yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.