webnovel

Luxuria's Penthouse : The Last Devil's Hormone

update setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat! Penemuan sebuah kitab kuno, Althea-lux pada tahun 1800-an menjadi awal mula sebuah legenda yang menggairahkan untuk masyarakat pesisir pantai tak berpenghuni. Catatan jejak peninggalan seorang penulis tanpa nama membawa sebuah kabar yang mengejutkan untuk semua telinga yang mendengarnya. Ketidaksengajaan menelusuri sebuah bangunan tua yang hampir runtuh termakan usia dan tumbuhan liar di perbatasan Virginia menjadi awal mula kisah ini berasal. Selama bertahun-tahun para peneliti epigrafi memulai perdebatan mereka. Simbol bulan dan hujan, langit awan membentang, matahari berada di atas kepala. Burung terbang mengepakkan sayapnya, mati tertusuk duri dari tumbuhan liar yang ukurannya berlipat-lipat kali lebih tinggi dari seekor gajah. Setiap simbol dan tulisan aneh menjadi beban tersendiri di dalam perannya. Kitab ini diyakini sebagai pertanda akhir jaman, ketika iblis menguasai dunia manusia. Althea-lux adalah perwujudan nyata dari ramalan manusia, yang katanya hidup melebihi kekuasan dewa di dunia. Dia adalah anaknya, anak dewa yang membangkang. Tahun membawa kabar pasal kitab Althea-lux masuk menjamah peradaban manusia yang baru. Peradaban manusia urban dengan teknologi yang paling mutakhir mulai menerjemahkan apa-apa saja yang tak bisa diartikan di tahun-tahun sebelumnya, termasuk sebuah tempat bernama Luxuria's Penthouse. Di tempat inilah, iblis mengendalikan dunia manusia dengan berbaur bersama mereka. ---Luxuria's Penthouse, Greenbank, Virginia---

Lefkiilavanta · Science-fiction
Pas assez d’évaluations
375 Chs

279. Café

Tiga hari kemudian.

Tidak ada kabar, seperti biasanya saat dia pergi tiba-tiba dan menghilang kemudian. Tidak satupun kabar yang didengar olehnya tentang Daeva Desdemonav.

Gon pun tidak berubah keadaannya, meksipun kata Marvith dia baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sebab kondisinya membaik. Sadar dan kondisi membaik itu tidak sama penafsirannya.

Dia duduk di sudut ruangan, sedikit jauh dari pintu masuk, menepi dari keramaian yang ada. Secangkir kopi panas yang masih mengepulkan asapnya di udara menjadi peneman untuknya hari ini.

"Permisi ...." Seseorang tiba-tiba saja menyela dia, datang dengan cara yang begitu sopan, menyapa sembari tersenyum manis. "Boleh aku duduk di sini?" tanyanya, dia adalah orang pria. Yang usianya kiranya jauh lebih muda dari Delwyn.

Jangan salah, bukan untuk hal macam-macam, hanya tempat di depan Delwyn lah yang menyisakan dua kursi kosong. Siang ini, kafe begitu penuh. Seperti ada perayaan hari ini.