webnovel

Luxuria's Penthouse : The Last Devil's Hormone

update setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat! Penemuan sebuah kitab kuno, Althea-lux pada tahun 1800-an menjadi awal mula sebuah legenda yang menggairahkan untuk masyarakat pesisir pantai tak berpenghuni. Catatan jejak peninggalan seorang penulis tanpa nama membawa sebuah kabar yang mengejutkan untuk semua telinga yang mendengarnya. Ketidaksengajaan menelusuri sebuah bangunan tua yang hampir runtuh termakan usia dan tumbuhan liar di perbatasan Virginia menjadi awal mula kisah ini berasal. Selama bertahun-tahun para peneliti epigrafi memulai perdebatan mereka. Simbol bulan dan hujan, langit awan membentang, matahari berada di atas kepala. Burung terbang mengepakkan sayapnya, mati tertusuk duri dari tumbuhan liar yang ukurannya berlipat-lipat kali lebih tinggi dari seekor gajah. Setiap simbol dan tulisan aneh menjadi beban tersendiri di dalam perannya. Kitab ini diyakini sebagai pertanda akhir jaman, ketika iblis menguasai dunia manusia. Althea-lux adalah perwujudan nyata dari ramalan manusia, yang katanya hidup melebihi kekuasan dewa di dunia. Dia adalah anaknya, anak dewa yang membangkang. Tahun membawa kabar pasal kitab Althea-lux masuk menjamah peradaban manusia yang baru. Peradaban manusia urban dengan teknologi yang paling mutakhir mulai menerjemahkan apa-apa saja yang tak bisa diartikan di tahun-tahun sebelumnya, termasuk sebuah tempat bernama Luxuria's Penthouse. Di tempat inilah, iblis mengendalikan dunia manusia dengan berbaur bersama mereka. ---Luxuria's Penthouse, Greenbank, Virginia---

Lefkiilavanta · Science-fiction
Pas assez d’évaluations
375 Chs

136. Zecco (1)

Sebuah pertanda aneh datang padanya, mengatakan bahwa dia harus segera pergi menyusuri sungai terdekat. Daeva merasakan kedatangan seseorang yang begitu menggemparkan. Setiap langkah yang diambil olehnya, jelas menggema di telinganya. Langkah demi langkah diambil dengan begitu tegas. Seakan memaksa dirinya untuk bergegas datang dan meninggalkan kenyamanannya di dalam rumah.

Tentu saja, dia tidak pergi seorang diri. Dia datang bersama seorang pria yang jelas-jelas memaksa dirinya untuk bisa ikut kali ini. Tentu saja ini semacam kebiasaan bukan hanya sekali dua kali saja, tetapi lebih dari itu.

"Kau benar-benar tidak punya pekerjaan di dalam perusahaanmu?" tanyanya, menoleh ke arah pria itu dan menatapnya dengan aneh. "Aku pikir kau punya rapat belakangan ini, perusahaan yang kau tinggalkan selama berhari-hari tentu saja kacau? Aku punya aset terbesar di sana, jika kau membuatnya bangkrut maka ...."