webnovel

Luxuria's Penthouse : The Last Devil's Hormone

update setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat! Penemuan sebuah kitab kuno, Althea-lux pada tahun 1800-an menjadi awal mula sebuah legenda yang menggairahkan untuk masyarakat pesisir pantai tak berpenghuni. Catatan jejak peninggalan seorang penulis tanpa nama membawa sebuah kabar yang mengejutkan untuk semua telinga yang mendengarnya. Ketidaksengajaan menelusuri sebuah bangunan tua yang hampir runtuh termakan usia dan tumbuhan liar di perbatasan Virginia menjadi awal mula kisah ini berasal. Selama bertahun-tahun para peneliti epigrafi memulai perdebatan mereka. Simbol bulan dan hujan, langit awan membentang, matahari berada di atas kepala. Burung terbang mengepakkan sayapnya, mati tertusuk duri dari tumbuhan liar yang ukurannya berlipat-lipat kali lebih tinggi dari seekor gajah. Setiap simbol dan tulisan aneh menjadi beban tersendiri di dalam perannya. Kitab ini diyakini sebagai pertanda akhir jaman, ketika iblis menguasai dunia manusia. Althea-lux adalah perwujudan nyata dari ramalan manusia, yang katanya hidup melebihi kekuasan dewa di dunia. Dia adalah anaknya, anak dewa yang membangkang. Tahun membawa kabar pasal kitab Althea-lux masuk menjamah peradaban manusia yang baru. Peradaban manusia urban dengan teknologi yang paling mutakhir mulai menerjemahkan apa-apa saja yang tak bisa diartikan di tahun-tahun sebelumnya, termasuk sebuah tempat bernama Luxuria's Penthouse. Di tempat inilah, iblis mengendalikan dunia manusia dengan berbaur bersama mereka. ---Luxuria's Penthouse, Greenbank, Virginia---

Lefkiilavanta · Science-fiction
Pas assez d’évaluations
375 Chs

102. A Worry Worries

(Maaf sebelumnya, membingungkan pembaca. ini adalah bab 102 yang sebenarnya, kemarin saat published, penulis terlewat satu bab.)

(Terimakasih atas pengertiannya :) Xoxo, Lefkilavanta)

"Aku benar-benar tidak bisa mempercayai dirimu lagi." Delwyn tidak henti-hentinya mengomeli wanita yang ada di depannya sekarang. Tatapan matanya penuh dengan kemarahan, tentu saja. Namun, dia tidak bisa berbuat banyak selain mengomel ini dan itu.

Sayangnya, yang diberi omelan hanya diam melamun. Bahkan meskipun obat luka menyentuh tangannya yang terbakar, dia tak memberi reaksi apapun. Seakan rasa sakit itu tidak pernah ada. Padahal, Delwyn yakin kalau dia merasakan semuanya.

"Daeva! Jawab diriku. Jangan hanya diam saja! Aku benar-benar membenci kalau kau sudah diam begini."

"Baiklah aku tidak akan memarahimu, tetapi setidaknya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Siapa iblis yang baru saja datang tadi? Tubuhnya berlendir dan basah, tetapi dia menyemburkan api dari mulutnya?"